C H A P T E R 12 : Hestia Victorin

Начните с самого начала
                                    

Tubuh rampingnya dibalut dengan pakaian tidur tipis, sedikit panjang dengan model yang terbuka di bagian kaki kirinya. Menampilkan sedikit jenjang kaki itu. Potongan dada yang sedikit rendah dengan tali sejari, ditutupi dengan jubah tidur yang transparan.

Seperti inilah seharusnya selir Kaisar berpenampilan.

Para pelayan mulai berjalan ke luar ruangan, Ayrha mengode padaku untuk ikut keluar ruangan bersamanya.

"Kau duluan saja Ayrha. Aku ingin menyampaikan pesan Kaisar sebentar pada Putri Hestia." Bohongku padanya. Ayrha hanya mengangguk dan langsung keluar dari kediaman Hestia.

"Kenapa kau masih disini?" Suara yang terdengar familiar itu memasuki indera pendengaranku.

Aku menghela napas sejenak, lalu membalikkan tubuhku. Sepasang mata itu membulat terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka. Tentu saja, Hestia pasti sangat terkejut melihatku berada di sini.

"H-helcia?" Ia berjalan cepat menghampiriku.

"Lama tidak berjumpa, Kak." Aku tersenyum tipis.

Sadar dari keterkejutannya, ia lantas menatapku tajam sekaligus bingung.

"Apa yang kau lakukan disini? Dan baju itu.. kau pelayan Kaisar?"

"Ya, begitulah."

"Apa karena hidup dalam pelarian membuatmu jatuh miskin dan memutuskan untuk menjadi pelayan disini?" Hestia mengerutkan keningnya.

"Bukan begitu! Kalau sampai jatuh miskin, lebih baik aku kembali ke kerajaan daripada harus menjadi pelayan disini."

"Lalu ini apa? Kau menjadi pelayan Kaisar? Aku sama sekali tidak mengerti."

"Aku akan menjelaskannya."

"Helcia, dengarkan aku. Jika ada bangsawan yang mengenalimu, kau akan membuat martabat keluarga kita jatuh. Jadi lebih baik kau kembali ke kerajaan dan jalani saja hidupmu di sana." Hestia terus menatapku tajam.

Aku tau dia berkata seperti itu karena mengkhawatirkan martabat dan nama keluarga, bukan khawatir akan kondisiku.

"Sudah kubilang ini bukan keinginanku!" Aku menghela napas sejenak sebelum kembali berbicara.

"Kakak sudah tau, kan, bibi Rosanie telah tiada?"

Hestia membulatkan matanya terkejut, "a-apa maksudmu?"

Aku mengerutkan kening. "Kau belum mengetahuinya? Aku sudah mengirimkan surat pada Kak Herios, aku yakin dia sudah membacanya."

Hestia menutup mulutnya, terkejut tentu saja. Matanya nampak berkaca-kaca, berkedip sekali saja sudah pasti air matanya akan banjir keluar.

"A-aku tidak tau. Kakak sama sekali tidak memberitahuku."

"Jangan menangis, nanti riasanmu rusak."

Entah sudah berapa lama aku tidak berbicara panjang seperti ini bersamanya. Biasanya kami hanya bertegur sapa secara formal, tidak pernah benar-benar mengobrol panjang. Hestia terlihat mati-matian menahan air matanya.

"Lanjutkan."

"Bibi meninggalkan surat untukku. Dia berkata aku harus mengambil kembali rahasia keluarga Victorin yang sekarang berada di tangan Kaisar Alcacio. Maka dari itu, aku berada di sini."

"Huh?"

"Aku tidak tau pasti benda itu seperti apa. Namun aku akan berusaha mencarinya, selagi aku melakukan misiku, jangan berkata apapun tentangku. Apalagi sampai membocorkan rahasia ini ke Kaisar." Aku menatapnya tajam.

Hestia menggigit bibir bawahnya, "kenapa harus seperti ini? Kalau mau mencari mati jangan melibatkan keluarga kita, Helcia! Kau tau kan apa akibatnya jika Kaisar sampai tau? Aku tidak mau mati konyol karena mu."

The Emperor's Maid (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя