Tak ingin kehilangan jejak dua orang mencurigakan itu, Jaemin membuntuti mereka secara diam-diam. Nanti saja mencari keberadaan Jeno, Jaemin harus mencari tau fakta yang sebenarnya terjadi langsung dari mulut si drama queen amatiran itu lebih dulu.
👑
‘Brengsek! Tau begini lebih baik aku bolos sekolah saja!’ Jeno membaringkan tubuh lelahnya di rooftop sekolah yang sepi. Well, sebenarnya tidak boleh ada siswa yang mendatangi rooftop bila tidak ada kepentingan. Tapi karena Jeno dan keahlian khususnya, pemuda itu dapat dengan mudah membobol pintu rooftop yang terkunci rapat.
“Gggrrr! Ingin kucabik mulut mereka detik ini juga..biar sekalian mereka tidak bisa berkata-kata lagi seumur hidup mereka!” King menggeram marah di dalam Jeno. Selama ini dia sudah mencoba bersabar dan membiarkan Jeno menderita karena dibully oleh orang-orang rendahan itu.
Jeno dapat merasakan gejolak penuh amarah yang membuncah di dalam dirinya. Pemuda itu menggeram rendah, berusaha menahan emosi yang siap meledak detik ini juga, yang bisa berdampak besar bila dirinya sampai lepas kendali.
“King! Tahan! Jangan keluarkan emosimu di sini! Atau sia-sia saja perjuangan yang kita lakukan selama ini!” Jeno memperingatkan King dengan keras. Jeno dapat merasakan gelombang ‘mana’ perlahan menguar dari tubuhnya dan itu adalah ulah King.
Jeno berusaha menahan agar ‘mana’nya tidak lepas kendali dan menghancurkan bangunan di sekitar mereka.
Ini buruk. King dan pengendalian emosinya yang tidak stabil. Jeno sering mendapatkan masa-masa beratnya karena King lebih sulit untuk dikendalikan ketimbang dirinya.
“Grrrr! King, i command you to stop immediately!” tegur Jeno dengan kedua mata yang sudah menyala merah. Posisi tubuhnya berjongkok dengan satu lutut menempel di lantai dan sekujur tubuh yang kini diselimuti oleh ‘mana’ berwarna keunguan.
“King...pleasee...” Jeno berusaha menenangkan King meski ini sangat sulit. King mempunyai harga diri tinggi dan tidak suka bila ada satu orang yang merendahkannya.
“Jika kau ingin aku berhenti, kau tau bagaimana caranya, Jung Jeno...” balas King dengan suara rendah penuh emosi.
Tubuh Jeno dibuat tak berkutik mendengar perkataan King. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat di atas lantai rooftop. Tidak ada cara lain, Jeno harus melakukan ini untuk mengalihkan emosi King.
Nafas Jeno sedikit terengah, dengan keringat yang mulai membanjiri sekujur tubuhnya dari atas kepala. Bukan perkara yang mudah untuk mengontrol ‘mana’ sekuat miliknya. Jeno sangat mengetahui seberapa besar kekuatan yang dimiliki olehnya.
Dengan sisa kesadaran yang masih ada, Jeno berlari mendekati kawat pagar pembatas rooftop yang terbuat dari besi. Dalam sekali loncat, Jeno berhasil naik ke atas pagar tersebut. Tak khawatir dirinya akan terjatuh atau terpeleset, sebab Jeno memiliki keseimbangan tubuh yang bagus.
Bola mata Jeno yang masih bersinar merah mengedar, melihat pemandangan sekitar kota dari atas tempatnya berdiri saat ini. Satu-satunya tempat yang cocok untuk menenangkan emosi King adalah tempat yang sepi dan tidak terlihat oleh banyak orang.
Dan hutan adalah satu-satunya pilihan terbaik yang selalu Jeno gunakan sebagai tempat pelariannya di saat genting seperti sekarang.
👑
DHUARRRR
“KYAA?!” Seisi kelas dikejutkan dengan bunyi ledakan yang terdengar cukup keras tak jauh dari sekolah mereka.
Jaemin, yang tadinya asyik melamun sembari mencoret-coret abstrak di atas buku tulisnya seketika menoleh ke sumber suara ledakan tadi berasal.
Tak hanya Jaemin, seluruh murid yang ada di kelasnya juga dibuat terkejut. Bahkan guru yang tengah mengajar mendekati jendela guna mencari tahu dari mana sumber ledakan tersebut berasal.
Dalam sekejap, suasana di dalam kelas kontan menjadi ricuh, ada pula yang panik bahkan sampai nekat menghubungi keluarganya detik itu juga. Berbeda dengan teman-temannya yang panik dan heboh sendiri-sendiri, Jaemin justru duduk tenang seakan tidak ada takut sama sekali.
“Semuanya, harap tenang dan jangan ada yang keluar dari kelas sampai ada pemberitahuan dari pihak sekolah, mengerti? Bapak akan bertanya dulu ke kepala sekolah. Kalian semua, tetap di sini!” Guru Kim bergegas keluar dari kelas, hendak mendiskusikan hal ini dengan pihak sekolah terlebih dulu.
Sepeninggalan guru Kim, Jaemin bangkit berdiri, tujuannya jelas hanya satu.
Kelas Jeno.
Entah mengapa hatinya terdorong untuk memastikan bahwa sahabatnya itu aman dan tenang di dalam kelas.
Begitu tiba di kelasnya Jeno, Jaemin mengintip melalui kaca yang terdapat pada pintu. Namun sayangnya, Jaemin tidak melihat batang hidung Jeno di dalam sana. Bangku yang biasa Jeno tempati juga kelihatan kosong, bahkan tak ada tas yang menggantung di bawah meja atau belakang kursi. Tak ayal itu membuat jantung Jaemin berdebar semakin cepat.
‘Jeno ke mana?!’ Secara tergesa dan diselimuti kecemasan, Jaemin memasuki kelas Jeno untuk menanyakan kehadiran Jeno pada salah satu anak di dalam.
“Permisi, apa Jeno tidak ada di kelas dari tadi?!”
Kebetulan yang Jaemin tanyai adalah ketua kelas Jeno. Pemuda itu menggeleng kecil menjawab pertanyaan Jaemin. “Sejak jam pertama dia sudah absen. Padahal aku tadi melihat dia sudah datang.”
Jawaban yang sama sekali tidak ingin Jaemin dengar. Tanpa membuang waktu, Jaemin keluar dari sana setelah berterima kasih. Kini satu-satunya cara hanya menghubungi ponsel Jeno untuk menjangkau pemuda itu.
Drrrttt drrtttt
“Kau di mana...Jung Jeno?” Jaemin mendesis frustasi. Ia berusaha untuk tetap berpikiran positif, barangkali Jeno menenangkan diri di tempat tersembunyi di area sekolah mereka.
“Nakamoto, apa yang kau lakukan di luar kelas?” Seorang guru menegur Jaemin yang berdiri seorang diri di luar kelas.
“Maaf, ssaem. Orang tua saya baru saja menghubungi saya menanyakan situasi di sini. Jadi saya ijin mengangkatnya sebentar.” Jaemin memasukkan ponselnya lagi ke dalam kantong celana. Bila tidak, ponselnya bisa disita dan akan dikembalikan seminggu lagi.
“Bapak maafkan kali ini. Cepat masuk ke kelasmu lagi. Tunggu sampai ada arahan dari kepala sekolah lewat speaker.”
Jaemin membungkukkan tubuh mengiyakan. Dengan patuh Jaemin terpaksa kembali masuk ke dalam kelasnya.
Firasatnya sedikit tidak enak sekarang. Apalagi orang yang membuatnya semakin gelisah dan cemas ini tidak bisa dihubungi.
‘Kau ada di mana sebenarnya....Jeno?’
🐰 TBC 🐰
YOU ARE READING
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 15 : Skipping Class 」
Start from the beginning
