Vira Kumat

8.2K 1.1K 49
                                    

Kelamaan ah nungguin 15 vote wkwk

Ya udah cus baca

~

"Hit you with that ddu-du ddu-du du!"

"Hey boy. Look, I'm gonna make this simple for you. You got two choices. Yes or yes?"

"'Cause I-I-I'm in the stars tonight. So watch me bring the fire and set the night alight."

"You got me feeling like a psycho, psycho!"

Vero menghela nafas yang kesekian kalinya. Vira sudah bernyanyi lagu K-pop sejak tiga jam yang lalu. Vero bingung, ada berapa lagu di ponsel adiknya itu.

"Da saranghae. Neol saranghae. Neol saranghae. Neol saranghae!" Dan ini, lagu viral pas demo. Duh, pusing Vero. Please ya! Vero itu sedang mengerjakan tugas, dan Vira malah asik-asikan karokean nggak jelas hingga terdengar sampai kamarnya.

"Dumdi dumdi, dumdi dumdi. Dumdi dumdi, dumdi dumdi, turn up my summer! Dumdi dumdi, dumdi dumdi. Dumdi dumdi, dumdi dumdi, turn up my summer!"

"It's the love shot. Na nanana nananana. Na nanana nanana. Na nanana nananana!"

Ceklek

Vero menatap malas Vira di ambang pintu kamar Vira. Lihatlah Vira! Karokean sambil dance nggak jelas. Untung suaranya bagus, jika tidak, mungkin Vero sudah membuang Vira ke laut.

Dan, apa itu? Oh my! Rambut Vira, gaya apa itu? "Vir, rambut lo kenapa dah?"

"Oh ini? Ceritanya biar kek idol-idol Korea gitu! Kan biasanya mereka rambutnya unik-unik gitu. Bagus kan?" Vero memutar matanya. Ya nggak gitu juga lah bambang!

"Bukannya bagus, kek gembel tau nggak lo!"

"Terus itu di pipi apa? Love love, nggak jelas banget sih lu tau nggak?" Vero menggelengkan kepalanya. Heran, dia halu jadi idol Korea apa bagaimana? Sungguh penampilan yang tidak sedap dipandang mata.

"Cih! Gini-gini bias gue cantik-cantik, ganteng-ganteng, nggak kek lu!"

"Mana coba liat?" Vero merapatkan dirinya ke Vira. Vira mulai memutar video musik dari salah satu girl group terkenal Korea. Memang sih cantik-cantik, tapi kenapa modelan fans mereka kek Vira gini? "Iya sih, cantik, tapi sayang, dapet fans modelan kayak lu gini."

"Hih! Gue juga cantik keles!"

"Hmm, serah lu, sebahagia-bahagianya lu aja deh!"

"Ya udah, sana keluar, gue mau lanjut nyanyi!" Vero didorong keluar dari kamar Vira. Saat pintu tertutup, Vero sudah mendengar lagu yang berbeda lagi.

"Swan, uahage. Like swan swan swan. Like swan swan swan, mama!" Vero menggelengkan kepalanya. Vero terpikir untuk ikut balapan liar lagi. Kali ini, ia hanya ingin melihat Bryan di arena balapan.

Vero bergegas mengganti bajunya. "Vir, gue tinggal ya! Mau cari angin. Mungkin pulangnya agak malem!"

"Iya!" Vira berteriak. Musik K-pop masih terdengar keras dari kamar adiknya itu. Vero berjalan ke garasi, mendorong motornya keluar dan menyalakannya. Vero melaju cepat ke arah arena balapan.

Sesampainya di sana, Vero disambut dengan tatapan tak senang dari Bagas. Mungkin Bagas merasa tersaingi. Bagas mendekati Vero yang baru saja memarkirkan motornya.

"Wih, Bro! Gue kira lu nggak ikut lagi!" Bagas tersenyum kepada Vero. Tentu saja itu hanya senyum palsu. Bagas benci dengan orang yang berhasil mengalahkannya.

Vero hanya melirik Bagas sekilas. Terlihat, Fina, pacar Bagas, menghampirinya dan juga Bagas. Merangkul tangan Bagas dengan manja, iuh, menjijikkan. Vero mendapat ide cemerlang dari otak pintarnya.

Vero membuka helm full face nya itu. Mengibaskan rambutnya dan membenahi rambutnya yang berantakan. "Hai bro! Seneng ketemu lo lagi!"

Vero tersenyum. Melirik Fina, sepertinya anak itu terkesima dengan ketampanannya. Ya begitulah Fina, dia akan berpacaran dengan siapa pun yang berhasil menduduki peringkat satu saat balapan. Dan, Al, cowok itu menjadi incarannya selanjutnya.

"Ya udah bro! Ayo ke garis start, udah mau mulai!" Vero kembali memakai helm-nya. Ia melajukan motornya ke arah garis start. Ia akan membalaskan dendamnya ke Bagas hari ini juga.

Balapan pun dimulai. Vero sengaja memainkan gasnya dan tertinggal jauh dari Bagas. Bagas mengukir senyuman. Bagas senang, ia tahu dirinya tak bisa dikalahkan oleh siapa pun lagi.

Hingga kesenangan itu pudar, saat melihat Vero menyalipnya dengan mudah saat garis finish di depan matanya. Tidak mungkin. Tadi posisi Vero masih jauh di belakangnya. Jika menyalip Bagas, itu tidak mungkin. Hanya satu nama yang bisa melakukan itu dari dulu, Alvero Lucano.

Bagas berhenti tepat di hadapan Vero. Menatap tak suka, Bagas membuka helm-nya dan bertanya, "Al! Siapa lo sebenernya? Gimana lo bisa nyalip gue? Itu nggak mungkin, posisi lo masih di belakang jauh tadi!"

Vero tersenyum penuh kemenangan. "Kenapa nggak mungkin? Semua kemungkinan bisa terjadi!" Bagas mengepalkan tangannya erat-erat. Ia marah. Kesal. Hingga Fina terlihat menghampiri mereka berdua.

"Lo kok nggak bisa ngalahin dia sih? Jadi orang kok lemah banget. Mulai detik ini, kita putus!" Ucap Fina. Bagas membulatkan mata tak percaya. Bahkan belum tiga kali kekalahan, tapi Fina sudah berani minta putus dengannya?

"Kamu ganteng banget sih! Namanya siapa tadi? Oh iya, Al, mau nggak jadi pacar aku?" Fina memeluk lengan Vero manja. Vero sudah muak dengan Fina. Ia mengibaskan lengannya. "Gue nggak butuh pacar jalang kek lo!"

"Tuh ambil aja Gas, gue nggak mau!" Vero melajukan motornya, meninggalkan kedua insan yang sedang adu mulut itu. Berhenti tepat di depan sekumpulan orang, yang Vero yakini menjadi tempat kerja Bryan.

Matanya menelisik, mencari Bryan yang entah berada dimana. Ia menemukannya. Bryan terlihat sedang memijit lelaki yang masih setia menghembuskan asap rokok ke udara.

"Lo bisa mijit nggak sih? Mijit aja nggak becus! Nggak kerasa nih!" Bryan mengangguk, lebih mengeraskan pijitannya kali ini.

Sepertinya lelaki itu tak puas. Ia melepaskan kakinya kasar dari tangan Bryan, kemudian menginjak puntung rokoknya. "Nggak becus banget, lo masih mau kerja nggak di sini?"

Bryan hanya diam, mengangguk. Ia tak mau kehilangan pekerjaannya. Ia tak punya penghasilan lain selain dari bekerja di sini. "Kalo nggak mau dipecat, harusnya lo becus dong kerjanya!"

Lelaki itu mendorong tubuh Bryan hingga Bryan jatuh tersungkur. Kemudian, lelaki itu menendang keras tubuh Bryan. Vero bergegas menghampiri mereka.

Lelaki itu bersiap memukul Bryan, tapi gerakannya terhenti akibat teriakan Vero. "Lepasin tangan busuk lo dari temen gue, BAJINGAN!"

Vero memukul muka lelaki itu hingga tersungkur di tanah. Sedetik kemudian, adegan baku hantam pun terjadi. Bryan bingung. Bryan berusaha melerai mereka berdua.

Bryan menarik tangan Vero keluar dari tempat perkumpulan anak-anak itu. "Lo kok mau sih kerja begituan?" Bryan menunduk. Ini sudah yang kesekian kalinya ia ditolong oleh Vero.

"Makasih sebelumnya. Tapi gue harus kerja buat bertahan hidup."

"Besok nggak usah kerja lagi deh! Dan minggu depan lo pindah ke sekolah gue, titik!"

***

Jangan lupa votenya teman-teman.

Oh ya part selanjutnya up kalo dah 15 vote ya.

Makasih❤

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now