17.

1.1K 118 10
                                    











"Lo langsung pulang Nad?" Nadia yang sedang memasukkan laptopnya pada tas hanya mengangguk pelan.

Karissa dan Vita saling bertatapan satu sama lain. "Mau kita temenin?" Tawar keduanya yang menatap Nadia lembut.

"Enggak usah, gue lagi butuh sendiri, nanti kalau ada apa-apa gue pasti hubungin lo berdua kok." Ucap Nadia yang menyakinkan kedua sahabatnya.

Vita mengangguk. "Lo nggak ke kafe lagi kan?"

"Enggak gue tadi udah, lagian juga udah jam 3 gue mau tidur di kosan aja." Karissa mengangguk pelan lantas ketiganya keluar dari kelas dengan Nadia yang berada di tengah-tengah.

"Hahaha gue bersyukur punya lo berdua." ucap Nadia dengan lembut setelah melihat semua rasa kekhawatiran Karissa dan Vita.

"Yee!! Emang lo harus bersyukur punya kita, eh Minggu pergi beli Tteokbokki mau nggak sekali-kali gitu keluar mumpung Senin nya udah bab baru."

"Boleh, ide lo bagus juga, lo Nad?"

"Ikut aja udah gue mah."

"Nadia, bisa bicara sebentar?" Nadia menatap Farel yang berdiri tepat di depannya wajah laki-laki terlihat tegas.

"Maaf kak kalau soal kak Danendra saya belum bisa." Ucap Nadia dengan pelan tanpa menatap Farel dan Dika yang juga berdiri di depannya.

Dika menatap gadis itu dengan teduh. "Danendra butuh lo sekarang, dia bener-bener berantakan sekarang!"

"Kak! Maaf kalau saya lancang tapi saya bener-bener nggak mau ketemu kak Danendra dulu, saya nggak mau bicara sama kak Danendra. " Final Nadia sebelum gadis itu melangkahkan kakinya lebih dahulu.

Dika yang ingin mengejar gadis itu langsung ditahan oleh Vita. "Bentar deh kak, dia cuman butuh waktu, Nadia masih belum bisa percaya sepenuhnya setelah kejadian kemarin."

Dika menghela nafas kasar lalu mengacak rambutnya dengan kasar lantas meninggalkannya.

Farel menatap punggung Dika serta tatapan Dika tadi sudah jelas jika dia menahan amarahnya karena Nadia seorang perempuan tidak mungkin ia melayangkan tinjunya. "Gue titip Nadia ya, bilangin ke orangnya kalau bisa jangan diemin Danendra terus-terusan."

"Iya kak, nanti kita sampein." Farel tersenyum tipis lalu mulai melangkahkan kakinya mengikuti Dika yang sedang uring-uringan.

++++

Danendra terbangun ketika sinar matahari mulai terbenam kembali hari kembali gelap laki-laki itu duduk dengan memegang kepalanya. "Sakit..."

Lantas Danendra berjalan dengan gontai ke arah kamar mandi sudah 12 jam ia tertidur akibat pengaruh alkohol yang kuat, sekarang kepalanya terasa nyeri dengan perutnya yang merasa mual.

Saat setelah selesai membersihkan dirinya, Danendra melihat ketiga sahabatnya yang berada di depan jendela sedang menatapnya.

"Bukain pintu oy!!" Ucap Dika dengan mengetuk kaca jendela.

Danendra membuka pintu kamarnya membuat ketiga manusia tadi langsung berputar arah menuju kamar Danendra.

Saat Farel masuk pertama kali cowok itu langsung kembali keluar menuju lapangan depan perutnya mulai mual akibat tercium bau menyengat dari bekas alkohol.

"Gila lo ya!" Xaviera langsung mengusir Dika yang ingin mengumpati Danendra, sebelum semuanya semakin parah.

"Udah biar gue aja, kalau gini itu manusia satu susah di urusnya!"

"Lo mending urus Farel noh!" Dika melihat Farel yang sudah memuntahkan makan siangnya tadi.

Laki-laki itu berdecak pelan lalu mendekati Farel membantu laki-laki itu sedangkan Xaviera masuk ke dalam kosan Danendra mengumpulkan beberapa botol dan kaleng minuman alkohol.

Xaviera menatap punggung Danendra yang tidur menghadap tembok. "Lo udah tidur seharian, makan dulu, udah gue buatin sup, jangan tidur!"

Danendra menjawabnya dengan berdehem pelan tapi masih bisa di dengar oleh Xaviera. "Bangun nggak lo!!"

Danendra duduk dengan perlahan sedangkan Xaviera sibuk membersihkan kamarnya. "Nanti gue bisa bersihin sendiri."

"Apaan lo aja tidur seharian gitu! Gue tungguin dari tadi pagi sampe sekarang baru bangun!!" Danendra tidak menjawabnya laki-laki itu hanya diam sejak tadi.

Sampai Xaviera selesai menyapu, mengepel, membuang semua sampah-sampah Danendra masih duduk dengan tenang di atas kasur tanpa berbicara sepatah katapun ataupun berniat untuk membantu Xaviera.

Xaviera menatap Danendra yang menatap cermin di depannya dengan kosong. "Makan sekarang ya."

Danendra duduk di lantai menunggu Xaviera. "Makan, itu baik buat pereda nyeri habis mabuk." Danendra mengangguk pelan.

"Lo parah banget, padahal baru sehari doang." Danendra menatap Xaviera yang juga sedang memakan sup nya.

"Lo emang pernah liat Reagan nangis?"

"Pernah waktu Jihan berpulang." Danendra menatap nanar gadis itu bukan itu yang ia maksud saat kepergian Alendra maupun Jihan memang Reagan menangis.

"Bukan itu maksud gue, waktu Jihan berpulang gue juga nangis."

"Iya, tapi nggak nyampe kayak gi-" ucapnya terhenti ketika Danendra memotong kalimatnya.

"Karena gue tau Jihan bakal bahagia sama Alendra disana, cinta mereka abadi sampe mereka berdua berpulang aja masih inget satu sama lain." Xaviera menatap laki-laki itu dengan kerutan di keningnya yang terlihat jelas.

"Maksud gue disini, lo pernah liat Reagan nangis gara-gara lo belum?" Xaviera menggelengkan kepalanya pelan.

"Belum, mungkin gue pernah buat dia nangis, tapi gue nggak tau deh."

Danendra mengangguk pelan. "Bokap gue pernah bilang gini ke gue yang bikin gue sadar 'Rasa sayang tanpa ikatan sedarah itu istimewa tidak semua orang merasakan hal yang sama pada dirimu, hanya akan ada satu orang yang benar-benar menyayangimu' gue sadar gue udah jatuh ke Nadia cuman dia, "

Danendra masih menatap Xaviera yang mungkin sedikit kebingungan. "Nggak semua orang bisa jatuh cinta dengan mudah, makanya sekalinya jatuh langsung kayak gini."

Xaviera berkekeh pelan lalu tersenyum menatap Danendra. "Lo tuh ya! Udah bikin khawatir tau nggak! Ini aja si Dika udah mau bilang sama yang punya kosan ini buat ngasih kunci cadangan, lo tidur udah kayak simulasi mati tau nggak kita nggak kemana-mana gantian jagain elo!!" Ucap Xaviera yang diakhiri dengan pukulan keras di kening Danendra.

"Gue malah jadi tambah pusing!" Xaviera menjulurkan lidahnya lalu melanjutkan memakan sup nya tadi.

"Nadia tadi ke kampus kan?" Tanya Danendra tiba-tiba ia tidak berani menghubungi Nadia setelah ucapan Nadia kemarin yang membuatnya kecewa

Xaviera tersenyum tipis lalu memberikan satu tablet vitamin C untuk Danendra. "Ada kok, cuman kelihatan nggak kayak biasanya yang ceria tadi murung banget, matanya juga bengkak pipinya merah semua habis nangis pasti!"

Danendra tersenyum miris sudah ia duga, kalau dirinya akan membuat Nadia menangis. "Dia perlu waktu jangan terlalu maksa!"

"Iya gue tau kok, ini juga salah gue." Xaviera terdiam lalu melanjutkan membersihkan sisa makanannya dan mencuci tangannya.

"Pulang sana, udah malem." ucap Danendra sedangkan Xaviera mencibir dalam hatinya beberapa kali gadis itu beristighfar untuk menahan amarahnya.

"Iya ini juga mau pulang, " benar saja Xaviera langsung keluar dari kamar Danendra dan kembali menutup pintu dengan pelan karena melihat Danendra yang sudah memejamkan matanya.

Gadis itu diantar pulang ke kosannya bersama dengan Dika sedangkan Farel berbaring dengan lemah di atas kasurnya.











----

See you again~



Sun and Moon Where stories live. Discover now