Balapan

10.5K 1.2K 71
                                    

Balapan motor yuk

Brum brum🏍

Tin-tin!

GUBRAK!

Jangan lupa komen di setiap paragrafnya ya.

~

"Nggak pokoknya di rumah gue!"

"Di rumah gue!"

"Udah gue bilang, di cafe aja!"

Vero, Deana, dan Daren sedang ribut memilih tempat untuk mengerjakan tugas kelompok fisika. "Gue bilang di rumah gue aja!" usul Vero.

"Mending kata gue dah di cafe. Bisa sambil makan sambil minum." usul  Daren. Vero menggeleng, dia tak setuju dengan usulan Daren. "Nanti yang ada nggak ngerjain, malah makan sama minum terus."

"Tapi gue nggak dibolehin pulang malem-malem. Jadi di rumah gue aja ya!" usul Deana. Vero tampak menimbang nimbang usul Deana.

"Ya udah deh di rumah lo aja."

***

"Ini tuh gini! Punya lo salah!" ucap Vero.

"Dibilangin ini tuh gini kok ngeyel sih lu?" ucap Deana. Mereka sudah berdebat lebih dari sepuluh menit karena jawaban yang berbeda sedikit. Daren hanya memperhatikan, karena dia tidak tau jawaban benarnya.

"Tuh liat! Ini tuh yang bener ini! Nggak percaya sih lu!" Vero menunjukkan jawaban benar yang ia search di google. Jawaban itu menunjukkan kalo jawaban Vero lah yang benar.

"Tapi kok jawaban gue kek gini?" Deana sudah lelah berdebat dengan Vero. Ia menunjukkan hasil hitungannya ke Vero. Vero nampak menelisik, kira-kira mana yang salah dari jawaban Deana.

"Lo kelewat bagian ini. Nih liat!" Vero kemudian tersenyum penuh kemenangan. Deana bedecak kesal. "Ck! Ya udah deh!"

"Hello! Terus gue ngapain di sini? Jadi nyamuk?" Daren berdecak sebal. Ia sedari tadi seperti diasingkan. Karena ya memang dirinya tak pandai soal fisika. Mereka berdua emang jagonya.

"Lu nge-print ama nge-jilid aja deh." ucap Vero masih mengetikkan sesuatu di laptopnya. Sedangkan Daren membulatkan mata tidak percaya. Lantas buat apa dirinya di sini? Tugasnya hanya menge-print dan men-jilid saja.

"Terus gue ngapain dari tadi di sini kalo tugas gue cuma nge-print doang?" Vero menggedikkan bahunya. Sedangkan Deana pun masih sibuk mencari jawaban soal-soal yang diberikan guru mereka.

"Nggak ada yang minta lu ke sini!" Vero kemudian mengalihkan pandangannya ke laptopnya lagi. Daren berdecak kesal, "Bangsat. Ya udah, nanti kalo udah jadi kirim aja ke gue! Mending gue balik aja dah!"

Vero dan Deana hanya mengangguk. Mereka sibuk sekali hingga tak mendengar suara deruman motor cowok itu sudah pergi meninggalkan rumah Deana.

Vero menengok ke samping. "Lah udah pergi tu anak? Kapan perginya?" Vero kemudian melirik ke arah Deana.

Ck! Muka triplek! Kita nggak dikasih minum gitu? Mana muka lempeng banget kek jalan tol!

Deana menoleh saat dirinya merasa diperhatikan. Vero langsung memutus tatapannya dari Deana. "Kerjain! Cepet!"

"Ck! Iya iya!" Vero berdecak sebal. Dasar muka triplek! Nggak ada lembut-lembutnya. Vero menyumpahi cewek itu agar tidak punya pacar. Cowok mana yang mau dengan cewek macam dia.

***

"Mah! Vero pergi dulu ya mah! Assalamualaikum!" Vero menyalimi tangan mamahnya dan mencium pipi mamahnya. Lalu lari keluar rumahnya. Untung adiknya masih kerja kelompok, jadi tak ada yang mengintilinya.

Kini Vero sudah berada di arena balapan. Emosinya sedari tadi memuncak, melihat Bagas dengan pacarnya. Tapi, sabar! Sabar! Jangan terpancing emosi. Kalau tidak, Bagas akan curiga padanya.

Tapi ada satu hal lagi yang membuat emosinya memuncak. Vero melihat, Bryan sahabatnya, dibully habis-habisan. Dia disuruh ini disuruh itu. Tapi, Vero tidak mungkin tiba-tiba menolong Bryan, yang ada Bryan juga curiga dengannya.

Kini Vero sudah berada di garis start lintasan balapan. Balapan ini taruhannya pun tak terlalu mahal. Hanya satu juta untuk setiap orang. Seorang wanita dengan pakaian kurang bahannya itu, melangkah ke tengah-tengah jalan. Saat kain menyentuh aspal, mereka langsung menancapkan gas.

Bagas memimpin di depan, kemudian di belakangnya Vero. Vero hanya memainkan kecepatan motornya. Saat ingin menuju finish, Vero melaju cepat, menyalip Bagas. Terlihat, sirat kemarahan di mata Bagas.

Vero tersenyum miring. Akhirnya, setelah sekian lama tidak melihat wajah marah itu lagi. Ia senang. Bahagia. Puas. Dia menghentikan motornya di tepi jalan, dan meminta hadiahnya saat itu juga.

"Hei lo! Nama lo siapa?" teriak Bagas saat jalan mendekati Vero. Vero tersenyum, rencananya memancing Bagas berhasil. "Buka helm lu!"

Vero membuka kaca helm-nya. Dan nampak mata dengan tatapan tak asing menyapa mata Bagas.

Tatapan itu kan?

"Nama lo siapa?" Bagas menelisik mata Vero. Dia seperti mengenal tatapan Vero. Ya, tatapan elang khas yang dimiliki oleh Alvero Lucano, seorang lelaki yang sangat Bagas benci.

"Al" jawab Vero singkat. Bagas mengerutkan keningnya. Namanya sesingkat itu kah? Oh, ayolah! Bagas tidak sebodoh itu. "Nama panjang!"

"Nggak perlu tau!" Vero menurunkan kaca helm-nya, lalu pergi meninggalkan Bagas yang masih termangu dengan pikirannya.

Nggak mungkin dia Alvero kan? Kan dia udah mati!

***

Vero : "Woy klean semua!"

Vero : "Gue mo nunjukkin sesuatu!"

Vero : "Si muka triplek enaknya diapain guys?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vero : "Si muka triplek enaknya diapain guys?"

Vero : "Nah, kalo si bangsat ini harus kita apakan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vero : "Nah, kalo si bangsat ini harus kita apakan?"

Vero : "Oh iya dia Daren yew bukan Gas elpiji."

Vero : "See you! Muach❤"

Jangan lupa vote⭐

Thank you semuanya🐣

Transmigration of Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang