BAB 31

16.1K 2.3K 57
                                    

Kereta kuda terparkir di depan pintu masuk Istana. Hugo turun dari sana, meninggalkan Alyena yang bingung dengan tingkah laku laki-laki itu.

Jenjang kakinya melangkah dan terus melangkah, mencari keberadaan seseorang. Ingin rasanya Hugo segera menebas leher itu secepat kilat.

Alyena menatap kepergian Hugo sambil menyerngit heran. Selama empat hari perjalanan pulang, sikap Hugo sangat berbeda. Ia lebih banyak diam dari biasanya. Lelaki itu terus mengepalkan tangan dengan napas yang memburu.

"Sikapnya aneh akhir-akhir ini." Eugene merinding sendiri melihat Hugo.

"Sebaiknya aku istirahat," ujar Alyena meninggalkan Eugene.

Eugene mengedikkan bahunya kemudian menyusul berjalan di belakang Alyena.

Pintu Istana terbuka lebar, mempersilahkan Alyena dan Eugene masuk ke dalam sana. Alyena berjalan sambil mengingat-ingat.

"Dimana Aaron?" Ia melihat sekeliling. Aaron tidak menyambutnya hari ini, Alyena pikir mungkin ia sibuk.

"Aku sempat melihatnya tadi di gerbang." Eugene menunjuk ke belakangnya dengan acuh.

"Aneh sekali."

"Ini, kau ingin ke mana?" Eugene menyamai langkahnya dengan Alyena, sehingga mereka berjalan berdampingan.

"Kamar Finn, aku ingin melihat keadaannya."

"Ah Finn ... kudengar dia ... "

Brak

Pintu kamar Finn terbuka dengan lebar. Pelakunya adalah Alyena. Dengan napas yang memburu dan perasaan khawatir yang membuncah, Alyena mendekati ranjang Finn dengan langkah yang terseok-seok.

Tubuh Alyena seketika lemas. Kakinya dipaksa untuk berlutut. Hatinya terasa nyeri saat melihat keadaan Finn. Tubuhnya terbaring lemah dengan wajah yang pucat. Ada memar di beberapa daerah tertentu.

Alyena meraih tangan mungil Finn, mengusapnya dengan hati-hati.

"Aku hanya bisa menyembuhkan luka, bukan penyakit. Ah, sakit sekali rasanya."

Alyena menangis. Ia mengangkat kepalanya menatap langit-langit, tidak membiarkan setetes air mata jatuh kembali.

"Kakak?" Suara lirih itu membuat Alyena menghapus air matanya dengan cepat.

"Ya Finn, ini aku," Kata Alyena. Ia duduk di ranjang Finn. Mengelus-elus kepala anak itu. Sekilas, terlihat senyuman kecil di wajah Finn.

Tubuh Finn terasa sangat panas, tetapi ia menggigil kedinginan. Alyena kembali fokus mengusap kepala anak itu, menyalurkan beberapa mana agar Finn mendapatkan kehangatan.

Alyena bersenandung lembut. Aneh, terdengar suara alunan piano saat Alyena mulai bersenandung, mengikuti iramanya.

"Lavender's blue, dilly dilly.
Lavender's green.
When I am king, dilly dilly.
You shall be queen."

Suara itu melanun dengan indah dari mulut Alyena. Finn terkesima, matanya berbinar bahagia.

Alyena mesam-mesem. Ia sedikit membuka selimut Finn, gadis itu masuk ke dalam selimut, berbaring di sebelah bocah kecil itu.

"Who told you so, dilly dilly.
who told you so?
'Twas my own heart, dilly dilly.
That told me so," Lanjut Alyena dengan suara yang sangat merdu.

"Call up your men, dilly dilly.
Set them to work.
Some to the plough, dilly dilly.
Some to the fork."

Alyena menyelipkan beberapa anak rambut Finn ke belakang telinganya. Ia mencolek hidung Finn yang kecil seperti hidung kelinci. Finn menggeliat imut, menatap Alyena dengan mata yang berbinar terang.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang