“Wah?! Akhirnya kau datang juga! Kami baru saja akan merencanakan kunjungan ke rumahmu kalau kau tidak juga masuk hari ini!” Heejin menyambut kedatangan Renjun dengan sukacita.
Gadis itu menghampiri Renjun yang masih digelayuti oleh Ningning lalu memeluk si mungil tak kalah erat. “Jangan sakit lagi. Kami semua sangat mengkhawatirkanmu, tau!” ucap Heejin sambil menepuk-nepuk puncak kepala Renjun, layaknya seorang ibu yang sayang anak.
Renjun tersenyum teduh. Hatinya menghangat mendapat perlakuan lembut dan penuh perhatian dari banyak orang. Tak hanya keluarganya saja, tetapi juga teman-teman di sekolah tak kalah sayang kepadanya mengalahi ayahnya sendiri.
Kekehan renyah keluar dari mulut Renjun. “Terima kasih dan maafkan aku telah membuat kalian khawatir. Tapi aku sudah benar-benar sehat bugar kok sekarang!”
Sebenarnya Renjun menyimpan sebuah fakta, bila absennya ia kemarin-kemarin disebabkan karena heat yang baru didapatkannya. Sesuai anjuran dari dokter Yoo, untuk sementara waktu lebih baik tidak memberitahukan siapapun terlebih dulu, sekalipun pada dokter jaga di UKS sekolahnya.
Renjun memiliki alasan tersendiri mengapa ia harus menyembunyikan fakta itu dari orang luar. Termasuk salah satunya, demi keselamatan dan keamanannya sendiri.
Melihat respon teman-temannya sampai detik ini, sepertinya belum ada yang menyadari perubahan dari dirinya. Itu sedikit melegakan Renjun. Itu artinya, suppressant yang diberikan oleh dokter Yoo cukup manjur. Tinggal Renjun saja, yang harus menjaga jarak aman dari Alpha-Alpha di sekitarnya.
“Ya sudah, yuk, kita masuk ke kelas!” Heejin mengajak Renjun dan yang lainnya naik ke kelas bersama-sama.
Dhuk
Seseorang menyenggol pundak Renjun cukup keras, sampai membuat Renjun nyaris terjungkal ke belakang andai saja Ningning tidak cepat memegangi Renjun.
“Sialan! Perhatikan ke mana kau jalan, dasar buta!” gertak orang itu sambil marah-marah.
Ningning dan Heejin yang berada dekat Renjun auto emosi. “HEI! KAU YANG LEBIH DULU MENYENGGOL TEMAN KAMI! HARUSNYA KAU YANG MINTA MAAF!” hardik Heejin yang maju membela Renjun.
Renjun panik, bisa gawat bila Heejin dan Ningning memarahi orang itu. “Sudah...tidak apa, tidak sakit kok. Tadi juga salahku karena kurang memperhatikan jalan,” ujarnya berusaha mendamaikan suasana.
Pemuda tinggi yang bersenggolan dengan Renjun hendak membentak lagi, namun tidak jadi ketika penciumannya menghirup sesuatu yang manis bercampur harum di dekatnya. Tak ayal aroma itu membuat atensi pemuda garang itu teralihkan dengan cepat.
“Tunggu!”
Greb
Pemuda itu mencengkram pundak Renjun yang hendak pergi dari sana secara tiba-tiba. “Kau! Aroma wangi ini berasal darimu bukan?!” tudingnya dengan nafas yang mulai memberat.
Deg
Renjun melebarkan matanya, seketika tubuhnya menegang mendengar perkataan pemuda itu padanya. ‘Apa...dia masih bisa mencium aromaku?!’
Tanpa diduga, pemuda itu memegangi kedua sisi pundak Renjun dan mencengkramnya cukup kuat sampai membuat Renjun meringis kesakitan. “Ya! Benar! Aroma ini berasal darimu!”
Raut pemuda itu tampak seperti orang bernafsu. Renjun yang menyadarinya, sontak berusaha melepaskan diri dari cengkraman menyakitkan pemuda itu.
Heejin dan Ningning yang melihat Renjun memberontak segera membantu pemuda mungil tersebut. Keributanpun terjadi, ke-4 orang itu menyedot perhatian orang-orang di sekitar mereka, termasuk salah satunya Guanlin yang baru menginjakkan kaki memasuki gerbang sekolah.
BẠN ĐANG ĐỌC
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 21 : Keep the Distance 」
Bắt đầu từ đầu
