「 17 : Another Commotion 」

Depuis le début
                                        

Jika memang iya, berarti Klan yang memegang kekuasaan di sana sangat lalai dan ceroboh. Atau jangan-jangan, ada oknum tertentu yang memang sengaja membiarkan kaum Rogue bebas berkeliaran?

Jaehyun menaikkan satu alisnya seraya berpikir, “Bukannya daerah sana dijaga oleh Klan Cho?” tanyanya, sekedar memastikan. Sebab seingatnya daerah itu dipegang oleh Klan Cho.

Klan Cho sendiri bukanlah Klan besar setara Klan Jung atau Klan Kim, tetapi wilayah yang menjadi teritorial Klan tersebut cukup luas, termasuk sekolah Jeno dan juga taman hutan buatan yang menjadi TKP ledakan di siang bolong ini.

“Iya, benar.” Yuta mengangguk mengiyakan. “Klan Cho ya...sejak anak dari Pemimpinnya dinikahkan, sistem kerja Klan Cho semakin berantakan dan tidak sebagus dulu lagi. Kurasa Klan itu mempunyai masalah internal yang cukup pelik ya.” Hampir seluruh masyarakat Korea mengetahui skandal yang menyangkut Klan Cho tersebut.

Jaehyun menyisir rambut tebalnya ke belakang. Ia tidak mengurusi persoalan Klan lain, yang hanya ingin ia ketahui adalah kondisi puteranya yang ada di kawasan itu. “Kirim beberapa orang berjaga di sekitar sekolah Jeno. Buatkan mereka surat pengantar resmi supaya tidak dituduh melanggar batas,” titah Jaehyun pada Yuta.

“Alasan yang dicantumkan apa? Mengawasi dan menjaga Jeno dan Jaemin, begitu?” tanya Yuta sebelum keluar dari ruangan Jaehyun untuk mengetikkan surat yang akan diberikan pada beberapa anak buah Klan Jung yang akan di kirim ke tempat itu.

Jaehyun mengangguk singkat. “Ya. Jangan lupa tambahkan stempel resmi Klan juga supaya mereka percaya.”

Yuta membungkukkan tubuhnya mengiyakan Jaehyun. Sepertinya Jaehyun tidak akan pergi ke sekolah Jeno sendiri, ya sudah, kalau begitu ia akan menitipkan Jaemin sekalian pada anak buah yang akan ia kirim ke sana saja nanti.



🌼

🌼




“Jeno!” Jaemin berjalan cepat menghampiri Jeno, begitu melihat Jeno keluar dari toilet laki-laki.

“Jeno! Kau habis dari mana saja?!” Jaemin memegangi kedua pundak Jeno lalu mengguncangnya kencang. Raut muka Jaemin tampak begitu khawatir dan itu sedikit membuat Jeno merasa bersalah akan membohongi sahabatnya.

“Eum, aku dari rooftop tadi. Memangnya ada apa?” jawab Jeno setengah bohong. Setengah bohong 'kan memang? Jeno tadi memang mampir ke rooftop sebelum ia nekat kabur menuju taman hutan buatan melalui jalur yang tidak biasa andalannya.

Jaemin memicingkan matanya, menatap Jeno penuh selidik. “Serius?! Kau tidak berbohong padaku 'kan?!” tudingnya kemudian.

Jeno meneguk ludahnya kasar. “Tidak. Serius, aku dari rooftop tadi.” Jeno tidak berbohong sepenuhnya, Jeno memang baru turun dari rooftop karena ia memang kembali masuk ke sekolah lewat rooftop seperti caranya kabur di awal. Mungkin kalau Mark melihat aksinya tadi, kakaknya itu bisa-bisa memberinya julukan Jeno si Ninja.

Mendengar jawaban Jeno, Jaemin akhirnya bisa bernafas lega. Pikiran negatif tadi sempat menghantui benaknya. “Syukurlah. Kukira ledakan tadi ada kaitannya denganmu.”

Deg

Jantung Jeno berhenti berdetak beberapa detik. Feeling Jaemin itu bukan main, pemuda itu selalu dapat menebak apa yang ia lakukan walaupun dirinya tidak memberitahu Jaemin.

Dalam hati Jeno meminta maaf pada sang sahabat, ia terpaksa menyembunyikan fakta yang belum bisa ia ceritakan demi menghindari interogasi dari banyak pihak. Tidak, Jeno sudah cukup dipusingkan soal foto aibnya bersama Sookyung, ia tidak ingin menambah ruyam keadaan yang ada.

Our Fate 「 The Jung 」Où les histoires vivent. Découvrez maintenant