12. Sendiri

78 15 10
                                    

Bukan salah hujan jika bumi ini basah. Jangan salahkan waktu ketika kita tidak datang lebih awal. Hanya butuh waktu untuk membuat semuanya baik-baik saja.

Angin tak akan pernah datang sendiri ketika ia berhembus kencang. Langit mendung akan menemaninya, setia.

Bukan tanpa sebab mendung mendatangkan hujan. Ia memberikan setetes demi tetes energi untuk setiap insan yang menerimanya dengan ikhlas.

Begitupun dengan segala hal yang terjadi pada hidup. Ketika semua masalah datang bersamaan, bukan salah kita karena kita terlalu lengah. Namun itu adalah energi yang mestinya menjadi penguat kita saat tumbuh menjadi manusia yang dewasa.

Aku mengerti satu hal, ketika semua masalah datang bertubi-tubi, saat aku merasa hanya aku yang menderita di bumi ini. Ternyata aku salah, semua yang datang bukan salahku. Melainkan karena mereka ingin, mereka yang membuatku lebih kuat daripada sebelumnya.

Waktu terus berlalu, tidak ada kabar dari rey. Sempat membuatku putus asa, membuatku rapuh, membuatku sakit. Namun, aku menyadari bahwa dunia belum berakhir. Aku masih harus menjalani hidupku, seperti yang sedang berjalan ini.

Sampai hari pernikahan tidak ada komunikasi antara aku dan dika. Aku mengerti kenapa dia seperti itu, karna dia tidak mencintaiku.

Aku hanyalah gadis bodoh dan gadis menyedihkan sepanjang cerita fiksi ini berlangsung.

Satu-satunya orang yang aku sayangi, sama sekali tidak menyukaiku.

Satu-satunya orang yang aku harapkan untuk membuatku sembuh dari derita ketidakpastian ini malah hilang seperti tertiup angin, sangat jauh.

Aku terduduk di lantai dekat dengan kasur. Sambil memandangi surat perjanjian yang dibuat dika.

Rasanya sangat aneh sekali saat membacanya. Permainan ini sangat membuatku tidak nyaman sama sekali.

Dika yang kukenal bukan seperti ini, dia yang baik, dia yang ramah dan mudah tersenyum. Mengapa sekarang begitu asing.

Hari pernikahan sebentar lagi, bahkan aku belum melihat baju apa yang akan ku kenakan nanti. Bukankah pernikahan adalah hal yang harusnya membahagiakan. Padahal yang akan menjadi suamiku nanti adalah dika. Tapi kenapa rasanya tidak sebahagia yang aku pikirkan.

Dua insan yang dipersatukan dalam ikatan sebuah pernikahan, mengenakan baju impiannya. Bergandengan dengan lelaki yang di cintai, berjalan kedepan dengan penuh semangat untuk membangun kehidupan yang baru bersama-sama.
Saling berjanji untuk selalu setia dan saling mencintai seumur hidup.

Bukankan begitu definisi pernikahan ?

Sedangakan, kenyataanya.. saat ini, yang kupunya hanyalah selembar kertas perjanjian yang harus segera kutanda tangani sebagai syarat pernikahan kami.

Lucu sekali..

Bagaimanapun nanti, aku hanya berharap. Setelah hujan yang amat deras ini berhenti, aku hanya ingin ada pelangi yang datang.

Pelangi yang benar-benar indah.

Walau hanya ada di dongeng-dongeng tapi aku yakin, pelangi yang datang bukan tanpa sebab. Ia datang untuk memberikan kebahagiaan pada setiap insan yang hidup di dunia ini dengan sabarnya, dengan ikhlasnya, dan dengan perjuangannya.

Itulah harapanku saat ini, hanya itu penguatku saat ini. Bahkan aku harus bisa memberi kekuatan pada diriku sendiri saat rapuh. Tidak bersama rey lagi. Bahkan nyatanya aku bisa, aku lebih kuat daripada yang kupikirkan selama ini.

Pernikahan akan segera berlangsung, saat rey datang nanti aku akan menjelaskan dengan berani. Aku akan mengatakan semua hal yang ingin ku katakan padanya.
Semoga bab bersamanya belum berakhir, sehingga aku masih bisa melanjutkannya.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Where stories live. Discover now