15. Kembali menjadi bagian dari hidupnya

72 10 6
                                    

Semakin dewasa umurku ini semakin membuatku sadar akan kehadiran setiap orang dalam hidup kita.

Ada yang datang untuk bertemu, lalu berpamitan untuk pergi.
Ada yang kembali tanpa menyadari jika dia telah datang sebelumnya.
Ada yang benar-benar tidak tau sama sekali pernah datang atau belum.

Singkatnya, siapapun mereka yang hadir di hidup ini. Merekalah yang menghiasi hari-hari ini, ada yang menghiasi hati dan ada pula yang membekas di hati.

Tampak asing untukku hidup satu atap dengannya. Padahal dulu kami tinggal berdekatan, namun aneh rasanya ketika sudab dewasa, terlebih dika sudah tau tentang aku yang mencintainya sepihak.

Namun akan semakin terasa aneh jika aku terus bersikap seperti ini. Aku akan mencoba bersikap seperti biasanya saja. Aku hanya butuh beberapa waktu untuk terbiasa seperti ini, yang nanti pada akhirnya aku juga harus terbiasa dengan tidak adanya dia lagi.

Sore ini aku berencana mengajak dika untuk ngobrol-ngobrol di luar, agar tidak terlalu kaku dengannya.

Ku hampiri dika yang sedang duduk di kamarnya dengan laptopnya. Aku duduk di sebelahnya.

"Ka, gimana kalo sore ini kita ngopi bareng" ucapku

"Kalo mau curhat disini aja, gausah keluar. Lagian juga lebih hemat" jawabnya sinis

"Dihh pelit banget sih jadi orang" ucapku sambil menggerutu

"Ngaku deh, mau curhat apa?" Tanyanya

"Ehh bentar deh, gue sebenernya heran deh sama sikap lu ka" ujarku sambil menatap heran wajahnya

Dika masih melanjutkan pekerjaannya di depan laptop.

"Aneh aja gitu, lu kadang galak, kadang dingin, kadang baik, kadang rese gitu" ucapku lagi

"Ahh masa sih" ucapnya lagi

"Iya deh bener. Kadang gue ngerasa bukan lu, tapi kadang gue ngerasa ya ini lu. Gue pusing deh, sebenernya lu ada berapa sih?" Tanyaku semakin heran

"Gue juga kadang suka aneh sama lu. Kadang lu manis, kadang lu gemeteran ga jelas, kadang lu gagap, kadang lu kaya ga punya dosa gini" balasnya

"Emang iya" ucapku sedikit gugup

"Nahh gini contohnya, abis nyerocos ngomong terus gugup gitu. Aneh tau ngga" jawabnya

"Beda ka, gue sama lu tuh beda. Lu tuh aneh banget sikapnya tauu" ucapku lagi

"Beda ya karna kita udah lama ngga ketemu aja" katanya

Aku terdiam, emang mungkin bener juga sih apa kata dika. Cuma dika itu kaya punya kepribadian ganda gitu. Aneh kadang berubah-ubah mood nya. Gue kan jadi bingung harus ngadepin dia yang ga jelas moodnya.

"Gimana 7 tahun ini?" Tanyanya tiba-tiba

"Gimana apanya?" Tanyaku berbalik pada dika

"Apa yang lu alami selama 7 tahun ini?" Tanya dika lagi

"Mmm banyak sih" ucapku

"Iya apa?" Tanya dika lagi

"Sini gue dengerin, biar ngga usah jauh-jauh ke cafe. Di rumah aja, lebih enak, nyaman, ngga berisik lagi" ucapnya

"Emang mau dengerin gue ngoceh sepanjang jalan tol ?" Tanyaku

"Kaya dulu engga aja" sindirnya

"Dulu beda kalii" ucapku

"Wahh berarti sekarang lebih receh dong daripada dulu" ledeknya

"Dihh apaan sih, emang dulu kaya gimana?" Ucapku mulai kesal

"Curhatnya jangan pake baper ya" sindirnya

"Iya ngga bakal, lagian ngapain baper" ucapku sinis.

Sore ini kembali mempertemukan aku dan dika yang dahulu.

Kami saling bercerita selama tidak bertemu 7 tahun ini. Dika seperti kembali lagi dalam hidupku.

Terkadang dia terlihat seperti orang lain, namun beberapa waktu dia seperti dirinya yang dahulu.

Tentu saja, ada 2 posisi dika dalam hidupku. Sahabat dan cinta. Aku bisa memposisikan dia kapanpun.

Saat sedang curhat, dika adalah sahabatku. Saat sedang berkeluh kesah dia juga sahabatku. Namun saat sedang rindu, dia adalah cintaku.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Where stories live. Discover now