[1] When We First Met

286 62 38
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jam berapa kau akan tiba, Freya?"

Dari San Diego menuju Los Angeles, jika kereta yang ditumpangi olehnya tidak mengalami kendala, dia bisa sampai dalam waktu tidak lebih dari tiga jam. Tapi, Freya Josiane sepertinya tidak tahu jika beberapa menit ke depan akan mengalami kejadian yang mungkin bisa mengubah hidupnya, sekali lagi.

"Aku akan tiba saat gelap nanti. Sebentar lagi keretanya berhenti di Solana Beach," jawab wanita yang duduk dengan kaki menyilang. Suaranya lirih. Hanya bisa didengar oleh dia seorang.

"Kami menunggumu di sini. Kau tahu besok kita ada pekerjaan penting tapi kau lebih memilih mendatangi Festival Bunga Musim Semi," omel seorang wanita di seberang telepon.

Freya tersenyum simpul, lawan bicaranya di telepon tak akan tahu. "Mereka indah di musim semi, Sza. Sudah kukatakan padamu, aku harus ke sana bulan ini."

Wanita di seberang telepon hanya menghela napas. Dia tahu, Freya harus mendapatkan apa yang dia mau termasuk berkunjung ke taman bunga luas hanya untuk melengkapi koleksi bunganya. Dia, Sza, sudah berjanji tak akan melarang wanita itu lagi. Tapi masalahnya kali ini sedikit berbeda, itu yang membuatnya bingung jika Freya tidak sekarang atau paling tidak malam ini. Bukankah ini adalah hal yang juga dinantikan Freya? Pekerjaan penting yang menyangkut masa lalunya.

"Kau bisa hubungi Eamon jika butuh seseorang untuk menjemputmu," ujar Sza sebelum panggilan ditutup oleh Freya.

Freya mengangguk sebelum menutup sambungan telepon meskipun Sza tak akan melihatnya. Jika Freya mau berterus terang pada dirinya sendiri, sebenarnya pekerjaan penting yang akan dia lakukan nanti malam membuatnya sedikit takut. Bukan karena Freya tak mampu menyelesaikan tapi karena wanita itu tak ingin kembali hanyut dalam ingatan masa lalu. Pergi ke San Diego adalah salah satu bentuk distraksi yang berusaha dia ciptakan agar merasa lebih tenang.

Wanita itu beranjak dari kursinya, berjalan santai menuju toilet. Kopinya tadi sempat menumpahi celana jeans yang dia kenakan. Sedikit sial padahal kereta sudah hampir tiba di stasiun. Tapi Freya ragu apakah kereta ini akan berhenti lama atau hanya menurunkan penumpang, jadi dia memilih untuk membilas celana kotornya di toilet kereta.

Baru saja wanita itu hendak membuka pintu gerbong, seseorang sudah lebih dulu membukanya dengan tergesa-gesa dan merangsek masuk. Mendorong tubuh Freya hingga menghantam deretan kursi penumpang disusul suara gaduh. Freya meringis saat punggungnya menghantam tepian kursi. Dia hendak mengumpat pada laki-laki yang telah menabraknya dan berlarian di gerbong seenaknya. Tapi belum sempat bersuara, seorang laki-laki berlari dari gerbong belakang ke gerbong yang dia tempati.

"Kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki itu sambil memeriksa keadaan Freya.

Wanita itu hanya mengangguk.

"Ok. Semoga sampai tujuan dengan selamat." Setelah mengatakan itu, laki-laki asing itu kembali berlari.

Apa mereka kejar-kejaran di gerbong kereta? batin Freya dengan sedikit kesal. Bukan wajahnya saja yang terkejut campur panik, tapi semua penumpang di gerbong ini. Sebenarnya, pekerjaan kondektur itu apa sih?

FLY BY NIGHT; ENCOUNTER [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang