chapter 25 | epilogue

19 3 7
                                    

Φ | Sleep is A Curse
Φ | Chapter 25: Epilogue
Φ | by arnaaz_

Inggris, 22 April 2026.

"You don't miss me, okay? I'll be back one more month."

Pemuda dengan kecamata hitam ini mengecup pipi berkerut Nenek serta Kakeknya, mengulas senyum manis saat mereka melambaikan tangan melihat kepergiannya menaiki pesawat.

Ya, lelaki dengan perawakan kecil itu adalah Ruri Regan Yavizan. Cowok berwajah malas yang tiga tahun menghilang dari hadapan teman-temannya, sebab sibuk dengan pengobatan sekaligus melanjutkan sekolah di negeri mendiang ibunya.

Hampir setahun Ruri berbaring di ranjang rumah sakit karena kehilangan banyak darah dan kerusakan organ dalam perut, nenek serta kakeknya sibuk mencari pendonor di negeri ini. Bersyukur banyak yang mengajukan diri mengingat kakeknya ialah seorang bangswan.

Sebagian lupa diri karena memanfaatkan kakek yang terlalu sayang pada cucunya, sampai habis uang banyak karena pendonor ingin ia yang menentukan berapa harga jual dari setetes darah.

Cowok yang sekarang menggunakan sweater ini bahkan pernah hampir dinyatakan mati oleh dokter yang merawatnya. Namun, Ruri itu cowok yang sangat dilimpahi oleh keberuntungan, ia dengan polos berpikir demikian padahal kenyataan sangat bertolak belakang dengan hal itu.

Faktanya Ruri bukan orang beruntung, sebab kakeknya sudah banyak mengenal orang-orang dengan kemampuan khusus yang dapat melakukan hal di luar nalar. Dukun? Hei, di Inggris tidak ada hal semacam itu,

Kesembuhan Ruri itu begitu mustahil kata dokter-dokter, padahal  kakeknya tak pernah terlalu mengandalkan mereka. Orang tua berkepala empat itu hanya memanfaatkan mereka untuk mencegahnya mati saat pertama kali dibawa Rui kemari, lalu agar mereka berpikir kalau kesembuhan Ruri berkat keberuntungan dan kerja keras mereka.

Padahal salama setahun berbaring di ranjang ada orang berkemampuan khusus ikut menyembuhkan secara perlahan. Katanya karena sebagian orang—seperti Ruri—tak percaya pada kemampuan supernatural, mereka selalu bertindak secara diam-diam.

Katanya kalau seluruh manusia di alam semesta tahu, dunia akan hancur. Itu karena sejarah kemampuan khusus amat kelam di masa lalu.

Hanya sekelas bangswan atau sesama pengguna kemampuan yang mengetahui mereka adalah manusia-manusia ajaib yang diberkati oleh Tuhan. Beberapa ada yang menyebutnya kutukkan karena sangat tak menguntungkan kehidupan.

Berkat itu Ruri sadar kalau ia memiliki kutukkan yang membuat dia terlibat dengan Hellder dan para pengikutnya.

Setelah satu tahun penyembuhan di rumah sakit, Ruri dinyatakan sembuh total. Sekalipun demikian ia masih terlibat pengobatan saat pulang ke rumah kakeknya, dua tahun ia melanjutkan sekolah di Inggris—padahal sudah sangat ingin pulang untuk bertemu teman-temannya—seraya menunggu kaki dan tangan buatannya selesai dikerjakan seseorang yang sama sekali tak ia ketahui siapa dan bagaimana rupanya.

Ruri sempat bertanya pada kakeknya mengapa tidak menggunakan kemampuan untuk memulihkan kaki serta tangannya. Namun, begini jawabannya, "Wanita itu hanya dapat menyembuhkan, bukan mengembalikan."

"Keduanya 'kan hal yang sama?" tanyanya mengerutkan dahi bingung.

Kakek serta Neneknya tersenyum. "Mereka yang berpikiran rasional pasti menganggapnya demikian," balas kakeknya.

Ruri semakin tak paham, ia hanya menyimpulkan kalau wanita yang membantu penyembuhannya tidak bisa mengembalikan sesuatu yang hilang. Begitu mungkin maksud Kakeknya alias Edwardsville Yavizan.

Setahun lebih lima bulan tangan serta kaki buatannya datang. Benda seperti robot yang dipasang pada kaki kiri dan tangan kanannya butuh latihan khusus untuk dapat digerakan seperti tangan biasa. Waktu itu padahal Ruri sudah lancar menulis dengan tangan kiri dan nyaman melalukan aktivitas melibatkan kursi roda.

Bahkan ia sampai terbiasa tak bermain game dan sibuk belajar untuk masuk universitas di Inggris. Setelah penantian panjang, akhirnya dia sampai di kampung halaman.

Di rumah besarnya yang dipenuhi pepohonan ia disambut para penjaga. Kemudian, di dalam rumah sambutan diberikan oleh keluarga kecil Rui.

Ya, setahun lalu setelah Rui lulus dari universitas Inggris, saudarinya itu mengadakan pesta pernikahan dengan Esgar di kediaman Edwardsville. Kemudian, memutuskan menempati rumahnya di Indonesia berhubungan suaminya tak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja.

"Esgar, gue harus punya sepupu tahun depan." Esgar tertawa mendengar perkataannya setelah bertos dengan cowok itu. "Esvan tinggal sendiri kalau lo di sini?" Lelaki dengan kumis tipis itu menggeleng bersamaan dengan Esvan alias adik Esgar yang muncul dari arah dapur.

Pemuda dengan celak itu menatapnya datar, memaksakan senyum di sudut bibir lelaki bernetra legam itu. Ruri menyeringai. "Bantu gue bawain nih koper ke lantai atas, ya, Es batu." Ruri menunjuk kedua koper besar di sampingnya, berisikan oleh-oleh yang disiapkan kakek serta neneknya.

Padahal Ruri tak pernah berniat membawa apa pun ke sini, tapi mau bagaimana lagi. Bisa-bisa ia terkena omelan panjang dari neneknya.

"Mentang-mentang lo dimanja, diladenin apa-apa di sana. Jadi, bertingkah seenaknya." Rui mengomel sementara Ruri hanya terkekeh sambil mendekati perempuan itu.

"Bye, gue mau ketemu temen dulu, Kakak sayang." Setelah mengecup singkat pipi saudarinya, ia pergi ke luar.

Beberapa detik kembali ke dalam meminta seseorang mengantarkannya ke tempat tujuan. Esgar yang tadinya ialah polisi kini merangkap menjadi sopir untuk sang adik, mengantarkan ia ke kafe tempat mereka biasanya berkumpul.

Denting lonceng terdengar saat ia masuk, melihat nuansa menenangkan menyambut, senyum seketika terbit. Ia sangat merindukan mengobrol bersama teman-temannya di tempat klasik dengan cat dinding abu-abu. Alunan musik orkestra selalu nyaman dalam pendengaran, siapa saja akan suka tempat ini dan enggan beranjak dari sofa yang cocok sekali untuk bermalas-malasan.

Dibanding dulu, kafe ini menjadi lebih besar, menunya juga sudah makin bertambah, dan yang paling tak berubah setiap orang yang bekerja di sini tak jauh-jauh dari anak SMA dan kuliahan yang butuh uang tambahan.

Melirik arloji mahalnya, Ruri merekahkan senyum sambil menyesap kopi hitam yang masih menjadi minuman favoritnya. Sore hari adalah waktu mereka bersantai di sini, apalagi sekarang adalah hari libur. Sibuk kuliah tak menjadi alasan untuk mereka tak datang karena Edwardsville sudah meminta seseorang berkemampuan melihat apa yang diinginkan Ruri.

Seperti dugaan, mereka datang bersama dengan Jolanka yang mengobrol bersama Kane. Ruri terkekeh melihat pacarnya masih mengenakan jepitan kuda yang dulu ia berikan, merogoh saku sweater-nya ia meraih kacamata hitam dan memasangnya saat tak sengaja netra cokelat Ruri bersirobok dengan sorot lembut gadisnya—mungkin. Bisa saja Jolanka sudah berpacaran dengan yang lain.

Ruri menatap Ariga yang terus menatapnya, ia paham kenapa demikian. Itu karena tempat yang biasanya mereka tempati sudah lebih dulu ia isi. Ketujuh manusia itu melewatinya dengan santai, kecuali Jolanka yang berhenti tepat di depan mejanya.

Cowok bersurai ikal ini menatap gadis dengan dress selutut itu datar. Menyesap kembali kopinya amat santai, seolah di depan tak ada siapa-siapa, padahal hati amat berdebar tak karuan.

"Padahal semuanya terlihat sudah sembuh, tapi telingamu gak tumbuh, ya."

Damn! Ruri bahkan melupakan hal itu.

Ia memalingkan wajah spontan saat gadis itu mengambil kacamatanya, tersenyum manis lantas memeluk Ruri erat. Ragu-ragu ia membalas pelukan itu membuat teman-temannya sadar dan berhambur melakukannya juga.

"Jadi, bagaimana lo menjelaskan semua ini?!"

The story is finished.

End.

Hai dari aku untuk kalian yang sudi membaca cerita ini sampai selesai. Terima kasih banyak karena menyempatkan membaca meski pasti ada kurangnya. Sekali lagi terima kasih untuk kalian karena sudah membaca kisah Ruri berasama kawan-kawannya, udah mau meninggalkan komentar atau vote. Terima kasih banyak atas dukungan kalian.

Semoga media penghibur ini dapat menghibur kalian, juga semoga ada sesuatu yang dapat dipetik dari kisah ini.

Sampai jumpa diseri selanjutnya, semoga kalian berkenan untuk mampir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sleep is A Curse [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang