Epilog

3.2K 369 19
                                    

~

"Ayah!" teriak seorang gadis kecil yang kini berlari menghampiri ayahnya yang baru saja pulang bekerja. Lelaki itu dengan sigap menangkap anak perempuannya itu.

"Aduh, princess kecil ayah! Shena udah makan belum?" tanya lelaki itu. Shena mengangguk lalu mengecup sekilas pipi milik ayahnya.

"Vero! Mandi dulu kebiasaan langsung gendong anaknya. Kuman!"

"Biarin orang aku kangen sama Shena kok. Ya Sayang." Shena mengangguk. Vero mengunyel pipi Shena dengan gemas lalu mengalihkan Shena ke gendongan Deana.

"Nanti malem kita nginep di rumah Oma ya. Ayah mandi dulu, kamu siap-siap sama Bunda ya."

"Yey! Nanti main sama kak Kenan. Ya, Bun?" tanya Shena. Deana mengangguk sembari tersenyum menjawab pertanyaan anak perempuannya itu.

***

"Kak Kenan!" teriak Shena saat melihat Kenan sedang asyik membaca buku di ruang tamu. Remaja tiga belas tahun itu langsung menaruh bukunya dan merentangkan tangannya, menyambut sepupu yang sangat ia sayangi itu.

"Shena kangen!" rengek Shena saat sudah masuk ke dalam pelukan Kenan. Kenan mengangguk. Rasa rindunya lebih besar dari Shena. Dulu saat Shena belum pindah, rumah selalu ramai dengan canda tawanya.

Tapi sejak setahun yang lalu keluarga Vero memutuskan pindah rumah, Kenan merasa kesepian. Walau dia sudah punya adik, tapi itu pun baru beberapa bulan usianya, belum bisa diajak bermain. "Baby Nia mana, Kak?"

"Lagi tidur." Vero tersenyum melihat putrinya akrab dengan saudara sepupunya. Ia dan istrinya duduk di samping Kenan yang masih memeluk erat anak perempuannya. Vero memukul pelan lengan atas Kenan.

"Yo, Bro! Gimana kabarnya." Kenan memalingkan tatapannya ke Vero. Kenan tersenyum tipis. "Baik, Om!"

"Om masih belum nyangka, anak yang dulu manja banget sama Om ini, udah gede sekarang. Udah punya pacar belom?" goda Vero. Kenan hanya tersenyum tipis menanggapi godaan Vero.

"Eh siapa ini yang dateng?" pekik Iva saat melihat Shena di pangkuan Kenan. Deon berlari turun dari tangga dengan semangat, ingin menggendong cucu perempuan pertamanya itu.

"Pa, nggak usah lari-lari deh, inget umur!" kata Vero. Deon tak mendengarkan perkataan Vero barusan, beralih mengambil alih Shena dari pangkuan Kenan.

Iva duduk di samping Deon yang sedang sibuk menghujani Shena dengan kecupan-kecupan singkat. "Ih, Kakek! Geli, jenggotnya belum dicukur!"

Shena mengelus pelan keningnya yang terasa geli karena rambut-rambut halus yang tumbuh di dagu kakeknya itu. Vero menahan tawanya saat Shena terlihat tak nyaman berada dalam pelukan Deon.

"De, gimana kehamilan kamu?" tanya Iva. Deana tersenyum sambil mengelus perutnya yang sudah membesar itu. "Alhamdulillah, kita sehat-sehat aja, Oma!"

Iva tersenyum manis mendengar jawaban Deana. Dua minggu lagi menjelang kelahiran Deana, itulah alasan Vero mengajak keluarganya untuk menginap di rumah Iva dan Deon. "Yey, papa mau punya cucu kembar." Semuanya terkekeh mendengar seruan bahagia dari Deon.

"Assalamualaikum." Semua orang sontak menoleh ke arah pintu dan menjawab salam tersebut. Bryan muncul dari pintu sambil menenteng beberapa kantong plastik.

"Mah ini Bryan beli maka- lah Vero sama Deana ke sini?" beo Bryan melihat keluarga kecil Vero duduk di sofa mereka. Vero berdiri, merentangkan tangannya agar Bryan memeluknya. Jujur, ia rindu menabok Bryan. "Iya lah! Gua bentar lagi lahiran!"

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now