4. HR : RUMAH HAIDAR 🥀

140 24 80
                                    

| WELCOME TO LAVENDERWRITERS SEASON 08 |

| HAIDARHEA © KELOMPOK 03 |

| CREATED BY : faniii_332|

| RABU, 28 JULI 2021 |

H A P P Y  R E A D I N G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H A P P Y  R E A D I N G

✨✨✨

“Tawa mereka sebuah anugerah untukku. Dengan melihat tawa mereka aku bisa kembali merasakan sebuah kebahagiaan.”

4. RUMAH HAIDAR.

“Rhe, gue duluan ya,” ucap Aurora sudah siap dengan helm di kepalanya.

“Iya, Ra, hati-hati di jalan.”

“Siap, Bunda,” balasnya cengengesan.

Rhea melambaikan tangannya saat melihat motor Aurora sudah mulai belok keluar dari gerbang sekolah.

Rhea menatap langit yang tampak sangat terik. Hari ini Rhea sangat malas untuk pulang, eh bukan hari ini saja mungkin setiap hari ia sangat malas untuk kembali ke rumah yang selalu memberikan luka untuknya.

Jika dipikir-pikir Rhea seperti gembel yang nyasar di rumah itu. Tidak ada yang peduli akan dirinya. Ya walaupun ada adik tiri dan juga Ibu tirinya yang berlagak sok baik kepadanya. Rhea yakin mereka hanya mengambil muka di depannya. Di saat ada dirinya saja lah mereka baik, karena mereka ingin mencampakan Rhea dari rumah yang dulunya seperti istana baginya dan kini berganti seperti ruang penyiksaan.

Rhea tersenyum tipis, mengingat kembali betapa pedihnya tamparan yang dilayangkan papanya kepada dirinya. Semenjak kepergian mamanya, kini Papanya pun sudah tidak peduli lagi kepadanya. Dan ditambah lagi saat papanya menikah kembali.

Hidup Rhea semakin menderita, setiap hari mendapatkan amarah dari sang Papa dan selalu menjadi perbandingan dengan Hanin, adik tirinya.

Helaan napas panjang keluar dari bibir tipis itu, rasanya sangat melelahkan.

“Kapan sih gue hidup damai kayak dulu lagi? Gue capek di kasarin terus, semua orang benci sama gue. Gak ada yang peduli lagi,” lirih Rhea.

Rhea terus berjalan menyusuri sepinya jalanan. Padahal bel pulang baru saja berbunyi, bukannya jalanan padat akan kendaraan, namun malah sepi.

Rhea mengedarkan pandangannya berharap ada tebengan gratis. Rhea bukannya tidak punya uang, tapi ia hanya ingin mendapatkan tebengan, setidaknya ia bisa bercerita dan tertawa lagi. Tidak sulit bagi Rhea membuat orang tertawa bersamanya.

Karena hanya membuat orang tertawa setidaknya itu bisa mengobati hatinya yang perih.

“Eh, itu Haidar, bukan?” gumam Rhea melihat laki-laki yang tengah mengisi bensin di seberang jalan.

HAIDARHEA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang