111-100

1.4K 138 1
                                    

"Makasih kak, udah ajak aku keliling kota Bandung." Danendra menggangguk kecil dengan senyumannya.

"Ya udah gih, sana masuk udah mau magrib." Nadia mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Danendra.

Danendra berkekeh gemas lalu ikut melambaikan tangannya walaupun hatinya terasa sakit jika bersama Nadia, bukan tapi karena perbedaan mereka lah yang membuatnya semakin bingung terus melanjutkannya atau berhenti sampai disini.

Jika berhenti sampai disini ia tidak akan sanggup menjalani hidup kedepannya ia yang mulai terikat oleh Nadia begitu pula dengan Nadia yang mulai terikat pada Danendra keduanya saling membutuhkan satu sama lain.

"Saat senja datang, perasaan ini kembali hadir, kakak takut kehilangan kamu Nadia, jangan pergi ya...."

+++

"Lah ini bocah kemana sih!" Gerutu Rangga dengan menutup jendela kamarnya.

"Udah mau magrib masih aja keluyuran!" Udah kayak emak-emak yang lagi ngomelin anaknya yang udah mau magrib tapi nggak pulang-pulang masih asik sama dunianya sendiri.

Dika dan Farel tertawa renyah mendengar Rangga memang keduanya tidak berniat untuk pulang toh kamar kosannya cuman 5 langkah dari kamarnya Rangga. "Eh kunyuk! Lo juga kagak mau balik!"

"Ogah, mending disini numpang bisa makan gratis gue." Jawab Farel dengan santai tangannya sibuk memainkan konsol game, tugasnya juga telah selesai.

"Enak bat ya lo berdua!! Semester 5 bisa nyantai gini." Dika menjulurkan lidahnya mengejek Rangga yang masih sibuk dengan tugasnya.

Tak berselang lama Danendra yang baru saja membuka pintu langsung menghela nafas kasar udah kamarnya sempit dihuni 2 orang, udah ketambahan 2 orang gelandang lagi.

"Eh udah pulang Ndra?" Ucap Dika dengan membenarkan posisi duduknya yang semula tidur terlentang.

Danendra meletakkan tasnya pada meja lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa memperdulikan dua manusia gelandang yang duduk di lantai. "Lo darimana Ndra?"

Danendra menatap Rangga yang baru saja duduk di lantai dengan kedua makhluk gelandang tadi. "Muter-muter sama Nadia."

Dika, Farel dan Rangga bertatapan satu sama lain. "Rel, lo tanyain gih!"

Farel berdecak pelan lalu menggelengkan kepalanya. "Ogah dah! Daripada gue diamuk kayak kemarin lo mau tanggung jawab hah?"

Rangga merotasi bola mata malas lalu menatap Danendra yang masih tidur di atas kasurnya. "Lo mau bilang sama Nadia kapan Ndra?"

"Tau ah!" Jawab Danendra dengan nada yang tidak mengenakkan membuat ketiganya memilih untuk diam biarkan saja Danendra yang mengurusnya tapi kalau memang Danendra butuh bantuan pasti mereka akan membantunya.

"Eh bangke!! Dibelakang lo itu!!" Danendra menutup telinganya sedangkan ketiga sahabatnya masih sibuk bermain.

"Ya nggak gue juga yang ditembak kunyuk!!! Dibelakang gue bukan gue!!" Saut Rangga yang tidak terima dengan Dika.

Sedangkan Dika malah tertawa emang mau menang sendiri dia mah. "Lah kan metong gue!!" Rangga melemparkan konsol game nya kesembarang arah dengan Farel yang juga tertawa.

"Lo diem lo mati duluan!! Berarti lo kalah!!" Farel hanya menjulurkan lidahnya tanpa memperdulikan ocehan Rangga.

Danendra duduk dengan menatap ketiga gelandang tadi yang sekarang hanya melihat Dika sedang menyelesaikan game nya. "Gue mau ngomong sama Nadia tapi waktunya nggak pernah tepat." Ucap Danendra.

Ketiga lantas langsung berfokus pada Danendra yang duduk di tepi kasur dengan wajah muram. "Nadia pasti belum tau kan?"

"Kan anak kampus yang tau agama lo Kristen kan cuman kita-kita doang sama Xaviera."

Sun and Moon Where stories live. Discover now