CHAPTER : 07

23 5 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Tolong apresiasinya dengan menekan bintang di pojok kiri bawah dan komen 🥲🙏🏻

Typo tandain aja

💕Happy Reading💕

────────

────────

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Auriga mematikan mesin motornya saat tiba di depan rumah seseorang. Rumah Aluna lebih tepatnya. Tadi ia ingin mengembalikan kotak bekal Aluna, namun gadis itu sudah pulang duluan.

Baru saja ingin mengetuk pintu, Auriga berbalik badan saat mendengar mesin mobil memasuki area halaman. Bisa ditebaknya itu adalah kakak dari si gadis. Aland Davendra Mahardika.

Aland terdiam sejenak di dalam mobil saat melihat Auriga bertamu ke rumahnya. Setelahnya ia keluar dan mendatangi Auriga yang masih di posisinya di depan pintu utama.

"Ada apa?" tanya Aland dingin.

Auriga menyodorkan totebag berwarna coklat muda itu. "Balikin ini."

Aland menatap totebag itu lalu menerimanya. "Sejak kapan?"

Tatapan Aland dan Auriga yang sama-sama tajam dan dingin membuat hawa di sekitar mencekam.

"Setelah MOS," jawab Auriga datar.

"Jauhi adik saya."

"Tanpa Anda minta akan saya lakukan."

"Pergi."

"Titip makasih untuk dia. Saya pamit." Tanpa mengucap sepatah kata lagi Auriga pergi meninggalkan kediaman keluarga Mahardika, menyisakan Aland yang masih terdiam di depan pintu dengan kepala menunduk.

"Jadi lo nggak dengerin semua kata-kata gue, ya, Lun?"

"Dan Abbay ... lo juga bohong."

Aland mengangkat kepalanya lalu membuka pintu rumah. Saat masuk ia sudah disambut dengan senyuman hangat sang istri, membuat emosinya seketika mereda.

"Kusut gitu mukanya, kenapa?"

Aland mengangkat totebag di tangannya, membuat Karamel menautkan alisnya. "Itu bukannya punya Aluna? Totebag yang tadi pagi dia bawa kok bisa sama kamu?"

"Mana dia?" tanya Aland tanpa menjawab pertanyaan Karamel.

"Di kamarnya. Kenapa sih?"

Aluna's Story [Discontinue]Where stories live. Discover now