Hyunjin menyodorkan sebotol soda berasa dan menawari Jeno untuk mencicipi cita rasanya.
“No, thanks. Kenapa kau jadi mengekoriku terus by the way?” Ini yang menjadi tanda tanya besar bagi Jeno.
Hyunjin menghentikan tangannya yang hendak menempelkan ujung botol soda ke mulut, “Kau tau, Jen? Berada di dekatmu, rasanya seperti aku telah menemukan soulmateku!” Hyunjin berujar tanpa malu.
Dengan cepat Jeno memandangi Hyunjin dengan tatapan jijik dan speechless. “Soulmate apaan?! Jangan membuat orang lain salah paham!” sahutnya kemudian, tak terima.
Menyadari bahwa Jeno salah paham dengan kata yang ia gunakan, membuat Hyunjin tertawa keras sambil menepuk pundak Jeno beberapa kali.
“Maaf, maaf! Maksudku, soulmate yang seperti kawan baik begitu lho, Jung. Kita sepertinya bisa menjadi kawan baik sampai mati. Aku bisa merasakan ikatan persahabatan diantara kita semakin menguat seiring bertambah dekatnya kita.”
Tetapi Jeno masih memandang skeptis Hyunjin, “Penjelasanmu bisa membuat orang salah paham. Sudah, lebih baik kau menyebutnya dengan istilah bestfriend saja, tidak perlu berlebihan,” usul Jeno, yang kemudian menjadi cringey dengan ucapannya sendiri.
“Oh, ya! Istilah itu juga cocok. Aku suka!”
Jeno menepuk jidatnya pelan. Merasa heran, bagaimana ia bisa kenal dan menjadi dekat dengan makhluk modelan Hyunjin begini. Semakin ke sini, Jeno merasa Hyunjin mirip dengan Haechan, terutama dalam hal suka menebar guyonan.
“Oke, oke. Hentikan obrolan ini. Apa kau memata-matai mereka lagi hari ini?” Hyunjin menghentikan tawa bodohnya lalu kembali ke topik utama mereka.
Mengenai intaiannya pada Hangyu dkk, Jeno belum memata-matai mereka sama sekali hari ini. Perutnya keburu lapar, jadi Jeno memutuskan pergi ke cafétaria terlebih dahulu.
“Belum. Aku terlalu lapar jadi aku pergi makan dulu.” Jeno menjawab jujur.
Hyunjin mengangguk mengerti. Tak berselang lama, mata kucingnya menangkap kedatangan Hangyu dan geng memasuki area cafétaria sambil bercandatawa.
“Mereka ke sini,” bisik Hyunjin sambil menunjuk ke arah Hangyu menggunakan dagu.
Jeno hanya diam, tidak tertarik sama sekali untuk melihat kawanan loser itu. Asalkan anak-anak itu tidak macam-macam dengannya, Jeno juga akan diam.
“Lihat siapa yang merusak pemandangan indahku siang ini?”
Suara memuakkan Euntae mengintrupsi acara makan Jeno dan Hyunjin. Kedua pemuda itu awalnya mengabaikan kemunculan Hangyu dan Euntae. Tapi tiba-tiba Euntae menarik ujung rambut belakang Jeno yang posisinya duduk membelakangi dua orang itu, dengan cukup kuat sampai membuat kepala Jeno otomatis tertarik dan dipaksa mendongak ke atas.
“What the―” Jeno nyaris mengumpat, seraya memegangi bagian rambutnya yang ditarik oleh Euntae.
Jeno mendongakkan kepala untuk melihat si pengganggu itu, namun Jeno justru dibuat tercengang begitu mendapati kedua mata Euntae menyala merah.
“Aku benar-benar ingin membunuhmu detik ini juga, Jung!” bisik Euntae dengan senyum bak seorang pyscho.
Orang-orang yang ada di sekitar mereka tak ada yang berani menghentikan aksi Euntae karena aura yang dipancarkan oleh pemuda itu terasa menakutkan.
Hyunjin menggebrak meja tempatnya dan Jeno makan hingga nyaris mematahkan meja kayu tersebut. “LEPASKAN TANGAN KOTORMU DARI JENO, KIM!” hardiknya dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 25 : Out Of Control 」
Mulai dari awal
