58. HR : SELAMAT JALAN, HAIDAR 🥀

Start from the beginning
                                    

Senyum bahagia terpancar jelas di muka Rhea, begitu pula dengan Zidan. “Makasih, Ummah.”

Khanza hanya tersenyum, lalu mematikan kran airnya. “Ayo, Ummah antar ketemu Haidar,” ucapnya yang lantas berjalan ke arah luar halaman rumah.

Rhea dan Zidan yang merasa kebingungan pun segera menyusulnya.

“Bentar, Ummah. Emangnya Haidar sekarang di mana?” Rhea bertanya.

“Haidar udah pindah ke rumah barunya.”

“M-maksudnya rumah baru?”

Bukannya menjawab, Khanza malah tersenyum penuh arti dan melanjutkan langkahnya menuju tempat yang Rhea dan Zidan sendiri belum tahu di mana.

Tak ingin membuang waktu, akhirnya mereka berdua mengikuti Khanza dari belakang.

Dengan perasaan harap-harap cemas, Zidan menggenggam telapak tangan Rhea, bermaksud meyakinkan gadis itu jika semua akan baik-baik saja.

Namun, semua itu menjadi sia-sia tatkala Khanza berbelok ke sebuah TPU.

“Ummah,” panggil Rhea.

“Iya, kenapa?” sahut Khanza menghentikan langkahnya.

“Kita gak salah jalan, Ummah?”

Lagi-lagi, Khanza menampilkan senyuman penuh artinya. “Kalian ikuti Ummah aja. Bentar lagi juga sampai, kok.”

Rhea melemparkan tatapan cemasnya pada saudara kembarnya. “Dan, ini gak mungkin, kan?”

“Gue juga gak tahu, Rhe. Lebih baik kita ikutin tante Khanza aja. Siapa tahu memang jalannya cuma lewat sini,” jawab Zidan mencoba menenangkan Rhea.

“Gue takut, Dan,” cicitnya.

Sssttt ... ada gue. Lo tenang, ya?”

Rhea akhirnya mengangguk, walaupun ragu.

“Ya udah, jalan lagi, yuk!”

Zidan menuntun Rhea berjalan, menyusul Khanza yang sudah lumayan jauh di depan sana.

✨✨✨

DEG.

Jantung Rhea seolah berhenti berdetak, tatkala netranya menangkap sebuah batu nisan yang bertuliskan nama Haidar Yanuar Pratama.

“Ini rumah baru Haidar sejak tiga hari lalu. Maaf, Ummah belum sempat kasih tahu kalian,” ucap Khanza.

Bagai disambar petir disiang bolong. Kaki Rhea melemas, tubuhnya kehilangan keseimbangan yang membuatnya hampir terjatuh. Beruntung, dengan sigap Zidan menahannya.

“Rhea.”

“Gak. Ini pasti bukan Haidar. Iya ‘kan, Dan? Gak mungkin Haidar, kan?” tanya Rhea yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Zidan yang masih sama terkejutnya dengan Rhea, tak bisa memberikan jawaban apa-apa. Lidahnya pun turut kelu. Satu-satunya orang yang bisa menjelaskan ini semua hanya Khanza—ummah Haidar.

HAIDARHEA✔Where stories live. Discover now