Sequel of My Mate
"Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita."
"Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
“Untuk kebaikanmu, aku peringatkan kau untuk segera sadar. ‘Sesuatu’ yang sedang menyelimutimu, itu bukan ‘sesuatu’ yang bagus dan hanya akan merugikanmu. Sebelum masalah bertambah ruyam, ada baiknya kau untuk segera sadar, Kim Euntae.” Jeno berbisik tepat di telinga kiri Euntae yang terhuyung di sampingnya.
Bruk
Euntae terjerembab mencium lantai dengan keras karena gagal mengenai sasaran.
Jeno yang sedari tadi melompat ke sana-ke mari menghindari Euntae, berakhir mendarat di atas sebuah meja yang masih kokoh. Memandang dingin Euntae yang kini mengerang kesakitan sambil memegangi mukanya sendiri. Jeno menyaksikan secara langsung bagaimana ‘mana’ asing tersebut perlahan menyelimuti sekujur tubuh Euntae.
“Pukul perutnya dan picu ‘mana’ itu dengan ‘mana’mu. Kita coba, apakah dengan cara itu, ‘mana’ itu mau pergi atau tidak," usul King yang tak ada salahnya untuk dicoba.
Jeno melangkahkan kakinya secara perlahan menuju tempat Euntae yang kini sedang bersimpuh dengan kedua lututnya. Terdengar suara erangan bak orang kesakitan yang keluar dari mulut Euntae.
“Euntae..” Jeno menepuk pundak kiri Euntae, lalu memaksa pemuda Kim itu mendongak menatapnya.
Begitu melihat muka Euntae, Jeno mendapati sebelah mata Euntae telah berubah warna.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“I-ini!” Baik Jeno dan King sama-sama tercengang melihat perubahan warna mata Euntae yang begitu cepat.
“Tolong aku!! Ini sakit!! Tolong aku!!!” Tangan Euntae menarik lengan Jeno dan mencengkramnya cukup kuat. Jeno jadi kesulitan melepaskan diri karena Euntae.
“Lakukan saja sekarang.” King memberi intruksi.
Jeno meneguk ludahnya kasar, sebelum memposisikan tangan kanannya tepat di depan perut Euntae. Sengaja Jeno menutupi tindakannya menggunakan badannya yang besar supaya Hyunjin tidak dapat melihat dengan jelas.
“Ini akan sedikit sakit. Tapi tahan sebentar,” pesan Jeno dengan suara berbisik.
Dengan dorongan cukup kuat, Jeno melayangkan sebuah pukulan pada perut Euntae. Euntae langsung berteriak kesakitan, apalagi ketika ia merasakan sebuah dorongan yang terasa panas seolah tangan Jeno hendak menembus lapisan daging tubuhnya menggunakan bara api.
“ARRGHH! SAKITT! APA YANG KAU LAKUKAN?!”
Jeno tidak menanggapi jeritan kesakitan Euntae, ia terus mencoba memicu ‘mana’ jahat yang merasuki Euntae menggunakan aliran ‘mana’ miliknya.
Tanpa Jeno sadari, ‘mana’ asing itu perlahan merambat menyelimuti bagian tangannya yang menempel pada tubuh Euntae.