BAB 18

26.6K 3.5K 99
                                    

Buku, buku dan buku. Ada banyak sekali buku di semua tempat. Dilantai, dimeja, di rak, jendela dan masih banyak tempat lagi. Seorang gadis sedang duduk sambil menyangga kepalanya menggunakan tangan. Ia sedang membaca sebuah buku.

Alyena membuka halaman selanjutnya, menampilkan barisan-barisan tulisan serta sebuah gambar.

Buku ini berisi tentang elemen-elemen yang ada di dunia. Penjelasan, teknik bahkan sejarahnya. Mata lavendernya tak lepas dari setiap huruf. Masukkan semua isi buku ke dalam otaknya dengan sekali baca adalah kebiasaan gadis itu.
… Itulah akhirnya.

Kalimat akhir dari buku itu. Sebanyak apapun buku tentang elemen-elemen yang Alyena baca, hanya ada sedikit sekali informasi mengenai elemen cahaya.

Seakan elemen itu benar-benar disembunyikan dari publik.

Alyena menyenderkan kepalanya, mengangkat tangan kanan lalu bergumam, “Sebenarnya, elemen ini berkah atau kutukan?” Monolog gadis itu.

Cukup lama ia menatap langit-langit, tak berselang lama, terdengar suara buku yang terjatuh. Reflek, Alyena menoleh ke sumber suara.

Buku usang dengan sapul biru polos. Perlahan, Alyena mengangkat buku itu dengan malas. Ia berdecak sambil membersihkan debu yang ada di buku tersebut.

“Kok bisa jatuh ya,” Gumam Alyena heran. Ia membuka buku itu, menampilkan halaman pertama yang bertuliskan ‘Rumah Ilmu Hitam’.

Judul yang aneh dan kekanak-kanakan bagi Alyena. Meskipun judulnya aneh, Alyena memilih untuk duduk dan membaca buku itu.

Setelah membaca beberapa halaman, Alyena mengerti bahwa buku ini berisi tentang cerita suatu rumah yang sangat bersejarah di Grissham.

Awalnya buku ini hanya menjelaskan bagaimana serta perjuangan si ketua membangun rumah itu. Kemudian aktifitas di dalamnya dan lain-lain.

Alyena merasa cukup bosan dan berfikir untuk berhenti membaca.

“Tunggu,” Ujar Alyena mendekatkan kepalanya ke arah buku itu.

Di situ tertulis bahwa seluruh anggota keluarga dibunuh tak tersisaa oleh sekelompok orang. Sekelompok orang itu membunuh bukan tanpa alasan. Mereka tahu bahwa si kepala keluarga adalah seorang penyihir itu membuat mantra yang sangat kuat dan mematikan, sehingga ia memilih untuk menyembunyikannya.

Sayang, sekelompok orang yang gila akan kekuasaan itu tahu dan membunuh semua orang yang ada di sana. Mantra atau kekuatan itu tahu dan membunu semua orang yang ada di sana. Mantra atau kekuatan itu jatuh ke tangan orang yang salah dan mereka menyalah gunakan kekuatan itu.

Mantra tersebut telah merengut banyak nyawa saat itu. Kekuatan dahsyat itu bernama ilmu hitam. Dengan ilmu hitam yang sangat hebat, mereka mengambil harta dan nyawa orang-orang tak bersalah.

Pada akhirnya sekelompok orang tak bertaggung jawab itu ditangkap kemudian dihukum mati di depan publik.

Ada rumor yang mengatakan bahwa masih ada ilmu hitam yang tertinggal di dalam rumah si penyihir.

Rumah tersebut masih berdiri kokoh bahkan ada bangsawan yang tinggal di sana. Rumah itu masih dijaga dan diwariskan kepada keluarga bangsawan Panthea.

Alyena menganggukan kepalanya emnaggapi si Aaron. Entah sejak kapan pemuda itu berada di sana.

“Kau tau apa itu ilmu hitam?” Tanya Alyena tanpa menatap Aaron.

“Ya, tentu. Kekuatan yang banyak kriminal bahkan bangsawan incar untuk kepentingan mereka sendiri.”

“Zotikos? Mereka menggunakan ilmu hitam?” Alyena spontan bertanya setelah ia mendengar kata kriminal.

“Ya, aku dengar begitu,” Jawab Aaron sambil manggut-manggut.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang