Cerita

5K 738 22
                                    

Oke, mari kita baca chapter hari ini

Jangan lupa komen di setiap paragrafnya ya. Dan vote tentu saja.

~

Vero pagi ini terlihat bersemangat sekali. Dengan senyum mengembang, ia berjalan menyusuri koridor sekolahnya menuju kelas. Saat kakinya menginjak lantai kelasnya, ia mengernyitkan dahinya. "Vir, Bryan kemana?"

"Tadi pagi pergi buru-buru, katanya ada urusan. Gue jadinya berangkat bareng mereka berdua."

"Gimana sih?! Gue udah nyuruh dia buat jagain lu, wah lepas tanggung jawab tu orang!"

Vero menaruh tasnya di kursi, dan keluar guna mencari keberadaan Bryan. Saat dirinya menapakkan kakinya di lapangan tengah, dia bertemu dengan Deana.

Niatnya yang mencari Bryan, langsung terlupakan saat melihat wajah perempuan yang selalu membayanginya setiap waktu itu. Ia tersenyum hangat dan menyapa Deana.

Deana pun membalas senyuman Vero. Tapi, senyuman Vero tak bertahan lama saat melihat ke arah lain. Tatapan mata Vero yang tadinya hangat, seketika menjadi dingin dan tajam. Deana bingung, lalu dirinya berbalik mengikuti arah tatapan Vero.

Deana melihat Bryan sedang dirangkul oleh beberapa anak cowok. Mereka terlihat bahagia, tapi tidak dengan Bryan. Bryan terlihat sangat ketakutan.

"Lo punya apa bisa sampe sekolah di sini? Lo morotin anak orang lagi ya? Lu nggak puas udah morotin Vero ampe meninggal?" Tangan Vero mengepal kuat. Rahangnya mengetat melihat pem-bully Bryan datang bersama Bryan.

Sedangkan Deana terdiam. Bryan dulu juga punya teman bernama Vero? Apa ini kebetulan? "Lo tuh nggak pantes sekolah di sini! Di sini terlalu mewah buat lo!"

Cowok itu mendongak kala melihat seseorang menghalangi jalannya. "Hei! Bro! Lu kenal nggak anak cupu ini? Dia tuh pernah temenan ama anak orang terus dia porotin ampe temennya meninggal. Kasian banget ya temennya?"

Vero menatap tajam cowok itu. Ia lalu menatap Bryan yang terlihat sangat ketakutan. "Lepasin dia!"

"Kenapa lo minta lepasin anak cupu ini? Ah! Pasti lo temen barunya ya? Jangan mau temenan ama dia, suka morotin orang!" Vero menggeram rendah.

"Gue bilang lepasin dia, ANJING!" Vero menendang perut cowok itu hingga tersungkur ke belakang. Teman-teman cowok itu tak ada yang membantunya. Mereka takut. Mereka seperti melihat Vero yang sudah tiada kembali.

"Let's play dude!" Vero tersenyum miring sesaat setelah ia berbisik ke cowok itu. Cowok itu melebarkan matanya. Kalimat ini sudah tak asing lagi di telinganya. Dan ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Vero menendang kembali cowok itu hingga badannya tersungkur ke samping. Vero mencengkeram kerah seragam cowok itu. "Udah inget gue, Bim?" Vero berbisik di telinga Bima.

Bima melebarkan matanya. Ternyata benar di hadapannya ini Vero yang ia kenal dulu. Tapi kenapa wajahnya sangat berbeda? Vero memukul wajah Bima saat Bima masih sibuk dengan pikiran.

Bima mundur beberapa langkah. Vero menghampiri Bima dan kembali mencengkeram kerah seragamnya, "Udah gue bilang! Jangan sentuh punya gue, lo nggak paham-paham ya?"

"Pergi!" Vero menatap tajam Bima dan kawan-kawannya. Mereka lari tergopoh-gopoh, meninggalkan SMA Wijaya Kusuma yang pagi itu sudah mencekam. Vero berbalik dan menatap tajam Bryan. Ah, Bryan yakin habis ini dirinya akan kena ocehan panjang dari Vero.

***

Deana sedang berada di perpustakaan. Tangannya memegang sebuah buku, tapi pandangannya kosong. Pikirannya menerawang kejadian tadi pagi. Ia masih bingung dengan masalah antara Vero dan Bryan.

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now