🕋 ◇ Episode 48 ◇ 🕌

9.1K 1K 84
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد!

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayok klik vote, Author tungguin.

Happy Reading Gaes (!) ✌
_________________________

_______________________________

• ○ ● ■ ◇□◇ ■ ● ○ •

Lelaki bernama Ilyasin itu bangkit dari kursi dengan susah payah setelah banyak pertanyaan musykil menusuk kepalanya. Sosok Sean sempurna menghilang, masuk ke dalam bilik kamar tempat Najwa dirawat. Yah, Gus Yasin harus pulang seperti kata Sean. Sudah ada seseorang yang menungguinya di sana. Anggap saja pengusiran ini untuk meredakan lebih banyak rasa bersalah pada Najwa dengan sejenak menjauhinya sekarang.

Lelaki berkulit putih pucat itu melangkah lunglai seperti kehilangan segenap tenaganya.

Kami diam agar kau tidak menikahi putri kami hanya karena kasihan.

Ucapan Kyai Shihrazy terus terngiang di gendang telinganya. Di koridor Rumah Sakit Qasr El Eyni, sosok yang baru saja dipikirkan Gus Yasin berjalan mendekat dari arah pintu masuk. Kyai Shihrazy hanya menatap sinis dan melewatinya begitu saja. Tanpa kata, tanpa suara. Seolah mereka berdua benar-benar orang asing sekarang. Semarah itukah Kyai Shihrazy padanya?

***

Sean kembali duduk di ranjang samping Najwa. Mengeluarkan tasbihnya dan kembali berdzikir sebanyak yang ia bisa. Semoga Rabb Alam Semesta mendengarkan doanya.

"Assalamu'alaikum." Suara itu datang bersamaan dengan ketukan langkah kaki mendekat. Sean menoleh, menjawab salam ayahanda Najwa. Berdiri dari kursinya, menyambut. Kyai Shihrazy belajar bahasa Indonesia dari istrinya. Jika hanya untuk sekedar bicara, beliau mampu. Tapi belum terlalu fasih.

"Du-duklah kembalih sa-ja, Annak-ku Sean." Kyai Shihrazy menyentuh kedua pundak Sean. Melarangnya berdiri karena menghormati kehadirannya. "Putri-ku belum sadarkan diri?" Sean menggeleng. Sejak kemarin memang Najwa belum siuman sama sekali pasca kemoterapinya. Ya Allah, semua orang hanya mampu mendoakan yang terbaik agar Najwa mampu melewati masa kritis ini sekali lagi.

"Saya bukan istri-ku Fatiyah yang akan menyuruh Sean untuk kembali. Menginaplah, Anakku. Mungkin saya tidak dapat menemani sampai fajar subuh. Ada kegiatan di Masjid Al Azhar, Anak-ku." Wajah lembut dan berwibawa Kyai Shihrazy membuat Sean lebih tenang. Jelas Kyai Shihrazy tahu, lelaki dan perempuan itu berbeda cara berpikirnya. Jika perempuan peduli dengan kesehatan, maka sesama lelaki tahu, tekat kokoh seorang lelaki sejati takkan mampu digoyahkan. Ia ingin menemani Najwa sampai bisa melewati masa kritis itu. Sean tersenyum dan mengangguk. Mereka berdua keluar untuk berbicara lebih akrab antar sesama lelaki.

𝐌𝐮𝐧𝐚𝐣𝐚𝐭 ✔Where stories live. Discover now