「 19 : Triggered 」

Mulai dari awal
                                        

Seluruh pasang mata yang melihat kebersamaan Renjun dan juga pemuda tinggi itu diam-diam memekik heboh. Karena memang Renjun sangat jarang terlihat dekat dengan Alpha manapun. Tetapi pengecualian untuk pemuda bernama lengkap Lee Guanlin yang cukup sering terlihat dekat dengan Renjun seperti sekarang.

“Wah, tumben kalian bersama. Habis dari mana?” Langkah keduanya terhalang oleh Heejin yang berdiri di ambang pintu kelas.

“Minggir, Jin. Kami mau masuk.” Renjun berusaha menyingkirkan Heejin yang hendak menghujani mereka berdua dengan beberapa pertanyaan.

Guanlin tersenyum tipis menanggapi pertanyaan penuh kecurigaan yang Heejin lontarkan. “Habis membantu Renjun membawa buku ke ruang penyimpanan.” Dan sama sekali tidak berusaha menutupi sesuatu antara dirinya dan Renjun.

Renjun melirik Guanlin takut bercampur panik. Bukan tanpa alasan mengapa Renjun sedikit panik, takutnya para penggemar garis keras Guanlin akan salah paham kepadanya.

“Cuma bantu saja kok. Tidak lebih.” Renjun berusaha menekankan sesuatu yang mana jatuhnya terlihat lucu dimata Heejin dan kawan-kawan gadis itu.

“Awww~ lebih juga tidak apa-apa. Kalian cocok kok bersanding berdua~” goda Jimin atau yang akrab dipanggil Karina, yang duduk di bangku paling depan dekat pintu.

Renjun mendengus panjang dengan muka kelihatan ketus. “Apaan sih? Tidak. Jangan berbicara aneh-aneh, itu hanya akan membuat Guanlin berada di situasi canggung denganku,” tegurnya kemudian.

Tetap saja, yang namanya Heejin and the gang, mereka lebih suka mengabaikan protesan Renjun. Mereka tidak bermaksud jahat kok, hanya suka menggoda Renjun dengan alasan wajah Renjun kelihatan semakin menggemaskan ketika pemuda itu marah.

Tak memperdulikan godaan dari teman-temannya, Renjun berlalu memasuki ruang kelasnya. Fyi, Renjun itu termasuk jajaran Omega populer di sekolahnya. Jadi Renjun sering sekali dicocok-cocokkan dengan Alpha yang ada di sekolah. Mulai dari kakak seniornya dulu sampai adik kelas yang dinilai setara dengan kedudukan Renjun, sampai membuat Renjun muak sendiri jadinya.

Oh, ayolah. Renjun bukannya tidak laku kok. Ia hanya sedang tidak bergairah untuk mencari selingan selama belum menemukan tambatan hati yang telah ditakdirkan oleh Moon Goddess untuknya. Jadi, daripada membuang waktu untuk mencari pasangan sementara, Renjun lebih suka menyendiri dan mencari kesibukkan lain untuk mengisi hari-harinya agar tidak terasa membosankan.

Renjun mendudukkan bokongnya di bangku miliknya setelah berhasil melewati Heejin dan teman-teman gadis itu yang suka sekali menggoda ia. Guanlin sendiri masih berbincang dengan Heejin dkk, tampak ceria sekali rupanya. Bila dilihat-lihat, gerombolan manusia tampan dan cantik yang berdiri di depan kelas itu memang kelihatan menonjol dibandingkan dengan murid lainnya. Dan entah bagaimana awalnya, secara tidak langsung Renjun juga merupakan bagian dari orang-orang populer itu.


Deg


Tubuh Renjun membeku sesaat, ketika ia tiba-tiba merasakan hal janggal dalam hatinya. Kepalanya menoleh, menghadap keluar jendela yang tertutup. Tangan kanannya mengusap lembut bagian dadanya dari luar seragam. Sesuatu membuat hatinya terasa seperti digelitik.

“Njun? Kenapa?”

Renjun mendongak, melihat Guanlin yang entah sejak kapan tiba di tempatnya berada. “Ke-kenapa apanya?” Renjun berbalik tanya.

Guanlin menatap Renjun lekat seakan tengah mengobservasi pemuda bertubuh mungil itu. “Mukamu sedikit pucat. Ada apa? Kau sakit?” Ekspresi yang ditunjukkan pemuda itu menunjukkan bahwa Guanlin benar-benar mengkhawatirkan Renjun.

“Tidak...tidak ada apa-apa.” Renjun memijit pelipisnya pelan. “Aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku.” Lalu memberikan senyum tipisnya pada Guanlin.

Renjun tidak menyangka bila Guanlin ternyata memperhatikannya sampai sedetail itu.

Guanlin terdiam sejenak kemudian berkata lagi, “Jika terjadi sesuatu, kau bisa memberitahuku, oke?”

Renjun yang berpikir bila Guanlin mengkhawatirkannya sebagai teman baik lantas mengangguk mengiyakan. “Oke. Terima kasih banyak.” Dengan senyum lebar yang tampak manis.

Bertepatan dengan bel tanda istirahat berakhir berbunyi. Semua teman-teman sekelas mereka mulai masuk ke dalam kelas lagi. Begitu juga dengan Guanlin harus kembali ke bangkunya sendiri.

Senyum Renjun perlahan sirna, tangannya kembali terangkat untuk memegangi bagian dadanya yang masih terasa aneh. Ini bukan kali pertamanya Renjun merasakan gelanyar campur aduk seperti ini, tetapi Renjun sendiri tidak tahu apa pemicunya sampai dirinya cukup sering merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya sejak ia lahir ke dunia ini.

Renjun berharap feelingnya keliru, tetapi ada kemungkinan besar, sesuatu yang dirasakannya ini merupakan sebuah tanda atau sinyal.

Tetapi apa?

Renjun tidak tahu, sampai sekarang ini ia belum mendapatkan clue sama sekali. Lantas Renjun menjambak rambutnya sendiri sebagai bentuk pelampiasan atas kefrustasiannya karena tidak bisa memecahkan misteri ini.

Diam-diam Guanlin yang duduk di barisan agak depan menengok ke belakang, tepatnya ke arah bangku Renjun berada. Tampak si mungil tengah memegangi bagian kepalanya bak orang frustasi. Guanlin ingin sekali menghampiri Renjun, sekedar memastikan jika tidak terjadi sesuatu kepada si mungil itu. Sayangnya, guru sudah memasuki kelas mereka. Terpaksa Guanlin mengurungkan niatnya.

‘Apa yang mengganggu pikiran Renjun ya? Akhir-akhir ini, Renjun kelihatan tidak tenang..’  Guanlin bertanya-tanya dalam hatinya.




🦊 TBC 🦊

Our Fate 「 The Jung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang