5. Setelah dia pergi

115 20 14
                                    

Setelah pindahnya dika beserta ibunya, kini kami sekeluarga mulai kesepian. Terutama ibuku, kini tidak ada lagi anak laki-lakinya yang ia sayangi. Begitupun denganku, hari semakin berat untuk dijalani. Rasanya hatiku tertampar keras. Ini lebih menakutkan daripada yang aku bayangkan. Padahal dia hanya pindah kota, namun aku begitu sedih.

Hari-hari terus berjalan dengan semestinya, Taufik hidayat di sekolah kami sudah pergi. Rasanya hampa, pergi berjalan ke sekolah rasanya hampa, rindu dia. Yang setiap hari menghidupkan detak jantung ini.

Ujian nasional berjalan dengan lancar. Tidak ada kabar dari dika, ataupun orang tuanya. Hampir putus asa karena percintaan, akhirnya aku mulai bangkit. Namun ibuku lebi dulu move on daripada aku.

Pagi itu saat ibuku sedang mencuci piring di dapur, aku menghampirinya.

"Bu, reka lanjut kuliah dimana ya bu kira-kira?" Tanyaku sambil membantu ibu merapihkan gelas-gelas.

"Kalau ibu dan ayah sih pengennya kamu lanjut di kota aja, cari universitas gitu. Yang negri kalau bisa" jawab ibuku seraya memberikan piring-piring yang harus ditata di lemari

"Ke kota apa ngga kejauhan ya bu" ujarku dengan nada pesimis.

"Apa mau ke luar negri" rayu ibuku

"Kejauhan lah bu, ngga tega aku ninggalin ibu sama ayah" Ujarku sambil memeluk ibuku

"Ke kota saja nak, ambil s1 disana. Jangan nakal tapi" Ucap ibuku sambil melepaskan pelukanku lalu menatap wajahku dengan penuh pengharapan.

Dialog kami berakhir sampai disitu. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah di kota. Jarak kota dengan desa kami sangat jauh, tidak memungkinkan untukku pulang pergi. Aku memutuskan untung sewa kost di daerah kampus terdekat.

Hari hari aku jalani seperti biasanya. Kuliah seperti biasanya, tidak ada yang menonjol dariku. Peringkatku di kelas masih aku pertahankan, namun untuk mendapat beasiswa aku masih belum bisa mendapatkannya.

Suatu hari ketika aku pulang kuliah bersama temanku tidak sengaja melihat seseorang yang aku kenal. Benar dia adalah dika. Namun saat itu dia sedang berada di dalam mobil, aku tidak sempat memanggilnya karena aku dan temanku menunggu di halte bus, bus berada tepat di hadapanku. Semua orang berantre untuk masuk kedalam bus, Temanku menarik tangangku dengan buru-buru.

Sejak saat melihat dika berada di kota yang sama denganku, aku mulai merasa ada sinar yang terlihat dihatiku. Ada rasa penasaran, ada rasa senang, campur aduk rasanya.

Setelah perginya dika, semua rutinitasku berjalan dengan lancar, namun rasanya tidak berwarna. Hanya putih dan hitam, bahkan aku tidak tau bagaimana caraku untuk mewarnainya. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Reyhan.

Kami bertemu di kampus, dia adalah kakak kelas namun berbeda jurusan denganku. Riana temanku yang menjodohkan kami berdua. Sebenernya kita ngga pacaran, cuma pendekatan saja.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Where stories live. Discover now