بسم الله الرحمن الرحيم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد!
Lah? Kok up?
Otak sama jariku lagi baik hati :)
Selamat menikmati. ❤
Happy Reading Gaes (!) ✌
_________________________
_______________________________
• ○ ● ■ ◇□◇ ■ ● ○ •
Pondok Pesantren Al Jauhary yang terletak di pinggiran Kota Pahlawan Surabaya punya kegiatan rutin tiap Hari Jumat, yaitu Roan Akbar yang digelar para santri di hari libur. Jadilah, setiap Jumat pagi, seluruh santri membersihkan tiap jengkal bangunan pondok. Mulai dari interior yang mencakup mengepel, membersihkan sarang laba-laba, sampai menjemur karpet-karpet yang dipasang di aula, juga eksterior bangunan, seperti mencabut rumput liar, memangkas ranting-ranting pohon, dan merapikan taman bunga ndalem. Pokoknya, kawasan pondok harus bersih dan rapi. Para pengurus pondok memastikan roan berjalan dengan baik dengan jadwal paten yang sudah dibagi oleh pengurus-pengurus kamar.
Hal yang paling menyenangkan dari kegiatan Roan Akbar adalah para santri maupun santriwati dapat mudah menemukan barang-barang mereka yang lama hilang entah kemana. Jika sampai Sholat Jumat tak ada yang mengambil barang temuan di lapangan pondok, maka para pengurus akan melelangnya. Ini kesempatan emas bagi santri lain, kapan lagi dapat barang-barang bagus dengan harga murah, iya kan? Kalian harus bergerak cepat, kalau tidak, barang incaran kalian bisa keduluan. Uang hasil dari lelang barang temuan tadi dimasukkan ke kas pondok.
Hurrin tidak terlalu semangat mengikuti acara lelang barang temuan itu. Ia hanya tersenyum tanggung ketika Hasanah berteriak girang mendapat sandal pink bagus dari tempat lelang. Bagaimalah Hurrin mampu semangat, subuh ini, Gus Yasin tidak meneleponnya. Mengabaikan waktu rutin mereka di mana seharusnya bersua via wicara dengan benda kecil persegi itu. Ah, mungkin suaminya sibuk atau terlalu lelah di sana sampai lupa mengabarinya. Hanya itu yang berusaha dipikirkan Hurrin. Hal-hal positif.
Kesedihan di wajah Hurrin luntur tepat ketika sholat asar usai. Sore ini, ia kebagian piket nyapu halaman depan ndalem. Senyum cerianya mengembang tatkala melihat siapa yang baru saja turun dari becak ke halaman pondok. Ya Allah, itu Man Zada dan Adik laki-lakinya, Hunain! Mereka ke sini. Hurrin langsung menggeletakkan sapu halaman, berlari memeluk Hunain. Dia melanjutkan sekolah ke yayasan sekolah Al Jauhary lebih awal. Hurrin rindu sekali pada adiknya, padahal baru saja kemarin pulang kampung. Hunain juga alasan Hurrin bersekolah di usia muda. Hurrin tak pernah mengenyam pendidikan taman kanak-kanak. Mamak Midah menyekolahkan Hurrin ke desa seberang lebih awal ketika tahu dirinya mengandung Hunain, makanya di usia yang baru enam belas tahun kemarin, Hurrin sudah kelas dua SMA.
Gadis itu mencium tangan Man Zada dan meminta mereka untuk masuk ke ndalem. Hurrin bicara kepada temannya yang piket menyapu teras agar sekalian halaman. Besok akan ia gantikan. Keluarganya baru saja datang. Mbak Fatma yang tahu kedatangan keluarga Hurrin langsung memanggil suaminya dan Kyai Ilyas.
Sosok lelaki umur tiga puluh lima tahunan itu, sekilas terlihat sama seperti Kang Zahid yang dikenal baik oleh Kyai Ilyas. Bagaimana tidak, mereka berdua saudara kandung. Sebuah tasbih kayu terlingkar di tangan kanannya. Matanya tajam dengan rambut yang terpotong rapi. Kopiah hitam yang sama tapi sudah menanggalkan pakaian serba hitamnya yang lain. Man Zada sudah berubah. Dan kedatangannya ke Pondok Pesantren Al Jauhary adalah untuk menitipkan Hunain lebih awal, agar tidak terlalu kaget saat di SMPI nanti dengan pelajaran-pelajaran pesantren, Man Zada ingin agar Hunain belajar lebih awal. Abi Hasan dan Kyai Ilyas menyambut baik kedatangan adik laki-laki Hurrin itu. Hunain juga kelihatan akan betah di sini karena ada Hurrin. Abi Hasan bahkan menawarkan tinggal di rumahnya, tapi Hunain menolak, ingin tinggal di kamar belakang rumah Abi Hasan, bersama santri ndalem lainnya.
YOU ARE READING
𝐌𝐮𝐧𝐚𝐣𝐚𝐭 ✔
Romance𝐒𝐞𝐧𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐒𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐮𝐬 𝐘𝐚𝐬𝐢𝐧 _______________________________ "Ini salah Gus, abdi ndalem tidak sepantasnya bersama putra seorang kyai." Hurrin membuat jarak cukup jauh, menjaga batasan non mahram dengan tetap ghadul bas...
