14.

1.3K 129 6
                                    

"Untuk Danendra nanti setelah jam selesai kamu yang kumpulkan tugas ke meja saya, saya ada jadwal di luar kampus." ucap dosen yang kini sudah mulai berjalan keluar dari kelas.

"Saya permisi, selamat siang."

"Siang pak!" Danendra menghela nafas kasar lalu mengambil beberapa tumpukan lembar kertas yang berada di atas meja.

"Mau gue bantu Ndra?" Danendra menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya pelan sedangkan Farel hanya mengangkat bahu acuh lalu keluar kelas lebih dulu.

Danendra berjalan ke ruang dosennya dengan tenang sendirian memikirkan bagaimana nasib dirinya ke depan bersama Nadia, atau meninggalkan gadis itu.

Nyatanya hatinya selalu ingin bersama Nadia, satu-satunya gadis yang bisa membuatnya merasa bahagia dan ia tidak bisa merelakannya bersama orang lain.

Danendra menghela nafas kasar berusaha tidak terus-terusan memikirkan hal itu walau sulit sekali baginya. "Gue harus gimana?"

"Kak Danendra!" Danendra mengadah menatap ke belakang dimana seorang gadis tengah tersenyum hangat.

Ukiran senyuman di wajah Danendra semakin terlihat jelas ketika melihat gadis itu berjalan ke arahnya. "Udah kak?"

Danendra mengelus rambut Nadia lebih tepatnya mengacak-ngacak rambut gadis itu. "Hobi bat perasaan!"

Danendra langsung menyentil dahi Nadia. "Ngomong yang bener!"

Nadia mengerutkan bibirnya lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Danendra. "Lah tadi ada yang nyamperin kakak, tapi sekarang malah kakak yang ditinggal!"

Nadia tidak menghiraukan Danendra yang sedang menyamakan langkah kakinya agar bisa menggenggam tangan Nadia tapi gadis itu melipatkan tangannya di depan dadanya.

"Nadiaaaaaaa!!" Rengek Danendra pada gadis itu tapi tetap saja Nadia tidak menghiraukan Danendra yang sudah berjalan tepat di sampingnya bahkan pundak keduanya sudah menempel.

Nadia berdecak pelan. "Bisa minggiran dikit nggak sih kak!" Ucapnya dengan ketus

Danendra memanyunkan bibirnya serta ekspresi wajahnya yang terlihat lesu sedangkan Nadia berkekeh gemas melihat laki-laki itu. "Udah."

Danendra menatap Nadia yang berdiri di sampingnya dengan senyuman manisnya serta tangannya yang langsung digemgam oleh Danendra. "Modus!" Kesal Nadia.

"Biarin, wlek!" Ucap Danendra dengan menjulurkan lidahnya.

Nadia menepuk pundak Danendra dengan kuat hingga terdengar suara nyaring. "Rasain!!"

Nadia berjalan lebih dulu hingga berkesan seperti Nadia sedang menyeret Danendra karena laki-laki itu tidak mau melepaskan genggaman tangannya. "Jangan cepet-cepet ih!"

Sedangkan Dika, Farel, Rangga dan Xaviera sedang duduk menatap kedua insan tadi. "Kasian ya beda agama." ucap Dika dengan miris lalu diangguki oleh ketiga sahabatnya.

"Gue lebih kasian sama lo Ka! Udah jadi jomblo ngenes!" Ucap Rangga yang bermaksud membela Danendra padahal mah nggak ngaca dulu.

"Mau gue beliin cermin nggak?" Rangga berkekeh geli lalu menggelengkan kepalanya.

"Si Danendra juga belum bilang ya?" Semuanya menatap Xaviera lalu mengangguk kecil.

"Katanya sih besok," ucap Rangga dengan lirih cowok itu masih menatap punggung Danendra.

"Besok kalau Nadia udah tau, pasti Danendra bakalan kehilangan dunianya."




-------

Sun and Moon Where stories live. Discover now