27.

17.1K 1.3K 317
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.

Spam komen juga boleh, biar aku cepet update, wkwk.
_______________________________________

"Apa maksud lo?!" tanya Aksa dengan napas memburu.

"Udahlah, nggak penting ngomong sama lo!" Cia pun pergi dari hadapan Aksa, tangannya menggandeng tangan Ziad.

Sebenarnya, Ziad pun terkejut akan ucapan Cia, namun ia mengerti, pasti Cia mengatakan itu agar Aksa menjauh darinya.

"Ci, lo yakin nggak mau gue anter ke rumah bokap sama nyokap lo?" tanya Ziad saat keduanya sudah berada di luar rumah sakit.

Cia menganggukkan kepala. "Iya, gue yakin. Gue nggak mau ngerepotin lo terus. Lagian, sekarang gue udah sembuh, ya walaupun masih sakit sedikit," jawabnya disertai kekehan kecil.

Senyum di wajah tampan Ziad seketika mengembang sempurna, sudah lama ia tak melihat wajah Cia yang bersahabat ketika perempuan itu sedang berbicara dengannya.

"Zi! Ziad!" Namun tak ada jawaban dari sang pemilik nama. Cia sendiri merasa heran, mengapa Ziad tersenyum seperti itu?

Lalu kedua tangan Cia memegang bahu Ziad, dan mengguncangnya pelan. "Ziad!"

"Ya?"

"Lo kenapa?"

Ziad menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue seneng aja ngeliat lo nggak jutek lagi sama gue, makasih ya lo udah mau maafin semua kesalahan gue di masa lalu."

"Iya, sama-sama. Tapi inget! Jangan diulangi! Kasian cewek yang jadi korbannya," ujar Cia.

"Oke, siap." Hening sejenak, sampai akhirnya Ziad membuka suara kembali. "Beneran lo nggak mau dianter sama gue, Ci?"

Cia mengembuskan napas kasar. "Iya bener. Udah sana lo pulang!"

"Iya, iya!"

°°°°°

"Assalamualaikum, Bunda."

"Wa'alaikumussalam. Cia, kamu ke sini, Sayang? Mana Aksa? Kenapa kamu nggak bareng sama dia?" tanya Rihana-- bunda Cia.

Cia langsung mencium punggung tangan bundanya, lalu duduk di samping wanita paruh baya itu.

"Ayah mana, Bun?" tanya balik Cia, ia tak menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Rihana.

"Ayah kamu ada di ruang kerja, kebetulan hari ini dia nggak ke kantor," ucap Rihana.

Hening beberapa saat, sampai akhirnya Cia berucap, "Cia mau ngomong sesuatu sama kalian berdua. Boleh Bunda panggilin ayah ke sini?"

Rihana mengerutkan kening samar, ia bingung dengan sikap putrinya. Mengapa sangat berbeda?

"Sebentar, Bunda panggilin." Rihana mulai melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu per satu untuk memanggil Adit.

Beberapa menit kemudian, Rihana datang dengan Adit yang berada di sampingnya.

"Ayah!" Cia yang melihat Adit pun segera menghamburkan diri ke dalam dekapan hangat ayahnya.

"Eh putri Ayah. Ada apa ini? Tumben kamu ke rumah. Kamu mau ngomong apa sama Ayah dan Bunda?"

"Tentang Aksa," ujar Cia to the point, ia melepas pelukannya dari tubuh Adit.

"Aksa? Dia bisa jadi imam keluarga yang baik kan buat kamu, Sayang?" Adit mengelus surai Cia dengan lembut.

Cia tertawa hambar. "Jauh dari kata baik, Yah."

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang