Jeno memohon maaf secara tulus dari lubuk hatinya yang terdalam meski pemuda itu belum sanggup untuk bangkit berdiri dan meminta maaf secara formal. Akan sangat aneh apabila dirinya langsung bangkit berdiri dan bertingkah seakan-akan tidak ada luka ataupun cedera setelah terjatuh dari lantai atas tadi.
Beberapa murid yang mendengar keributan tadi mulai berkerumun untuk melihat. Beberapa gadis yang kemungkinan adalah teman dari Saeron juga buru-buru lari dengan muka panik mereka, entah hendak melaporkan kecelakaan ini ke wali kelas mereka atau ke ruang UKS langsung untuk mencari dokter jaga.
Saeron tidak merasakan sakit sama sekali pada sekujur tubuhnya. Hanya lutut kanannya saja yang tergores sedikit namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cedera yang Jeno dapatkan karena melindungi dirinya. Seketika rasa bersalah menyelimuti hati Saeron.
“A-aku bantu kau ke UKS ya? Kita harus segera memeriksakan kondisimu secepatnya!” Saeron membungkukkan tubuh untuk memeriksa bagian kepala Jeno. Apakah ada darah atau luka lainnya yang harus ditangani dengan segera.
Jeno yang masih terduduk lemas di lantai bordes menggeleng pelan tanda menolak. “Jangan khawatirkan aku. Aku justru mengkhawatirkanmu. Tolong, minta seseorang menemanimu ke UKS dulu ya? Sebentar lagi aku akan menyusulmu ke sana.” Jeno justru menyuruh Saeron memeriksakan dirinya lebih dulu.
Wajah Jeno yang tidak berhiaskan kaca mata kotak biasanya membuat Saeron terpesona untuk beberapa saat. Saeron baru tahu kalau Jung Jeno yang biasa disebut anak culun itu ternyata lumayan tampan bila tidak mengenakan kaca mata kuno yang biasa menempel di hidung mancung pemuda itu.
“Nona?” Jeno jadi semakin khawatir saat Saeron hanya diam sambil terus menatapi ke arahnya. ‘Apa kepala gadis itu terbentur juga?!’ Lalu kekhawatiran Jeno berubah menjadi sebuah ketakutan.
‘Tidak. Gadis itu hanya terpesona padamu,’ celetuk King didalam Jeno. Yang tentunya tak digubris oleh pemuda bersurai hitam kelam tersebut.
“Aku antar ke rumah sakit ya?” Jeno berusaha bangkit berdiri tanpa bantuan siapapun. Pada waktu Jeno berdiri, bunyi kretekan yang berasal dari tulang belakang pemuda itu terdengar, dan bunyi itu cukup membuat Saeron kembali ke bumi alias tersadarkan.
“Su-suara apa itu?” Bulu kuduk Saeron seketika merinding mendengarnya.
Jeno melirik ke arah lain. Itu bunyi tulangnya yang telah bergeser ke tempat semula. “Sepertinya tanganku sedikit keseleo tadi. Tapi sudah kembali ke posisi yang benar. Jangan perdulikan itu,” bohongnya.
Saeron menatap Jeno dengan tatapan bercampuraduk antara: ngeri, kasihan, takut sekaligus khawatir. “Sepertinya kau juga harus ikut ke UKS, Jung. Aku yakin tidak hanya tanganmu saja yang bergeser.”
Jeno mencoba mengulas senyum tipisnya agar Saeron tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya. “Tidak. Aku baik-baik saja, sungguh. Cepat, pergi ke UKS dan periksakan kondisimu.” Lagi, Jeno menyuruh Saeron segera pergi ke ruang kesehatan.
“Benar apa katanya. Lebih baik kita segera memeriksakanmu pada dokter Jihyo! Ayo!” Beruntung teman Saeron yang menangkap cepat kode Jeno segera menarik paksa Saeron untuk pergi ke UKS secepat mungkin. Saeron yang tak bisa melawan temannya, memilih pasrah ketika tangannya ditarik cukup kuat. Namun sebelum Saeron berpisah dengan Jeno di sana, Saeron sempat menoleh kembali ke tempat Jeno berada.
“Terima kasih! Sudah melindungiku tadi!” Tak lupa gadis itu berterimakasih pada Jeno yang sudah melindunginya dengan tubuh pemuda itu. Meski Saeron tidak tau kronologinya bagaimana, dilindungi dengan baik oleh Jeno sudah membuatnya lega. Setidaknya itu menghindarkan dirinya dari luka atau cedera yang lebih parah.
ESTÁS LEYENDO
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 13 : New Member 」
Comenzar desde el principio
