Part. 32 | A Rough Day (2)

118 12 7
                                        

‘Nama yang akrab dipanggil itu, kini dibungkam oleh pisau dendam. Perangkap yang dilepaskan dalam bentuk jiwa manusia itu gemetar ketakutan, menangisi mimpi yang tidak dapat diperoleh kembali.’
—Jekyll, Hyde and Me—

||||||||||||

"Bagaimana apa Lee Sunbi sudah bisa dihubungi?" Hyunbin yang sedang duduk dibalik meja kerjanya itu tidak melepaskan pandangannya dari sekertaris Kim yang sedang sibuk dengan ipadnya.

"Maaf, pengawal Lee masih belum dapat dihubungi. Saya sudah mengirim orang untuk mengecek kediamannya. Mereka bilang jika pengawal Lee tidak ada disana."

Hyunbin tidak bisa menyembunyikan lagi raut kekhawatiran yang terpatri diwajahnya kali ini. Hyunbin masih belum menyimpan curiga saat tiba-tiba orang yang selalu tepat waktu menjemputnya itu tidak datang pagi ini, tapi dia tidak ada di rumahnya sendiri, lantas dia ada dimana?

Lantai tempat ruangannya bekerja yang biasanya sepi dan hanya terdengar suara mesin fax itu tiba-tiba saja terdengar sebuah kegaduhan di balik pintu ruangannya.

'Aku harus bertemu dengan Lee Hyunbin!'

'Maaf, tuan. Anda harus membuat janji terlebih dahulu dengan presiden direktur.'

Mendengar beberapa kalimat itu Hyunbin memijat pelipisnya, siapa yang berani membuat keributan di pagi hari seperti ini. "Junmyeon, buka pintunya dan tanyakan siapa dan ada keperluan apa."

Junmyeon segera berbalik menuju kearah pintu. Tidak lama dia kembali lagi dengan ekspresi yang sulit diartikan oleh Hyunbin. "Maaf presdir, aku tidak tahu dia ada urusan apa. Dia Choi Minho dari kepolisian Gangnam."

Minho? Ada urusan apa sampai mencariku kesini. Itulah hal pertama yang dipikirkannya. "Suruh dia masuk."

Hyunbin melangkah keluar dari balik meja kerjanya, hatinya tidak bisa tenang saat mendengar Minho ada dibalik pintunya saat ini. Tidak mungkin jika dia mengetahui sesuatu tentang dirinya, mereka belum pernah bertemu dan saling bertatap muka lagi setelah kejadian meninggalnya satpam perumahannya.

Saat pintu terbuka, Choi Minho langsung menghampiri Hyunbin sambil mencengkram kerah baju yang dikenakannya. Kemarahannya seolah dapat dirasakan oleh Hyunbin lewat tindakan kasarnya tersebut, kenapa dia semarah ini? Apa dia tahu sesuatu tentang rahasianya. Tidak, sepertinya dia mengetahui jika Sunbi tiba-tiba menghilang.

"Kau, apa kau tidak tahu apa yang terjadi dengan Sunbi?!"

"Detektif Choi, tolong tenangkan dirimu. Kita bicara dengan santai, oke?"

Minho menghempaskan tubuh Hyunbin sampai-sampai pria itu terhuyung kebelakang. "Aku tidak tahu Sunbi ada dimana sekarang. Kemarin kami tidak bertemu dan dia sulit dihubungi hari ini." Hyunbin berucap sambil merapihkan setelannya.

"Jika kau tidak tahu, bagaimana dengan sekertaris Kim bukankah kemarin kau makan siang dengan Sunbi." Kedua orang itu menatap sekertaris Kim yang terlihat kebingungan.

"Kemarin kami memang bertemu, dan aku mengantarkan dia pulang walau tidak sampai di depan rumahnya."

"Kau menurunkan seorang wanita di pinggir jalan?" Minho menatap pria itu dengan sorot tajam. Siapapun akan tahu jika daerah tempat tinggal Sunbi terlalu rawan karena tidak dipasang kamera pengawas.

"Itu bukan keinginanku, dia turun untuk mampir ke suatu tempat dulu. Setelah itu kami tidak saling menghubungi."

Hyunbin terdiam, apa orang yang selama ini mengancam ketenangannya mulai mengusik orang-orang disekitarnya? Kenapa harus Sunbi?

Jekyll, Hyde and Me [Exo's Baekhyun]Where stories live. Discover now