8. Belum selesai

92 15 21
                                    

Sejak pertemuan kembali antara kami berdua, rasaku mulai ragu, rasa ini terus mengusik hidupku. Berkali-kali menyadarkan diri bahwa ini adalah hal biasa, tidak akan ada yang berubah lagi. Dia hanya masalalu yang sudah selesai, tidak akan ada lagi Bab di cerita ini untuknya. Benar, dia hanya sahabat kecilku. Ujarku, mencoba menenangkan hati ini.

Pagi ini, aku hendak berangkat ke toko. Aku memiliki toko kue di pinggir jalan. Toko yang aku bangun dengan kerja kerasku selama ini, kuliah sambil mencoba berjualan kesana sini.

Tidak lama kemudain ponselku berdering, ternyata chat dari rey. Dia memgabarkan bahwa dia sudah mulai bekerja untuk membuat rumah milik client nya.

Saat membuka pintu, hal yang sangat mengejutkanku adalah orang yang berada di hadapanku sepagi ini, mengenakan kemeja biru muda dan dengan wajah yang seperti belum tidur beberapa hari. Dia kemudian tersenyum dan mebuatku teringat senyuman itu yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Rumah sakit tempatku kerja kebetulan deket banget sama tempat tinggal kamu" ucapnya

"Ohh gitu" kataku dengan nada yang bingung dengan situasi seperti ini

"Masuk" ucapku sambil mengajaknya masuk

"Besar juga yah" ucapnya sambil melihat-lihat isi kosanku.

"Lumayan sih buat sendiri bisa" jawabku sambil mengambil air putih

Kemudian dia duduk di sofa, namun kini matanya mulai terpejam. Saat memberikan dia minum, situasi ini membuatku kaku sekali. Lalu ku bangunkan dia yang tertidur di sofa.

"Emang berapa hari ngga tidur?" Tanyaku penasaran

"3 hari ada deh kayanya" jawabnya sambil menyantap air putih yang sudah kusediakan.

"3 hari ?" Tanyaku sedikit terkejut

"Iya 3 hari" jawabnya meyakinkanku

"Owh" ucapku , sebenarnya aku benci situasi ini. Kaku, aneh sekali.

"Aku ada operasi lagi jam 1 siang, sekarang jam 9. Boleh ngga tidur dulu disini. Tidur di rumah sakit ngga bisa, rame banget soalnya. Di ruangan tidur juga ngga enak nanti dikira males-malesan" ujarnya

"Kenapa ngga pulang?" Tanyaku

"Rumah di bsd, lumayan kalo pulang dulu" jawabnya

"Bsd?" Tanyaku

"Iya di bsd" jawabnya

"Sama siapa ? Ibu?" Tanyaku mulai penasaran

"Ibu di bandung" jawabnya

"Terus di bsd sama siapa?" Tanyaku lagi

"Sama naura" jawabnya, seketika memberhentikan pertanyaanku.

Naura? Dia sudah menikah kah? Siapa naura, pacarnya ? Saudara? Sepupu? Siapa naura? Pikiranku sedikit kacau , namun berusaha bertanya lagi.

"Tinggal bareng?" Tanyaku lagi

"Iya, kita cuma berdua dirumah. Ada sih si mbak yang bantu-bantu beresin rumah" jawabnya lagi

"Naura ko di tinggal sendiri?" Tanyaku lagi

"Naura kan ada si mbak, nanti ditemenin si mbak" jawabnya lagi.

Aku terdiam.
Oke, ini udah selesai. Dika udah bukan dia yang aku kenal lagi. Dia sudah berbeda, dan kami sudah tidak satu halaman lagi didalam buku.

"Kalo gitu aku pergi dulu ya mau ke toko" ucapku sambil mengambil tas yang berada di atas meja

"Hati-hati ya" ucapnya

Tidak banyak hal yang aku ketahui tentangnya saat ini. Hanya saja dia tamu, bukan siapa-siapa lagi. Jadi, bukan urusanku dia mau bagaimanapun. Aku hanya perlu menghargai tamuku saja.

Siang itu pukul 12.00 aku mulai khawatir, apakah dika sudah bangun. Dia akan ada operasi jam 13.00. Ahh tapi bukan urusanku, dia bisa bangun sendiri. Aku cuma harus memberi kabar pada rey, udah cukup.

Namun hatiku masih resah, dengan sedikit ragu-ragu aku menghubungi dika.

Saat itu sudah pukul 12.40, aku sangat khawatir dia tertidur pulas. Karena dahulu dia adalah anak yang malas bangun tidur.

"Hallo" ucapku

"Iya hallo" jawabnya

"Kamu udah bangun?" Tanyaku sambil menahan napas karena gugup

"Udah, sekarang lagi rumah sakit mau siap-siap ehh kamu nelpon" ucapnya

"Syukur deh kalo udah bangun, yaudah kalo gitu udah dulu ya" langsung kututup panggilannya.

Hampir saja, ngga-ngga ini cuma perasaan biasa. Ngga ada yang berubah ko.

Akhirnya aku mulai merasa lega kembali, lalu melanjutkan pekerjaanku.

Entahlah, aku mencoba menutupi kenyataan bahwa kini semua yang kulihat hanya hitam dan putih kini sudah berwarna.

Dika mengembalikan warna yang dulu hilang, dia kembali dengan ribuan pertanyaan.

Dia kembali seolah tidak terjadi apa-apa.

Dia kembali tanpa tau bagaimana perasaanku padanya, saat ini dan dulu.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Where stories live. Discover now