BAB 33

13.4K 2K 91
                                    

Alyena mengerjapkan matanya beberapa kali. Napasnya terengah-engah. Matanya membola seperti akan keluar dari sana. Ia menjambak rambutnya dengan kuat, kepalanya terasa sangat perih. Ia meringkuk di sudut ruangan. Matanya bergetar ketakutan dengan air mata yang terus berderai.

Kamarnya sudah tak terbentuk lagi, banyak pecahan kaca dan barang-barang yang berceceran di lantai.

Semalam, ia bermimpi. Mimpi yang sangat panjang. Dari pada mimpi, bisa dikatakan itu adalah sebuah ingatan. Ingatan akan kehidupan pertamanya sebagai Alyena Quinza Caldwell.

Menampilkan kejadian sedari ia lahir, balita dan remaja. Awalnya, semua berjalan dengan sempurna, kehidupan Alyena terasa sangat menyenangkan. Tidak ada kata 'buruk' di sana.

Tapi, tentu saja. "Semua hal yang baik, pasti akan berakhir." Begitulah katanya.

Kehidupan Alyena perlahan hancur saat ia bertemu dengan Hugo di pesta debutantenya. Ia jatuh cinta dengan Hugo pada pandangan pertama. Gadis bodoh itu selalu melakukan hal apapun demi Hugo, bahkan memberikan sesuatu yang tidak ia punya kepada Hugo.

Sayangnya, semua itu hanya dibalas dengan penolakan tegas dan kata-kata yang menyakitkan.

Gadis itu memaksa Ayahnya untuk membuat ia dan Hugo bertunangan. Dan ya, Ayahnya mengabulkan permintaan itu.

Hugo dan Alyena bertunangan, satu sisi bahagia, dan sisi yang lainnya tertekan. Hugo tak menyukai gadis itu sedikit pun. Ia sangat muak dengan kelakuan Alyena. Lama kelamaan, rasa tidak suka tumbuh menjadi rasa benci. Hugo mulai menyiksa Alyena, kebanyakan adalah tamparan.

Gadis itu masih tak masalah dengan sikap kasar Hugo kepadanya.

Sampai, Hugo menemukan seseorang. Seseorang yang bisa menjadi pelampiasaanya. Ia menjadikan Sophia sebagai sandaran. Menciptakan perasaan nyaman di hati Hugo.

Alyena yang terbakar api cemburu, menindas Sophia. Hampir setiap hari ia melakukan itu. Hugo selalu menghentikan aksi Alyena dengan sebuah tamparan.

Beberapa tahun berlalu, tanpa disangka, Alyena dan Hugo menikah. Tentu saja Alyena bahagia, tetapi Hugo tidak.

Alyena semakin bahagia saat dirinya diberitahu bahwa ia sedang mengandung. Dengan perasaan yang senang, ia menghampiri Hugo di kamarnya, ingin memberitahukan berita bahagia itu.

Namun, apa yang ia lihat mebuat hatinya hancur berkeping-keping. Ia melihat, Hugo sedang bercumbu dengan seorang wanita yang tak lain adalah Sophia.

Tanpa berpikir panjang, Alyena mendorong Sophia hingga kepala wanita itu membentur pinggiran ranjang dengan kuat. Tak terima, Hugo mendorong Alyena dengan perasaan yang menggebu-gebu.

Tubuh Alyena terjatuh ke lantai tak kalah kuat, membuatnya mengalami keguguran ...

Tak sampai di situ, Alyena dikurung di penjara karena telah mencelakai Sophia. Hugo menyiksanya habis-habisan, tanpa ada belas kasih sedikit pun. Entah itu penganiayaan, pelecehan bahkan ... pemerkosaan. Hugo juga meletakkan banyak sekali bunga Camelia agar Alyena semakin tersiksa.

Alyena terus menangis dalam diam, menerima rasa sakit dari batin dan juga fisiknya. Hal itu terjadi berhari-hari tanpa henti.

Alhasil, Alyena dipenggal karena alasan yang tidak jelas. Di akhir hidupnya, ia mengutuk Hugo. Mengutuknya dengan mengatakan bahwa Hugo tidak akan pernah bahagia di kehidupan selanjutnya maupun seterusnya. Berakhirlah kisah hidup gadis yang menyedihkan itu.

Cerita asli yang sangat berbeda dengan cerita di novelnya.

Alyena menatap tajam lantai. Ia masih bisa merasakan rasa sakit itu, rasa sakit yang ia dapatkan di sisa hidupnya dulu. Matanya berair dan terasa sangat pedih.

"Sakit ..." Lirih Alyena seraya meraba-raba sekitar lehernya. Sensasi dingin saat benda tajam tersebut memenggal lehernya, ia masih bisa merasakan itu.

Ia semakin menangis dengan kencang. Alyena kemudian menggaruk lehernya tanpa henti, menimbulkan luka yang cukup dalam. Darah merembes keluar dari sana, tidak menghentikan Alyena untuk terus menggaruk lehernya.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang