Pikiran Beomgyu sudah terkontaminasi, malah menyalahkan diri sendiri, menormalisasikan perbuatan kejam ayahnya semata karena dirinya yang berbuat salah. Anak malang itu terlalu mematuhi orang tuanya, menjalankan titah mereka meski ia tak menginginkannya. Ia melakukannya karena satu hal, Beomgyu ingin melihat orang tuanya bangga padanya. Ia ingin berkumpul bersama orang tuanya, makan malam bersama setidaknya. Dan, Jinhyuk menggunakan kesempatan itu, dengan menjanjikannya harapan palsu. Beomgyu dimanfaatkan. Diiming-imingi sang Ayah agar mau dikendalikan. Jika Beomgyu melakukan kesalahan, maka tidak akan ada ampun baginya.

"Ini sakit." Yongbok meringis sambil mengusap darah di wajah Beomgyu dengan sapu tangannya. Tidak bisa ia bayangkan anak itu mendapat pukulan keras seperti ini. "Kok Beomie nggak nangis?"

"Sakit sih, tapi kalau Beomie nangis nanti Ayah makin lama mukulnya."

Jika ditanya, keinginan Beomgyu sama seperti anak-anak lain pada umumnya. Ia ingin membanggakan orang tuanya. Beomgyu berusaha melakukan yang terbaik agar orang tuanya bangga dan setidaknya bisa menyisakan waktu untuk menyayanginya meski sebentar. Sayangnya, harapan tinggal harapan. Semuanya Beomgyu lakukan, belajar keras tanpa istirahat, mendapatkan banyak penghargaan dan prestasi di sekolah, tapi itu tidak membuat orang tuanya untuk luluh.

Mereka masih sangat sibuk.

Tiap kali Beomgyu mendapatkan penghargaan, pulang dengan wajah sumringah berharap Ayah dan Bunda-nya ikut senang dan bangga, ia malah mendapati orang tuanya yang hanya merespon dengan senyuman lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

Hati kecil Beomgyu tentu saja terluka. Ia menangis, meraung, berteriak kencang, meminta perhatian dari Ayah dan Bunda, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang menoleh. Hanya pengasuhnya yang datang dan berusaha menenangkannya. Namun, Beomgyu tidak mau.

Apa salahnya memeluk Beomgyu sebentar dan mengatakan yang menyenangkan hatinya? Toh, Beomgyu melakukan semua yang mereka minta. Beomgyu rajin belajar, dapat juara 1 di kelas dan tidak pernah absen setiap hari demi mengikuti les bahasa Inggris dan Perancis.

Pada saat masuk SMA, Beomgyu diam-diam mendaftarkan dirinya di sekolah yang sama dengan temannya, Felix. Ayahnya marah tentu saja, namun Beomgyu tak peduli. Sekolah yang dipilihnya bukan sekolah favorit, bahkan uang sekolahnya per bulan bisa terbilang begitu murah dengan pendidikan yang tak terlalu disipin. Namun, Beomgyu bahagia, bersama Felix, kemudian berteman dengan seseorang yang bernama Hueningkai.

Di malam itu, ketika Jinhyuk tahu Beomgyu mendaftarkan diri ke sekolah murahan, maka ia tak segan-segan menghajar anak kandungnya semalaman penuh. Tubuh Beomgyu yang mungil dan kurus dihantamnya dengan tongkat golf, tak peduli dengan tulang-belulang yang remuk, kulit yang tersayat, darah merembes, menodai lantai ruangan kerjanya.

Namun, seperti biasa, Beomgyu hanya bisa membungkam bibir, menangis dalam kebisuan lalu berdoa agar malam ini bisa dilewatinya dengan cepat sembari menahan rasa sakit yang mengoyak raga dan batinnya. Beomgyu ingin berteriak kesakitan, akan tetapi suaranya malah akan membuat emosinya Ayahnya semakin tersulut.

Beomgyu hancur, jiwanya rusak. Dan tidak ada yang bisa mengobatinya.


 Dan tidak ada yang bisa mengobatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
『 Secret Admirer 』 ― Taegyu ✅Where stories live. Discover now