Delapan Anak

2.9K 342 10
                                    

~

"Mentang-mentang dah lamaran ya lu, nempel mulu." Kini semua keluarga Vero dan Deana sedang merayakan lamaran Vero dan Deana dengan pesta kecil-kecilan di rumah Deana. Vero? Jangan ditanya, dia sudah menempel dan memeluk Deana yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Sirik aja lu! VIRA ... Bryan katanya mau nambah istri!" teriak Vero. Bryan melotot tak percaya, lalu melemparkan bantal sofa ke arah Vero dengan kencang.

Prang!

Seketika jantung Bryan berhenti berdetak, melihat sebuah benda terjatuh. Bantal yang ia lempar tadi bukannya mengenai Vero, malah mengenai tangan Deana yang sedang memainkan ponselnya, hingga ponsel itu terjatuh dan menghantam keras lantai di bawahnya.

Deana mengerjap beberapa kali, lalu menurunkan tangannya yang masih melayang di udara. Dia menghela napas pendek, lalu tersenyum paksa menatap Bryan. Bryan hanya bisa meringis sambil mengangkat kedua jarinya. "Peace!"

Setelah bertatapan hampir satu menit lamanya, Bryan lompat dari sofa lalu berlari diikuti Deana yang melemparkan bantal sofa ke arah Bryan. Sialnya, bantal itu tepat mengenai kepala Bryan.

"Anjir! Entar gua ganti De, beneran gua janji." Deana mendengus pelan melihat Bryan yang sudah berlindung di balik badan Vira. Setelah mengacungkan jari tengah ke arah Bryan, Deana balik dengan wajah tertekuknya.

Vero terkekeh saat Deana dengan kesal menyenderkan badannya pada dada bidang cowok itu. Vero memeluk kemudian dengan gemas mengacak pelan rambut Deana lalu ia rapihkan kembali. Lalu, ia mengecup singkat pucuk kepala Deana.

"Om, Velo ...." Vero menoleh saat suara serak imut menyapa pendengarannya. Kenan, bocah kecil itu sedang berjalan sempoyongan ke arahnya. Sepertinya baru bangun tidur.

"Eh, kesayangan om, sini!" perintah Vero. Kenan dengan sigap melangkahkan kakinya mendekat ke Vero. Deana jadi terpaksa menegakkan tubuhnya, saat Vero memangku anak kecil lucu itu.

"Bangun tidur, hem?" tanya Vero. Kenan mengangguk lemah. Tangan mungilnya itu mengucek matanya yang masih merah. "VERO!"

Vero tersentak kaget mendengar teriakan mamanya. "Dipanggil mama tu! Sini, Kenan sama tante aja ya?" tawar Deana. Kenan mengangguk lantas beralih ke pangkuan Deana.

"Kenan udah sekolah ya?" tanya Deana. Kenan mengangguk lemah. Tangan Deana mengacak gemas rambut Kenan. "Belajar apa aja di sekolah?"

"Belajal hitung sama baca huluf."

"Hayo, Kenan udah bisa baca belum?" tanya Deana. Kenan hanya bisa menyengir sampai matanya sipit. Kenan memang belum pandai membaca. "Tapi, Kenan udah bisa menghitung lho ...."

"Yang bener?"

Kenan mengangguk antusias. Deana tersenyum gemas lalu beralih mencium pipi gembul Kenan. "Kalau begitu, satu ditambah satu berapa?"

"DUA!" pekik Kenan antusias dengan kedua jari tangannya membentuk angka dua. Deana terkekeh sebentar lalu beralih mencubit pelan pipi Kenan. "Pinter."

"Kalau satu ditambah dua berapa?" tanya Deana lagi. Anak kecil itu nampak menghitung dengan jarinya. "Satu, dua, TIGA!"

"Satu ditambah lima berapa hayo?" tanya Deana. Kenan mengerutkan dahinya. Tangan mungilnya itu sibuk menghitung jawaban dari pertanyaan Deana barusan. "Empat, lima, ENAM!"

Deana tersenyum melihat anak kecil di depannya ini sangat antusias menjawab pertanyaannya. Padahal dia tidak mengimingi sebuah hadiah. "Kalo lima kurangi dua berapa?"

Kenan kembali mengerutkan dahinya. Dia memang pintar dalam penjumlahan, tapi pengurangan, dia belum terlalu menguasainya. Jarinya menekuk lalu membuka kembali. Begitu terus.

"Aduh, Kenan nggak tau!" beo Kenan saat tak menemukan jawabannya. Deana terlihat melipat bibirnya, menahan tawa. "Kalau lima puluh ribu dikurangi dua puluh ribu, berapa?"

"Ya tiga puluh libu lah, Tante nggak bisa ngitung duit ya?"

Bangke, kalo duit aja, cepet. Pasti turunan Vira ni!

Deana menggeleng pelan melihat kelakuan Kenan yang sama persis seperti Vira. "Kenan ngapain aja sama Tante?"

Vero sudah duduk di samping Deana, lalu mengambil alih Kenan untuk duduk di pangkuannya lagi. "Belajal menghitung dong."

"Wih pinter! Lima kurangi dua berapa?" tanya Vero. Kenan kembali mengerutkan dahinya. "Om Velo nanyanya sama deh kaya Tante Cantik."

Huuuu! Tau aja lo bocil yang cantik-cantik!

"Kenan nggak bisa jawabnya." Kenan menurunkan bahunya dengan raut wajah sedih. "Kalau lima puluh ribu kurangi dua puluh ribu, berapa?"

"Tiga puluh libu lah! Ih Om Velo kayak Tante Cantik, nggak bisa ngitung duit."

Sembarangan lu cil kalo ngomong! Makin besar napa akhlaknya jadi mirip mak bapaknya begini sih? Pen buang gua rasanya.

"Udah sana ke mama Kenan." Vero menurunkan Kenan dari pangkuannnya. Begitu lepas dari tangan Vero, Kenan langsung berlari ke arah Vira yang sedang sibuk di dapur.

Vero menghela nafas lalu menggeleng pelan melihat ponakannya yang semakin tumbuh besar. "De."

"Hmm?"

"Mau anak berapa?"

***

"Ya, De?"

"Ih! Apaan sih." Deana kesal sekali karena Vero merengek ingin punya delapan anak. Tentu Deana menolak mentah-mentah permintaan Vero. Ia kira ngurus anak gampang?

"Aaaaa! Ya De, delapan ya? Biar rame."

"Delapan ndasmu! Kamu mau ngurusnya?" tanya Deana. Vero merengut saat Deana tetap kekeh menolak permintaannya. Ya apa yang salah coba? Kan banyak anak banyak rezeki, begitu pikirnya.

"Delapan ya, De? Cowok semua." Deana makin membulatkan katanya mendengar permintaan Vero yang makin menjadi. Cowok semua? Ya gimana bisa Deana mengatur agar anaknya cowok semua, kan itu diatur sama Allah.

"Mau anak apa mau bikin boy group segitu banyaknya." Vero tersenyum manis. Dia memeluk tangan kiri Deana sambil menggoyangkannya manja. "Boleh sih kalo mau bikin boy group. Nanti nama grupnya, somplak boy, nah bagus tuh."

"Vero! Perut aku bukan penampungan anak! Dua aja, itu lebih baik." Vero memanyunkan bibirnya. Padahal dia ingin sekali punya anak banyak, efek hanya punya adik satu ngeselinnya minta ampun.

"Kenapa si dari tadi ribut mulu?"

"Masa Vero minta delapan anak nggak boleh." Iva menggeleng pelan mendengar perkataan anaknya. Matanya melirik sebentar muka Deana yang sudah kusut di samping Vero.

Sama aja kek papanya.

***

Maaf baru bisa update guys ㅜㅜ

Jangan lupa vote ya

Transmigration of Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang