25.

1K 85 13
                                    

















Danendra memarkirkan motornya di depan sebuah kafe lalu pandangannya langsung menatap ketiga sahabatnya yang sibuk mengerjakan tugas.

Untung saja Farel mengetahui keberadaan Danendra. Danendra memberikan isyarat jika Nadia ikut bersamanya. "Bangke! Udah gue bilang jangan kesini malah."

Dika menatap Farel yang kini sibuk mengeluarkan uangnya. "Njir si Danendra udah dibilangin juga."

"Bang, uangnya saya taro di atas meja, maaf kalau saya lancang." Ucap Farel dan langsung memasukkan laptopnya dengan tergesa-gesa begitu pula kedua sahabatnya.

Dika, Farel dan Rangga langsung lari keluar kafe dengan cepat. "Loh bang! Uangnya kembalian!"

"Buat abangnya aja." Nadia menatap ketiga manusia tadi dengan keheranan ada-ada saja tingkah mereka.

"Yang baju putih kayak kak Dika." Ucapnya pada Danendra yang ikut memperhatikan ketiga sahabatnya tadi lalu tersenyum tipis emang nggak ada akhlak.

Danendra menatap Nadia yang masih berada di sampingnya lalu tersenyum. "Salah orang kalik, muka kayak Dika kan pasaran." Nadia berdecak pelan lalu masuk ke dalam kafe tersebut.

Danendra masih menatap ketiga sahabatnya yang berlari menjauh dengan membawa tasnya. "Hahahaha maafin gue." Ucapnya dengan tawanya.

Sedangkan disisi lain, Dika menghentikan langkahnya ketika menyadari kalau mereka sudah lumayan jauh dari kafe tadi. "Kayak dikejar debt collector aja kita!"

"Aduh." Farel memegang tiang lampu dengan nafasnya yang terengah-engah lalu melirik ke belakang.

"Anjing tuh anak, bikin susah aja!" Gerutunya dengan kesal lalu duduk di salah satu kursi pinggiran jalanan.

Rangga lalu ikut duduk disamping Farel dan sibuk mengatur nafasnya. "Terakhir kali lari-larian gini waktu ospek kayaknya, waktu telat pertama kali masuk kampus, udah kayak maling dikejar satu RT dah."

"Capek juga ya?" Ucap Dika lantas ketiganya tertawa terbahak-bahak.

Farel membenarkan tatanan rambutnya lalu menatap sekelilingnya yang terlihat sangat ramai orang berlalu lalang. "Rangga ngajakin keluar pas malem Minggu gini!"

"Nasib dah jomblo." Dika kembali tertawa terbahak-bahak saat melihat remaja SMA yang bergandengan tangan.

"Noh liat, mereka keluar sama pacarnya lah kita keluar malah kena nasib begini." Rangga mengelus dadanya bersabar melihat banyak sekali remaja yang sedang pacaran hingga notifikasi pesan muncul dari ponselnya.

Nararya Feli Adhisti( ◜‿◝ )

Kak?
Ganggu nggak?✓

Enggak kok, kenapa nggak bisa tidur?✓

Hehe iya Feli nggak bisa tidur lagi✓

Mau kakak beliin makanan?✓

Enggak usah, Feli udah kenyang.
Peka gitu kek kak Rangga✓

Sedangkan Rangga yang menerima pesan tersebut lalu memukul-mukul pelan pundak Farel yang berada di sampingnya. "Lo bisa diem kagak gue lempar lo ke tengah jalan beneran!"

"Adeknya Reagan gemesin gini Rel." Ucapnya dengan memegang dadanya sedangkan Dika menatapnya dengan jijik.

"Udah-udah sana lo ngebucin, gue mau cari makan lagi." Farel kemudian bangkit dari duduknya untuk mencari jajanan pinggir jalan.

Dika ikut menyusul Farel dan membiarkan Rangga yang sedang berbunga-bunga. "Najis emang."

Rangga cengar-cengir nggak jelas sambil bales chat dari Feli. "Aaaaaa gue dapet lampu hijau gini dah." Rangga masih memegang dadanya yang berdetak lebih kencang.

----

Nadia menguap tepat di samping telinga Danendra keduanya masih mengelilingi Braga. "Pulang sekarang ya?" Nadia hanya mengangguk kecil.

Danendra mengeratkan tangan Nadia yang melingkar diperutnya. "Tidur aja kalau mau tidur, tapi pegangan ya."

"Iya kak." Nadia mengeratkan pelukannya lalu mulai memejamkan matanya untung saja jarak dari Braga ke kosannya tidak begitu jauh ya walau dirinya harus menahan tubuh Nadia.

Saat sudah sampai parkiran Danendra segera mematikan motornya lalu menatap Nadia yang masih memejamkan matanya cowok itu lalu menghela nafas. Seperti biasa dirinya akan menggendong Nadia seperti bayi karena gadis itu enggan bangun. "Jangan pergi ya." Ucapnya dengan pelan lalu segera membuka pintu kamarnya.

Danendra merebahkan tubuh Nadia dengan pelan di atas kasurnya lalu segera melepaskan sepatu yang dipakai Nadia tadi. Danendra tersenyum tipis saat melihat Nadia yang masih tertidur pulas tanpa terusik sedikit pun lantas dirinya segera melepaskan sepatunya dan merebahkan tubuhnya di samping Nadia. "Selamat tidur..."

Danendra masuk ke dalam selimut yang sama dengan Nadia lalu mengecup pelan kening gadis itu. "Cantik banget kalau gini."

06.33

Nadia menggeliat pelan saat sinar matahari mengusik tidurnya ia menoleh ke belakang melihat Danendra yang masih tertidur pulas dengan memeluknya dari belakang. Nadia menatap jam dinding lalu ia segera bangun mengingat jika dirinya ada kelas pukul 8 nanti.

Dan sekarang pakainya masih berada di kosannya serta berbagai peralatan menggambar yang masih berada di kosannya ia harus segera pulang. "Kak bangun... Aku mau pulang."

Danendra menggeliat saat Nadia menepuk pipinya dengan pelan. "Kak ayo, aku mau pulang nanti ada kelas jam 8, ayo bangun."

Danendra membuka matanya melihat Nadia yang sudah duduk di sampingnya lalu menatap jam dinding. "Ini baru jam setengah 7 kamu kelasnya jam 8 kan mau ke kampus jam segini?"

Nadia merotasi bola mata malas lalu menatap tajam Danendra yang malah kembali memejamkan matanya. "Anterin pulang, aku mau pulang ambil peralatan gambar nanti ada kelas."

Danendra tidak menjawab dan kembali tertidur. Nadia berdecak lalu segera turun dari kasur tapi tangannya ditahan oleh Danendra. "5 menit lagi, nanti kakak anterin."

Nadia mengangguk pelan lalu melepaskan tangan Danendra dengan lembut dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Setelah selesai ia kemudian keluar bersamaan dengan Danendra yang sudah bangun, duduk di tepi kasur dengan muka bantalnya. "Mandi sekalian apa cuci muka?"

"Cuci muka aja." Nadia mengangguk lalu membereskan buku-bukunya memasukkannya ke dalam tasnya dengan pakaian yang ia pakai kemarin.

Danendra keluar lalu menatap Nadia yang sudah mengemasi semua barang-barangnya. "Kamu mau pindahan, itu semua dibawa lagi." Ucapnya seraya memakai hoodie nya.

"Kak Danendra tinggal sama kak Rangga kan nggak mungkin barang aku disini, lagian juga nggak enak udah nginep disini berhari-hari emang kalau di kosan sini nggak ditanyai ya kak?"

Danendra menggelengkan kepalanya. "Enggak, dulu setahun yang lalu ada anak kampus lain kayaknya buat yang enggak-enggak sampe kedengaran suaranya, sini juga nggak di apa-apain."

Nadia mengerutkan keningnya dengan wajah terkejutnya. "Kalau di kosan ku udah digerebek."

"Ya kan kosan khusu perempuan ya wajarlah." Nadia mengangguk lalu segera menggendong tasnya.

"Ayo kak, aku keburu telat." Danendra mengangguk lalu menggenakan sepatunya begitu pula dengan Nadia yang duduk di sampingnya.

Nadia menatap Danendra yang sedang menalikan tali sepatunya. "Kak Danendra aku bisa sendiri."

"Enggak apa-apa, biar kayak di drakor yang waktu itu kamu tonton katanya so sweet kemarin kakak kamu katain cringe." Nadia tertawa terbahak-bahak masih saja Danendra mengingatkannya.

"Masih diinget terus kak." Danendra ikut tertawa lantas keduanya segera menuju parkiran motor.
























..











Sun and Moon Where stories live. Discover now