"Kamu lagi nggak sadar waktu itu, kamu lagi mabuk. Ingat malam di mana kamu nyuruh aku dateng ke rumah kamu? Malam itu kejadiannya," jelas Luna, air mata entah sejak kapan sudah berderai membasahi pipi.

Ya, Aksa mengingat malam di mana ia mabuk berat karena terlalu frustasi dengan kepergian Cia dari rumah. Akan tetapi, apakah dia melakukan hal semacam itu dengan Luna? Aksa benar-benar tak mengingatnya.

"Kamu harus percaya, kalau anak ini ...." Luna mencekal tangan Aksa, lalu menuntunnya untuk memegang perutnya yang masih rata. "Anak kamu."

"Aku harus gimana? Kalau semua orang tau tentang kehamilan aku. Aku pasti bakalan diusir dari rumah, bahkan dikeluarkan dari sekolah," lirih Luna. Ia menangis tersedu-sedu, membuat hati Aksa terenyuh.

Benar apa yang dikatakan Luna barusan. Jika semua orang tahu, maka Luna yang akan menderita.

"Lo tenang ya, Lun. Iya, gue percaya ini anak gue. Kita akan pikirin masalah ini sama-sama," ucap Aksa dengan suara lembut. Ia mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi Luna.

Luna tersenyum. "Beneran?"

"Iya, bener."

"Janji?"

Aksa menghela napas panjang sebelum akhirnya berucap, "Iya, gue janji."

Luna pun langsung memeluk tubuh Aksa erat, sangat erat, seolah tak mau lepas dari cowok itu.

°°°°°°

Sesampainya di rumah, Aksa dikejutkan dengan keadaan rumah yang berantakan. Sendok dan garpu berserakan di lantai, kursi yang terbalik, dan bantal-bantal sofa yang juga berada di lantai. Apakah rumahnya habis kemalingan?

Untuk memastikan barang berharganya aman, Aksa segera berlari menuju kamar. Setelah sampai di sana, lagi-lagi Aksa dibuat terkejut.

Bagaimana tidak, Cia sedang mengemas semua bajunya, tak terkecuali barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam koper.

Aksa mendekat. "Ci--Cia."

Mendengar namanya disebut, Cia langsung menoleh. Penampilan Cia yang jauh dari kata baik sudah menunjukkan bahwa perempuan itu habis mengamuk di dalam rumah dan marah besar pada Aksa.

"Lo mau ke ...."

"Talak gue." Suara dingin tersebut menyeruak di pendengaran Aksa.

"Apa?"

"TALAK GUE SEKARANG JUGA!!!" Cia bangkit dari duduknya, tatapan tajam ia layangkan ke arah Aksa. "Lo nggak cinta kan sama gue? Lo cintanya sama Luna. Sekarang, Luna lagi hamil anak lo! Dan gue ...." Cia menggantung ucapannya untuk beberapa saat. Ia tertawa kecil, lebih tepatnya menertawakan diri sendiri. "Gue udah nggak bisa mempertahankan hubungan kita lagi!" Mata Cia memerah.

"Dengan lo ngehamilin Luna, udah jadi bukti kalau lo nggak ngasih jalan buat gue untuk bisa dapetin hati lo!"

"Gue nggak mau jadi benalu terus di hidup lo, Aksa. Udah, cukup. Gue capek! Talak gue! Gue udah ikhlas!" ujar Cia. Di detik itu juga, air matanya luruh membasahi pipi.

"Ayo talak gue!"

Semua kata-kata yang keluar dari mulut Cia barusan seakan menjadi belati yang menusuk telak hati Aksa. Rasanya sakit. Mengapa Aksa merasakan sakit?

Dengan amarah yang sudah menguap di ubun-ubun, Aksa mencengkeram tangan Cia dan menyeret perempuan itu menuju kamar mandi.

"Aksa, lo ... aahhh!" Jidat Cia terbentur dinding kamar mandi hingga menimbulkan memar di sana akibat dorongan Aksa yang terlalu kuat.

"Gue nggak suka lo ngomong kayak tadi! Gue nggak mau kita cerai! Gue nggak mau!" ucap Aksa penuh penegasan.

"Tapi kenapa ...? Belum puas lo nyakitin gue, hah?!"

Aksa tak menggubris ucapan Cia, ia langsung menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari luar, membiarkan Cia kedinginan di dalam sana.

"Aksa! Aksa! Buka pintunya!" Cia terus saja berteriak, namun hasilnya nihil.

"Itu hukuman buat lo, sialan!!!" Lalu, Aksa pun segera pergi menjauh dari kamar mandi, ia tak mempedulikan teriakan Cia. Mungkin, memang ini jalan satu-satunya agar Cia tidak pergi dari hidupnya.

Jujur, Aksa tidak mau kehilangan Cia.

Sementara Cia, ia terduduk di lantai kamar mandi sembari menggedor pintu kamar mandi tersebut berulang kali. Ia tidak tahu, mengapa Aksa tak mengizinkan ia terbebas dari hidupnya?

"Kenapa lo nggak mau lepasin gue?" gumam Cia.

"Kenapa lo nggak mau lepasin gue?" gumam Cia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AKSAFA (End)Where stories live. Discover now