T i g a B e l a s

Începe de la început
                                    

Sebenarnya Deo heran dengan ucapan Jeje yang mengatakan ibunya mati, tapi sepertinya ini bukan momen yang tepat untuk bertanya secara langsung.

"Gue bawa motor sendiri apa gimana?" Tanya Jeje saat mereka sampai di tempat dimana motor Deo terparkir.

"Motor lo disimpen dimana?" Tanya balik Deo dan gadis itu menunjuk tempat steam motor disebrang jalan.

"Gue lagi males nyetir sih," jujur Jeje.

"Yaudah gue bonceng aja, biar kayak nge-date hehe," jawab Deo memamerkan senyuman kikuknya.

"Yaudah."

"Eh, beneran?"

"Iya, Dorant."












___________


Keduanya begitu menikmati perjalanan. Jeje juga tidak terlalu memikirkan bolosnya disekolah kali ini. Karena Deo benar-benar membawanya pergi ke tempat yang ia suka. Alam luar. Eum...tidak juga sih.

Tempat ini juga belum pernah ia kunjungi.

"Lo gila ya?!" Sentak Jeje saat mereka sampai di tujuan pertama.

Iya, tujuan pertama. Agenda Deo hari ini penuh sekali. Kapan lagi ia menghabiskan waktu bersama Jeje jika bukan hari ini.

"Lo mau nyoba?"

"Berdua sama gue," lanjut Deo dan Jeje menggelengkan kepalanya.

"Gue belum siap mati."

"Siapa juga yang mau bunuh lo," ujar Deo cepat.

"Tapi ini tinggi banget Ardeo," ucap Jeje dan memperhatikan jurang tinggi dibawah sana. Jantungnya bisa mendadak copot jika ia menuruti kemauan pemuda di depannya ini.

"Jadi?"

"Gue tertantang sih, tapi..."

"Kenapa?" Tanya Deo saat kalimat yang Jeje ucapkan tertahan.

"Gue belum mau mati."

"Seenggaknya kita ke akhirat bareng," ujar Deo santai dan Jeje menepuk bahunya keras.

"Lo kalo mau mati, duluan aja!"

"Nanti lo nangis,"  goda Deo dan Jeje melototkan matanya.

"Yaudah,  siapa takut!" Tantang Jeje dan Deo terkekeh kecil. Akhirnya, gadis didepannya ini mau juga.

Pengelola bunge jumping yang bertugas itu pun akhirnya membantu memasangkan alat yang harus dua remaja itu gunakan.

"Posisinya mau gimana, Mas?"

"Maksudnya?" Tanya Jeje tidak paham dengan apa yang bapak itu ucapkan.

"Bunge jumping with partner. Ya, posisi ceweknya mau digendong depan, belakang. Apa gendong bridal stlye?" Tanya bapak itu.

"Gendong depan!"

"Belakang!" Ujar Deo dan Jeje berbarengan. Tentu saja kalian dapat menebak siapa yang menjawab gendong depan. Jeje berdecak tidak suka dan Deo menggaruk tengkuknya sembari terkekeh canggung.

"Belakang, pokoknya gendong belakang!" Tegas Jeje dan Deo mengangguk pasrah.

"Yaudah, sip ya." Ujar bapak itu lagi dan menggiring Deo juga Jeje ke pinggir jembatan.

"Ngeri banget sumpah, gue belum pernah Deo."

"Tenang ada gue," jawab Deo dan mengusap tangan Jeje yang sudah melingkar di lehernya.

Bayangkan posisi mereka saat ini. Jeje digendong Deo dan mereka siap diterjunkan beberapa detik lagi. Ada yang iri? Author juga sih.

"Siap, Je?" Tanya Deo dan Jeje mengangguk kecil.

"Satu...dua...tiga..," bapak pengelola itu mulai memberi aba-aba. Hingga akhirnya...

Pcuttttt...

Talinya sengaja dilepaskan dan mereka berdua berteriak dibawah sana.

"Aaaaaaaaaaaaaa, Deo!" Teriak Jeje sekeras-kerasnya dan merangkul leher Deo lebih erat. Untuk pertama kalinya ia merasakan adrenalinnya begitu terpacu.

Mereka berdua terayun kesana-kemari dan Jeje beberapa kali menutup matanya karena tidak kuat dengan posisinya sekarang merasa kepalanya mendadak pusing. Sementara Deo, pemuda itu teriak kegirangan namun tidak sampai melepaskan kedua kaki Jeje yang mengait di pinggangnya.

Ia begitu bahagia hari ini.

"Aaaaaaaaa, Deo gue belum siap mati!!!!!!"

"Aaaaaaaaa! Jeje, Gue cinta sama elo!"









Cek Youtube bunge jumping with partner. Seru! Jadi mau nyobain, sama kamu.

ARDEO MAHENDRAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum