23.

1.2K 103 12
                                    

Terkadang waktu yang singkat memiliki seribu kenangan yang akan terus membekas
-Sun and Moon



























"Coba sekali aja bilang sayang sama kakak!" Pinta Danendra dengan menepuk pelan pundak Nadia yang masih setia menyender pada dadanya.

Nadia berkekeh pelan. "Sayang?" Ucapnya seperti bertanya kepada Danendra.

"Sayang nggak sama kakak?" Nadia menggelengkan kepalanya lantas tertawa terbahak-bahak.

Danendra mengerutkan bibirnya lalu mengangkat tubuh Nadia dengan sangat mudah lalu menundukkan gadis itu di atas kasur. "Terserah kamu ah, kakak mau tidur aja, lagian kan tugas kuliah kamu belum selesai." Ucap Danendra dengan dingin lalu merebahkan tubuhnya membelakangi Nadia.

Nadia menatap punggung Danendra lalu ia tertawa pelan. "Pundung nih?" Danendra menghiraukannya dengan tidak menjawab pertanyaan Nadia.

Nadia membenarkan posisinya lalu menggoyang-goyangkan tubuh Danendra dengan pelan. "Jangan marah ih! Kak Danendra mah!"

Nadia sedikit kesal karena Danendra yang juga enggan menjawabnya dan malah mengacuhkannya. "Kak, kak Danendra mah! Kok malah didiemin, aku pulang aja kalau-"

Danendra membalikkan badannya lalu menggeret lengan Nadia yang akan berdiri dari kasur hingga tubuhnya terhempas begitu saja ke dalam pelukan Danendra. "SAKIT KAK!"

"Makanya jangan pergi!" Nadia mendengus lalu memukul tangan Danendra yang melingkar di pinggangnya.

Bukannya melonggarkan pelukannya tapi Danendra semakin mengeratkan pelukannya bahkan tubuh Nadia ia hempit dengan kedua kaki kanannya. "Diem!"

Tetap saja Nadia terus memberontak karena Danendra yang memeluknya dengan sangat erat tubuhnya bahkan sudah menempel dengan tubuh Danendra, Nadia meneguk salivanya susah payah saat bersandar di dada bidang Danendra gadis itu bisa merasakan bentuk perut Danendra karena tangannya yang tidak sengaja menyentuh perut Danendra.

Danendra bisa merasakan tangan Nadia yang berada di perutnya lantas ia tersenyum miring seketika. "Nakal ya sekarang?" Nadia mengadah menatap Danendra lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Enggak ada!! Mana ada enggak ah!" Ucapnya dengan panik serta wajahnya yang memerah menahan malu.

Danendra berkekeh pelan lalu mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Nadia dengan lembut lalu meletakkannya di pinggangnya. "Gini aja, ngga begitu bagus soalnya nanti kakak bikinin yang lebih bagus."

Bagai dihantam badai Nadia semakin menahan malu lalu menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang Danendra. "Udah ah, malu." Ucapnya dengan memegang ujung kaos Danendra.

Danendra tertawa pelan lalu membenarkan posisi Nadia agar gadis itu lebih nyaman. "Udah diem, jangan pergi kakak mau tidur sebentar doang."

Nadia menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya dengan posisinya yang sama. Danendra tidak tidur hanya saja laki-laki itu tidak ingin Nadia pergi.

Tidak lama Danendra mendengar dengkuran halus dari Nadia nafas gadis itu menerpa dadanya. "Lah tidur? Cepet banget." Ucapnya dengan menatap Nadia.

"Padahal tugasnya belum dikerjain." Ucapnya dengan kekehan lalu membenarkan tubuh Nadia agar dirinya yang akan mengerjakan tugas Nadia. Saat bergerak turun dari kasur secara perlahan tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika mendengar ucapan Nadia.

Sun and Moon Where stories live. Discover now