Aku mengatakan akan kuliah di Universitas Al Azhar, menerima tawaran beasiswa Kyai Shihrazy. Lucu saja melihat suamiku ber-yah kecewa. Gagal membujukku untuk kuliah di tempatnya. Anda tidak bisa menghukum saya terus yah, Mas. Hehe.
Ponselku berkedip-kedip. Satu notifikasi muncul, itu undangan pernikahan digital. Kurasa ponsel Mas Yasin juga menerima notifikasi yang sama mengingat undangan itu dikirim ke grup keluarga. Sahabatku juga sebentar lagi akan menikah. Aku ikut bahagia.
***
Rumah Abi Hasan sekarang kedatangan tamu penting. Jamuan makan malam istimewa disiapkan. Beberapa santriwati juga turut membantu. Di ruang tamu, ada Kyai Ilyas, Abi Hasan, dan Gus Ozy tengah berbincang-bincang obrolan santai. Sesekali nostalgia, Abi Hasan mengingatkan kenakalan mereka bedua semasa masih bersekolah di SMPI Al Jauhary dulu. Umi Fatma datang menyuguhkan camilan dan kudapan ringan.
Di bagian lain sofa, seseorang yang sudah berpakaian rapi terlihat agak gugup. Mengabaikan banyak omongan tak perlu dari para orang tua di depannya. Dia sesekali mengalihkan pandangan ke jam tangan, ponsel, dan beberapa hiasan dinding ruang tamu. Acara ini penting sekali baginya.
Seta memainkan jemarinya untuk mengusir gugup. Lelaki albino tampan berumur dua puluh tiga tahun itu tak sabar menunggu seseorang keluar. Kenapa wanita selalu saja lama kalau berdandan. Ada yang keluar dari balik gorden, mata merah mudanya langsung fokus. Aih, ternyata Kang Ahsan disusul dua adik kembarnya. Bukan sosok yang diharapkan Seta.
"Berasa kayak mimpi aja gitu, iya nggak sih?" Ahsan menoleh pada kedua adiknya yang mengangguk setuju.
Trio kembar itu langsung menghampiri Seta yang duduk sendiri di single sofa ruang tamu. Ihsan langsung menepuk bahunya, "Bro, kalo kamu salah pilihan. Gapapa kok di-cancel. Aku sendiri cemas sama masa depanmu loh. Beneran." Yang ditanya tak paham maksudnya, menatap Muhsin yang sekarang hanya bisa memasang mimik muka prihatin. Tiga orang manusia kloning ini kenapa siiihhh!
Abi Hasan terpaksa ikut mendengarkan apa yang sedang dikatakan ketiga anak bujangnya. "Di-cancel, di-cancel. Mbok kira adikmu itu pesenan grab food." Ahsan selalu memasang mimik muka bodohnya itu sambil nyengir, 11 12 sama yang dilakukan Ihsan. Muhsin pergi, masuk ke dalam. Menghindari amukan Abi-nya dan memilih membantu Umi Fatma di dapur, menyiapkan ruang makan.
Beberapa saat setelah Muhsin masuk, Umi Fatma keluar dengan seseorang yang ditunggu-tunggu Seta sejak lama, Hasanah. Dia cantik sekali dengan balutan jubah merah muda bermotif fanta dan make up sederhana itu. Ketika Hasanah bersikap anggun sedikit, semua orang pasti setuju dia sangat cantik. Seta bahkan tak berkedip memandangnya.
"Ehem! Belum halal, Seta." Gus Ozy membuyarkan fantasi Seta. "Jangan dipandang lama-lama." Semua orang tertawa. Dua insan yang digoda kini malu-malu.
Ahsan dan Ihsan maju mendekat. Ahsan bertanya, "Masyaa Allah, Umi. Dia siapa?"
"Hasanah. Masa panggling," jawab Umi Fatma. Abi Hasan bahkan kini menahan tawa. Hasanah memang tidak pernah mau berdandan. Wajar saja jika malam ini semua orang menatapnya kagum.
Dahi Ihsan mengkerut,"Kok beda yah. Kamu beneran Hasanah? Jangan-jangan impostor." Telunjuknya teracung ke adiknya yang kini mati-matian menahan amarah.
"IYALAH! KATA SIAPA AKU MAMA DEDEH! KALO KAK AHSAN SAMA KAK IHSAN NGGAK TERIMA. KELUAR SANA! NGGAK USAH IKUT DI SINI. BIKIN RUSUH ASTAGHFIRULLAH! SEKALI-KALI GITU KEK, BIKIN ADIKNYA BAHAGIA. BILANG AJA SIRIK MAU DILANGKAHIN, SOALNYA HASANAH MAU NIKAH DULUAN. SALAH SENDIRI, HIDUP KOK JOMBLO TERUS!" Suara melengking nyaring dengan kecepatan setara pesawat jet itu kini terhenti seketika, yang habis bicara menutup mulut. Aduh, keluar deh sifat aslinya. Seta menahan tawa, juga semua orang. Ahsan dan Ihsan sempurna melongo. Nah, itu tadi baru Hasanah. Malu sudah Hasanah. Ia berlari ke dalam kamarnya. Tak akan mampu dibujuk siapapun untuk keluar. Bahkan ketika Seta bilang dia malah suka mendengarkannya berkata seperti tadi setiap hari.
YOU ARE READING
𝐌𝐮𝐧𝐚𝐣𝐚𝐭 ✔
Romance𝐒𝐞𝐧𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐒𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐮𝐬 𝐘𝐚𝐬𝐢𝐧 _______________________________ "Ini salah Gus, abdi ndalem tidak sepantasnya bersama putra seorang kyai." Hurrin membuat jarak cukup jauh, menjaga batasan non mahram dengan tetap ghadul bas...
EPILOG 🕋 🕌
Start from the beginning
