“Ada apa sih ribut-ribut?” Hyunjin yang merasa terganggu dengan keramaian di koridor, bergerak maju untuk memeriksa. Begitu sampai di barisan terdepan, mata Hyunjin membelalak kaget melihat Jeno bersimpuh sambil mengerang kesakitan di lantai.
Segera saja Hyunjin berlari mendekati Jeno dengan perasaan panik bercampur khawatir. “Oi, Jen?! Ada apa? Apa yang terjadi?!” Ia sedikit mengguncangkan pundak Jeno, bermaksud untuk menyadarkan pemuda itu bila dirinya sudah datang.
“Ughh....brengsek!” Jeno mengumpat kesal, berusaha untuk mengenyahkan suara asing yang membuat pikirannya kacau.
“Jen! Sadarlah! Hei!” Perlahan suara Hyunjin dapat Jeno dengar. Suara asing yang terdengar creepy itu juga sudah tidak bersuara lagi, akhirnya Jeno mendapatkan ketenangannya lagi.
Helaan nafas Jeno terdengar. Pemuda itu bisa sedikit mulai tenang dan secara perlahan menurunkan tangannya dari telinga. Tetapi tak disangka, Jeno justru merasakan tubuhnya lemas seakan energinya baru disedot habis.
Beruntung, Hyunjin dengan sigap menahan tubuh Jeno yang nyaris terkulai di atas lantai yang kotor.
“Jen!!” Hyunjin mendekap tubuh lemas Jeno. “Oi, Jen. Kau baik?” Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Jeno yang terkulai lemas.
Sementara itu, Sujin, si pelaku pemukulan Jeno tadi semakin panik. Belum lagi mulai banyak yang siswa berbisik-bisik menganggap ialah yang sudah menyebabkan Jeno histeris seperti tadi.
“Cih! Dasar tukang drama! Tunggu saja pembalasanku nanti!” ancam Sujin sebelum melarikan diri untuk menyelamatkan harga dirinya yang masih tersisa.
Sepeninggalan Sujin, perlahan Jeno mendapatkan kembali energinya yang sempat terkuras.
“Thanks..aku hanya sedikit pusing tadi..” Tak lupa berterimakasih pada Hyunjin yang sudah menahan tubuhnya agar tidak terkapar memprihatinkan di lantai yang dingin dan kotor.
“Ini bukan masalah besar. Kau bisa bangkit berdiri tidak? Perlu aku bantu ke UkS?” Hyunjin adalah pemuda yang baik hati, tentu ia tidak akan membiarkan temannya terkulai seorang diri tanpa ada yang menolong.
Jeno mengangguk singkat sebagai jawaban. “Tidak perlu ke UKS. Aku ke kelas saja,” tolaknya kemudian.
Hyunjin tidak berkomentar apa-apa dan melakukan seperti yang Jeno minta. Berhubung banyak orang yang berkumpul menyaksikan mereka, ada baiknya jika Hyunjin membawa Jeno pergi dari sana.
🌼
🌼
Di lain tempat, pada waktu yang sama..
Dhuk
Buku-buku tebal yang terselip dari pegangan tangan mungil itu berserakan di atas lantai. Seorang gadis yang tadi menyenggol pundak pemuda itu hanya tertawa kecil seakan tengah mensyukuri kecerobohan yang disebabkan olehnya barusan.
Renjun, pemuda yang tengah membawa buku-buku itu hanya bisa menghela nafas lelah. Tanpa banyak protes, ia memunguti dan menumpuk buku-buku itu seperti semula.
Tak ada satupun orang yang berniat membantu Renjun membawa buku-buku yang hendak disimpan di ruang penyimpanan itu.
“Renjun?” Sampai seorang pemuda bertubuh jangkung melihat Renjun tampak kesusahan membawa setumpuk buku berat dengan kedua tangan kurusnya. Pemuda itu dengan segera menghampiri Renjun dengan niat membantu meringankan tugas si mungil.
“Sini, aku bantu bawakan ya?” Tanpa menunggu persetujuan Renjun, pemuda itu mengambil setengah dari buku yang Renjun bawa.
Jujur, Renjun benar-benar membutuhkan uluran tangan saat ini, sebab tenaganya seorang tak cukup kuat mengangkat buku-buku itu sampai ke ruang penyimpanan yang jaraknya lumayan jauh.
YOU ARE READING
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 19 : Triggered 」
Start from the beginning
