Happy Reading Gaes (!) ✌
_________________________
_______________________________
• ○ ● ■ ◇□◇ ■ ● ○ •
Selain isak tangis, suara yang paling mendominasi adalah uwu burung hantu dan irama jangkrik di luar jendela sana. Cahaya purnama menerobos dari balik gorden yang tergantung seadanya. Beradu dengan nyala api lampu ublik yang tertempel di tengah-tengah tiang bilik kamar. Hayyan kembali tertidur di gendongan Mamaknya, mungkin lelah terus menangis.
Jasad Bapak Hurrin masih terbujur kaku. Bekas-bekas darah dari mulutnya dibersihkan Man Alis, kemudian ditutupinya menggunakan selimut baru yang kering dan bersih. Setelah pamitan ke kakaknya untuk mengumumkan berita kematian Batin Kampung, Man Alis buru-buru keluar dari bilik kamar, Ahsan ikut mengekor menemani. Ada banyak hal yang perlu dilakukan sebelum upacara kematian kakak iparnya itu. Termasuk menjalankan wasiat terakhir yang harus disampaikan kepada Datuk Perpatih.
Man Alis menoleh sekilas sebelum melewati gawang pintu. Wajah pucat kakak iparnya yang sudah tak bernyawa, wajah sedih ketiga keponakannya, dan muram yang terus menyelimuti wajah kakak kandungnya, Midah yang kini menjanda. Tak ada yang pernah menduga, kematian selalu datang tanpa disangka. Baru saja ia hendak membawa getah damar sebagai obat yang semoga saja dapat mengangkat penyakitnya. Menjauhkan keburukan dan energi negatif yang bersarang dan mendiami tubuh Zahid, kakak iparnya. Di Suku Talang, penyakit termasuk timbunan keburukan dari luar asli tubuh manusia. Dampak dari energi negatif para roh leluhur yang disebabkan perbuatan tak diketahui. Begitulah, kepercayaan animisme masih sangat kental di benak masyarakat Talang.
Hurrin diam di pelukan Gus Yasin. Perasaan nyaman itu membawanya terlelap dalam tidur yang damai. Dilihatnya wajah cantik itu oleh Gus Yasin, mata bulat rusa yang cantik tertutup sembab, pemiliknya tertidur karena lelah terus menangis. Dia sama sekali tidak berbeda dengan Hayyan yang baru berusia tiga tahun itu. Saat lelah menangis akan tertidur.
Gus Yasin mengusap sisa air mata yang menetes di pipi istrinya. "Aku sudah berjanji, tidak akan pernah membuatmu menagis lagi."
Mamak Hurrin ke bilik kamar sebelah untuk menidurkan adik-adik Hurrin yang juga sudah terlelap tidur kembali. Termasuk Hunain dan Hamam.
Tubuh gagah Gus Yasin berdiri, menggendong tubuh mungil Hurrin dengan kedua tangannya. Menidurkannya di bilik kamar sebelah. Ia mengusap atas kepala gadis itu, kerudung merah mudanya berantarakan. Lelah. Manis dan polos sekali wajahnya saat sedang tidur. Hampir saja Gus Yasin hendak mengecup dahi Hurrin, tiba-tiba Mamak Midah datang.
"Maaf, Gus. Sebelum upacara begawai selesai. Kedua pengantin dilarang tidur dalam satu bilik kamar. Saya harap Gus Yasin mengerti adat yang berlaku di sini. Ada kamar kosong di rumah Alis, mungkin sudah selesai disiapkan. Silahkan." Mamak Hurrin berkata diambang pintu. Membenarkan tudungnya. Gus Yasin mengangguk paham. Tradisi adat, budaya, norma setempat memang harus dihormati. Ah, hampir saja.
Mamak Hurrin mengantar Gus Yasin ke rumah panggung yang tepat berada di sebelah. Tak berjarak jauh, hanya beberapa meter. Rumah Man Alis. Mereka disambut baik oleh keluarga Man Alis yang mengantarkan sampai ke bilik kamar kosong tak terpakai di pojok rumah panggung. Itu dulu kamar anak tunggal Man Alis, karena merantau ke ibu kota sana, kamarnya kosong sekarang. Di dalam sepetak kamar empat kali empat meter itu, sudah ada Ahsan yang bersih-bersih dan meletakkan barang.
"Silahkan, Gus. Malam pertamanya sama saya." Ucapan Ahsan membuat Gus Yasin bergidig geli. Itu gurauan paling tidak lucu yang pernah didengar Gus Yasin. Siapa juga yang mau menghabiskan malam pengantin baru dengan manusia satu ini.
"Perlu baca doa dulu ndak ini, Kang?" Gus Yasin menanggapi.
"Doa, Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khobaist," jawab Ahsan.
YOU ARE READING
𝐌𝐮𝐧𝐚𝐣𝐚𝐭 ✔
Romance𝐒𝐞𝐧𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐒𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐮𝐬 𝐘𝐚𝐬𝐢𝐧 _______________________________ "Ini salah Gus, abdi ndalem tidak sepantasnya bersama putra seorang kyai." Hurrin membuat jarak cukup jauh, menjaga batasan non mahram dengan tetap ghadul bas...
