C H A P T E R 14 : Fokus

Mulai dari awal
                                    

"Kau benar.."

"Tapi walaupun begitu, aku tidak bisa melakukan apapun. Aku tidak berdaya jika dihadapkan dengan Kaisar." Lanjut Putri Illiana.

"Putri, aku juga sedikit kesal saat Kaisar melantik Putri Hestia sebagai selirnya. Akhir-akhir ini perhatian Kaisar hanya tertuju padanya."

Percakapan kedua selir yang mengungkapkan isi hati mereka terus berlanjut. Helcia tak berniat menguping, namun mendengar hal itu, Helcia sebisa mungkin akan menjaga jarak dari Kaisar. Ia tak mau melibatkan dirinya ke dalam masalah yang lebih besar karena kecemburuan para selir Kaisar. Karenanya dirinya tau, jika bangsawan seperti mereka sudah bertekad untuk keinginan mereka, maka nyawa pun bisa menjadi ancaman.

Helcia memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya, lebih baik jika dirinya tak menelusuri istana para selir lebih jauh. Gadis itu hendak membalikkan tubuhnya, namun dahinya dengan keras menghantam dada bidang seseorang yang terbuka akibat jubah tidur yang tidak menutupinya dengan benar.

Helcia sedikit meringis, kepalanya mendongak menatap siapa pelaku yang muncul tiba-tiba di belakangnya hingga membuat dahinya harus menerima rasa sakit.

Tatapan kesal berubah menjadi tatapan terkejut, lantas ia membungkukkan tubuhnya penuh hormat tanpa berpikir panjang lagi, "selamat malam, Yang Mulia."

"Ini sudah pagi." Jawaban datar itu membuat pipi Helcia merona merah karena malu.

"M-maksud saya, selamat pagi."

Helcia tersenyum canggung, di hadapannya kini berdirilah Kaisar Alcacio yang menatapnya tajam, masih dengan topeng yang melekat di wajahnya. Helcia mengalihkan pandangannya menyadari jubah tidur Kaisar yang terbuka menampilkan dada bidang dan sedikit otot perutnya.

"Kalau begitu saya-"

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi buta begini di kediaman para selir? Apa kau mau menguping para selirku, Nona?" Pertanyaan yang Kaisar lontarkan lantas membuat Helcia cepat-cepat menggeleng.

"Tidak, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud. Saya hanya berjalan-jalan sejenak karena tidak bisa tidur." Jelas Helcia dengan jujur.

Kaisar Alcacio tersenyum aneh, manik emasnya mengamati penampilan gadis di depannya, menatap dari atas ke bawah tanpa Helcia sadari.

"Oh.. kalau begitu ikut aku." Kaisar Alcacio melangkahkan kakinya terlebih dahulu dengan Helcia yang mengikuti dari belakang.

Gadis itu berusaha berpikir positif, walau sebenarnya ia sedikit takut jika harus berduaan di kamar Kaisar Alcacio mengingat kejadian sebelumnya. Namun tentu saja ia tak boleh selalu berpikiran negatif, Helcia berusaha mungkin menepis pikiran anehnya.

Mungkin Kaisar memerlukan bantuannya. Tentu saja begitu, karena dia adalah pelayan pribadinya. Helcia harus tetap berpikir positif.

"Hanya berdiri diam di situ saja?" Suara tegas dengan sedikit nada lembut itu mengguyarkan lamunan Helcia.

Gadis itu tersentak saat menyadari ia masih berada di ambang pintu kamar Kaisar Alcacio, sedangkan pria itu sudah duduk di pinggiran ranjangnya dengan beberapa kertas yang ia pangku.

Melihat itu Helcia seketika bernapas lega. Ia segera menghampiri Kaisar dan sedikit menundukkan pandangannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?"

"Periksa ini." Kaisar memberikan lembaran-lembaran kertas yang tadinya ia pangku. Netranya menatap Helcia dengan datar.

"Eh?"

"Aku ingin kau memeriksa ini."

Tangan Kaisar menarik pergelangan tangan Helcia dengan lembut, membuat gadis itu terduduk di sebelahnya. Ia lalu meletakkan lembaran kertas itu ke pangkuan Helcia. Setelahnya, Kaisar sedikit meregangkan ototnya lalu menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dengan sorot mata yang terfokus pada Helcia yang masih linglung, labiumnya mengulas senyum tipis.

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang