"Ngapa si yo?" tanya Arden setelah menguap.

Matteo pun menghentikan tawanya saat sadar ada nyawa yang sedang di ujung tanduk.

"Masih sore udah pada molor aja lo pada." ujar Matteo menggelengkan kepalanya.

Devon mendelikan matanya tak terima. "Sore pala lo, ini udah malem bego waktunya tidur."

"Waw, seorang Devon jam segini udah tidur? Amazing!" ujar Arden dengan gaya terkejut yang dibuat-buat.

"Biasanyakan lo cari target baru, apa cewek-cewek udah pada sadar ya kalo lo itu buluk." lanjut Arden.

"Bangsat lo Arden! Gue ganteng begini mirip Taehyung." seru Devon menyugarkan rambutnya ke belakang.

"Cih, jijik." ujar Arden berlagak ingin muntah.

"Diem! Ngapain lo suruh kita kesini?" tanya Gege sambil membenarkan letak kacamatanya.

Arden dan Devon menganggukan kepalanya, lalu Arden mengedarkan pandangannya ke arah sekitar.

"Lah ini kan bekas toko yang dulu sempet viral itu." ujar Arden menatap bangunan di depan nya.

"Viral kenapa?" tanya Matteo mengernyitkan alisnya.

"Dulu ini itu toko roti atau kue gitu lah, nah viral nya itu karena rasanya enak." cengir Arden.

"Lah si anjir, bukan gitu bego. Gini nih..." ujar Devon nenggantungkan perkataan nya.

Krik krik

"Cie nungguin ya?" lanjut Devon sambil menatap wajah ketiganya yang tampak serius.

"Bangsat." umpat Arden.

"Anjing." umpat Matteo.

"Gue sabar, gue ganteng." gumam Gege mengelus dadanya.

"Lupain, ceritanya nanti aja. Sekarang ikut gue soalnya ada yang lebih penting." ujar Matteo menatap ketiganya lalu berjalan memasuki bangunan toko tersebut.

Hampir setengah jalan Devon dan Arden terus saja berbicara tak ada hentinya.

"Ngapain sih yo ketempat gelap-gelapan gini?" tanya Devon, namun tak ada sahutan dari Matteo.

"Jangan-jangan..."

Devon memberhentikan langkahnya dan otomatis yang lain pun ikut berhenti.

"Kenapa?" tanya Gege menatap malas Devon.

Sedangkan Devon malah menatap Matteo curiga. "Jangan-jangan Teo suruh kita keliling terus dia yang jaga lilin."

"Ngepet maksud lo?" timpal Arden dan Devon mengangguk membenarkan.

"Bacot." ujar Matteo melanjutkan langkahnya, lalu di susul oleh Arden dan Gege.

"Lah kok gue ditinggal, tungguin woy..." ujar Devon sedikit berteriak saat dirinya tertinggal di belakang.

Duk

"Awshh... Kalo mau berhenti itu bilang dulu ke." keluh Devon menabrak tubuh Arden yang ada di depan nya.

"I-itu -" gugup Arden saat melihat apa yang ada di depan nya.

Gege pun mematung, seolah sedang mencerna apa yang telah terjadi.

"Ada apa sih." Devon menyerobot ke depan ingin melihat apa yang menyebabkan teman-temannya seperti itu.

"A-Asila!" Devon menegang, matanya melotot kaget.

Devon melirik ke arah Matteo. "I-ini gimana ceritanya?" tanya Devon meminta penjelesan.

Matteo menghembuskan napasnya. "Nanti gue jelasin, sekarang bawa dia ke rumah sakit." ujar nya.

Devon segera mengangkat Asila -cewek itu, lalu dia Arden dan Gege segera menuju rumah sakit terdekat di ikuti Matteo yang mengendarai motor dari belakang.

•••

"Suster!"

"Suster tolong teman saya!"

Teriak Devon saat sampai di lobi rumah sakit, dengan tergesa-gesa seorang perawat menghampiri nya sambil mendorong brankar.

Devon menidurkan tubuh Asila, lalu di dorong nya brankar itu menuju IGD.

Keempat orang remaja itu duduk menunggu kabar dari dokter dengan harap-harap cemas.

Matteo sempat berpikir cewek tersebut siapa? Terlihat dari raut wajah ketiga temannya yang begitu cemas dan khawatir. Apakah sepenting itu?

Matteo menggidikan bahunya pelan, tak lama dokter keluar dari ruangan IGD. Sontak ketinganya berdiri di ikuti Matteo.

"Gimana keadaan teman saya Dok?" tanya Gege.

"Luka pasien tidak terlalu parah, cuma ada banyak sayatan dan luka tusuk di perut nya yang mengakibatkan pasien kekurangan darah." ujar Dokter itu.

"Lalu Dok?" tanya Arden.

"Enggak parahkan Dok?" timpal Devon cepat.

"Syukurlah ada beberapa kantong darah di rumah sakit ini yang cocok dengan darah pasien, dan tusukan itu tidak berakibat fatal. Pasien hanya butuh beberapa hari untuk perawatan intensif. Mungkin, akibat buruknya bisa jadi pasien mengalami trauma." jelas Dokter itu.

"Apa kami sudah bisa melihat nya Dok?" tanya Gege.

Dokter itu mengangguk. "Bisa, setelah pasien di pindahkan di ruang rawat inap." jawab nya.

"Kalau tidak ada pertanyaan lagi, saya permisi." lanjut Dokter itu.

"Terima kasih Dok." ujar Gege.

Dokter itu mengangguk sambil tersenyum tipis "Sudah menjadi tugas saya."

•••

Akhirnya setelah sekian purnama bisa update juga hehe

Sorry ya guys soalnya kemarin-kemarin ada problem dikit sampe jarang buka wp:'

Sorry ya guys soalnya kemarin-kemarin ada problem dikit sampe jarang buka wp:'

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Maaciii yang udah nunggu dan selalu sabar, love u<3

Next ga sii

Loker 23 : Who She? Donde viven las historias. Descúbrelo ahora