Kehidupan Baru

7.6K 1.1K 14
                                    

Ya udah lah saya baik ni walau chapter sebelumnya belum genap 15 vote.

Dahal satu lagi itu heh wkwk.

Karena happy 1k readers jadi saya baik aja ya.

Tolong lah ya kasih vote biar saya semangat up up nya.

Dah lah, mari membaca.

~

Bryan duduk gelisah di depan seorang lelaki yang ia kira-kira umurnya sekitar empat puluh tahunan itu. Lelaki itu melirik Bryan dengan membenarkan kacamatanya lalu beralih menatap lembaran yang ia pegang.

"Kamu saya terima lewat jalur beasiswa. Selamat! Kamu satu kelas ya dengan Vero." Bryan mendongakkan kepalanya. Ia tak salah dengar kan?

"Beneran pak?"

"Iya benar!" Bryan menutup mulutnya dan menatap kedua orang tua Vero yang sedang tersenyum ke arahnya. Ia beranjak. "Selamat ya sekali lagi!"

"Terima kasih pak!" Bryan menerima uluran tangan kepala sekolah tersebut. Kedua orang tua Vero mendatangi Bryan dan menepuk pundaknya.

"Terima kasih ya pak sudah menerima Bryan!"

"Sama-sama pak Deon. Dia anak baik dan nilainya pun bagus semua, sayang jika sekolah ini menyia-nyiakan anak seperti dia."

"Ya sudah kalau begitu saya pamit ya pak, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Bryan dan orang tua Vero pun pulang ke rumah. Bryan tak menyangka dirinya akan bersekolah di sekolah elit nomor satu di Jakarta.

Mobil orang tua Vero masuk ke dalam halaman rumah yang sangat megah. Bryan turun dan sudah disambut oleh Vero dan seorang perempuan. "Bryan, kamu mulai hari ini tinggal di sini ya!"

Bryan mengamati seluruh isi ruangan rumah mewah ini. Ini benar? Tidak mimpi kan? "Ini beneran tante? Aku nggak enak ah, mending aku tinggal di rumahku yang lama aja deh tan!"

"Ih beneran! Kalau kamu nggak mau tinggal di sini, tante sedih nih!" Mamah Vero memasang wajah sedihnya. Bryan gelagapan. "Eh tante jangan sedih dong, ya udah deh iya aku tinggal di sini."

"Nah gitu dong!" Mamah Vero kembali tersenyum. Vira senang. Saking senangnya, ia menepuk tangan Vero keras sekali. "A a a, Vir, Vir! Sakit!"

"Hehe maap!" Vira menyengir. Vero mengelus-elus tangannya yang terasa perih itu. Bryan menatap Vira. "Oh, hai! Nama gue, ekhm, ekhm! Alvira Mahanta!"

Bryan terkekeh mendengar nada bicara Vira. Bryan tersadar, mereka berdua sangat mirip. "Kalian kembar?" Vira mengangguk antusias.

"Vira, kamu nggak boleh genit ya sama Bryan. Emang sih, Bryan ganteng kayak papa, tapi jangan digodain ya!" Deon mengelus dagunya yang bersih itu. Sedangkan Vira menatap jengah papa narsisnya.

Vero tersenyum geli mendapati papanya dengan segala tingkah absurdnya itu. "Mulai sekarang, kamu jangan mau di-bully lagi ya. Tunjukkan pesonamu wahai anak muda. Kamu itu ganteng kayak om, banyak cewek yang mau sama kamu. Godain aja satu-satu!"

"Heh!" Iva menatap tajam ke arah Deon. Bisa-bisanya mengajari Bryan untuk berbuat hal yang tidak-tidak. "Wah, om pasti mantan playboy ya?"

"Ya jelas dong!" Iva memukul Deon. Sedetik kemudian, ia menarik telinga Deon hingga berjalan mengikutinya. "A a, ampun mah!"

Vero, Vira dan Bryan tertawa melihat Deon yang tidak berdaya dimarahi oleh Iva. "Bry, ayo gue anter ke kamar lo!" Bryan menganggukkan kepalanya dan mengikuti Vero dari belakang.

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now