[9] Hide and Seek

137 40 48
                                    

Part ini panjang, more than 2

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Part ini panjang, more than 2.5K words. Ramein dulu biar cepet update, bestie.






"Welcome to the Beijing, Mr. and Miss Rhou."

Sapaan itu menyambut kedatangan Freya dan Archer. Wanita itu tampak berusia beberapa tahun lebih tua dari Freya. Setelannya tampak rapi dan rambutnya diikat kencang hingga bergoyang saat dia menolehkan kepala. Sejak terakhir kali mereka bertemu, wanita itu tidak berubah sama sekali. Tampak tegas, kejam dan lembut dalam waktu bersamaa. Dibelakangnya, dua pria bersetelan dan berkacamata berdiri tegap menunggu perintah.

Archer menyerahkan koper miliknya dan milik Freya pada dua pria tersebut. "Kita menemuinya besok saya, ya, Freya. Serius leherku sakit," bisik Archer dan mendapat anggukan dari Freya.

Namun sebelum laki-laki itu melangkah, Yua Kaito, nama wanita yang menjadi kaki tangan Papa di China, menahan Archer. Laki-laki itu menoleh dengan mata elang. "Sepertinya kalian tidak bisa beristirahat di hotel lebih dulu."

Freya yang berdiri di belakang Archer kini mengerutkan kening. Archer hanya menelengkan kepala meminta jawaban tanpa suara.

"Mr. Gerry baru saja menghubungi saya, mengabari jika Mr. Eamon tertangkap oleh IMF*."

"Apa?!" Freya dan Archer menyahut hampir bersamaaan.











Terhitung sudah hampir enam jam August harus tercekik di ruangan seluas lima kali lima meter persegi bersama laki-laki paling keras kepala yang pernah dia temui. Dadanya sudah seperti diremat karena kesal dan penat. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Eamon selain senyum miring dan mata memicing menatap August tak suka.

August menjatuhkan punggungnya di kursi, mengadah menatap langit-langit yang berwarna kelabu sembari memainkan pena. Dia menghela napas berat entah sudah berapa kali. Rasanya, kakinya ingin menendang apapun dan tinjunya ingin melayang bebas memukul rahang Eamon hingga laki-laki itu bisu sekalian. Wajahnya yang tetap santai benar-benar membuat August semakin frustasi.

Laki-laki itu menegakkan tubuhnya, menumpukan tangannya pada meja dan menatap Eamon lurus-lurus. "Eamon Dev Rhou, mari kita sudahi permainan ini," geram August dengan penekanan di setiap kata.

Pena di tangan August mengetuk-ngetuk beberapa lembar kertas yang diklip jadi satu. "Kita masih perlu mengisi ini jadi tolong kerjasamanya."

Kesekian kali Eamon hanya menyunggingkan senyum miring. Terima kasih untuk wajah tampannya yang selalu tampak berkelas meski dalam ruang introgasi sekalipun. Ternyata bukan hanya dia yang keras kepala dan bertahan, laki-laki ini juga. Dari yang dia dengar saat dia digiring kemari, laki-laki ini bernama August. Laki-laki yang sama dengan yang menyerangnya di bar.

"Kau tidak akan mendapatkan informasi apapun dariku." Itu adalah ucapan pertama dari Eamon sejak enam jam mereka berada di sini. Ucapan yang membuat August semakin geram dan menjambak rambutnya sendiri.

FLY BY NIGHT; ENCOUNTER [On Going]Where stories live. Discover now