32 ; Maaf

3.8K 575 92
                                    

10

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

10.37 PM

Lisa berlari dengan tergesa-gesa menuju resepsionis rumah sakit. Tadi, Dian—Maminya Zaki menelponnya sambil menangis, mengatakan Zaki kecelakaan dan sekarang sedang ditangani oleh dokter.

Tentu hal itu membuat Lisa panik setengah mati dan segera pergi ke rumah sakit saat itu juga. Pikirannya terus mengatakan ia belum siap kehilangan lelaki itu.

"Permisi, pasien atas nama Zaki diruang mana ya?" tanya Lisa lirih.

"Baik, tunggu sebentar ya, Bu."

Lisa menggigit jarinya selagi menunggu. Tangannya juga tak berhenti bergetar sejak tadi. 

"Pasien atas nama Zaki baru saja dipindahkan IGD menuju kamar jenazah."

Gadis itu membeku seketika. Air mata yang sedari tadi ia tahan sekarang lolos begitu saja. Ia segera berbalik dan berlari menuju ruangan yang disebutkan tanpa menghiraukan panggilan dari resepsionis itu.

Lisa kemudian memasuki ruangan yang bertuliskan kamar jenazah itu. Lisa menggeleng kencang, air matanya sudah mengalir deras sekarang. Tidak mungkin Zaki tega meninggalkannya. Tidak, cowok itu tak boleh meninggalkannya sekarang. Tidak boleh. Lisa harus memastikan kalau jasad yang ditutupi kain putih itu adalah kekasihnya. Ia mulai berjalan ragu kearah salah satu ranjang itu. Lagi-lagi dirinya terisak saat disana tertulis pasien atas nama Zaki.

"Ayan sumpah lo jahat banget... kita baru aja baikan tadi dan sekarang lo mau ninggalin gue? Bahkan gue belum sempet bilang kalo gue cinta banget sama lo." Lisa mengatakannya dengan mulut yang bergetar. 

"Gak. Lo gak boleh ninggalin gue. Gue belum siap kehilangan lo, Zaki!" Isak tangis Lisa pecah begitu saja. Dia tidak peduli lagi tentang perawat ataupun orang-orang disana yang memandangnya saat ini. Dadanya terasa sangat sakit dan sesak sekarang. Ia menyesali membiarkan Zaki pulang ditengah hujan tadi. Seandainya ia menyuruh lelaki itu menginap dirumahnya mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Namun semua itu akan tetap jadi seandainya. Tak akan ada yang berubah.

"Mas b-bisa tolong bukain kainnya gak? S-saya mau liat muka pacar saya." ucapnya pada salah satu petugas dan masih menangis.

"Yakin, Mba? Kondisinya kurang baik, sebagian wajahnya hancur." balas petugas itu membuat Lisa semakin terisak. Namun ia harus menguatkan hatinya. Setidaknya ia harus melihat wajah lelaki yang dicintainya itu sebelum benar-benar tak akan bisa melihatnya lagi.

Dengan perlahan petugas itu membuka kain putih yang menutupi tubuh yang terbujur kaku itu. Lisa menutup mulutnya untuk menahan isakan tangisnya yang tak mau berhenti. Dan saat kain itu mulai terbuka, dadanya serasa dihantam sesuatu. Pandangannya seketika memburam.

Gadis itu jatuh pingsan.








***

"Lisa? Nak, bangun sayang. Kamu kenapa?"

[✔️] ELITEWhere stories live. Discover now