BAB 4

62.2K 8.1K 361
                                    

Sawarasenai …. ” Alyena bersenandung kecil. Ia tak melakukan apapun hari ini, Alyena hanya berbaring di kasur sambil melamun. Setelah pesta minum teh sebelumnya, undangan dari orang-orang banyak berdatangan. Sayangnya, Alyena terlalu malas untuk datang.

“Saya akan meletakkannya di meja, nona.” Grace berjalan menuju meja kemudian meletakkan nampan yang berisi tumpukan surat tersebut.

Tok…tok…tok...

Suara ketukan membuat Alyena menggeram kesal, ia menyembunyikan dirinya di balik selimut.

“Masuk.” Pintu perlahan terbuka, Joseph sudah berdiri di depan dengan kedua tangan di belakangnya.

“Selamat pagi, Putri,” Sapa Joseph. Tak ada jawaban dari Alyena, melirik pun tidak.

“Maaf mengganggu anda Tuan Putri. Tetapi, Grand Duke memanggil anda ke ruangannya,” Tambahnya dengan senyum. Lagi-lagi tak ada jawaban dari Alyena. Berbeda dengan pandangan Grace dan Joseph yang mengira Alyena sangat ketakutan, ia sangat bersemangat.

Alyena dengan kalemnya bangun dari tempat tidur. Kakinya menapak di karpet putih dengan lembut. Berjalan menuju pintu, melewati Grace.

“Antarkan, aku.” Joseph tersenyum kecil.

“Tentu, Putri.” Alyena menggandeng tangan yang berukuran, jauh lebih besar dari miliknya.

Ruangan kerja milik Grand Duke berada di lantai dua, sedangkan kamar Alyena berada di lantai empat. Jarak yang sangat jauh dalam Mansion yang sangat besar ini.

Tak ada yang membuka suara selama perjalanan. Hanya suara tapak kaki dan para pelayan yang sedang membersihkan Mansion sekaligus mengobrol, mereka juga tak lupa untuk menyapa Alyena.

Sampailah mereka di depan pintu coklat dengan gagang emas berbentuk kepala singa. Joseph mengetuk pintuk sebanyak tiga kali, tak ada jawaban sama sekali.

Joseph ingin mengetuk sekali lagi, namum terhenti dengan terbukanya pintu ruangan. Lelaki dengan senyum yang mengerikan menampakkan diri dari balik pintu.

“Oh, Tuan Putri. Silahkan masuk. Terima kasih, Joseph,” Ucap lelaki tersebut sambil bergantian menatap Alyena dan Joseph.  Joseph memasangkan wajah tak suka dengan lelaki di depannya.

Alyena memperhatikan mereka berdua dengan seksama, aura permusuhan dipancarkan secara langsung. Alyena menoleh melihat ruangan kerja milik ayahnya.

Matanya mengerjap beberapa kali, apa-apaan dengan ruangan ini. Langit-langitnya di penuhi oleh balon berwarna merah muda. Pita menggantung di mana-mana. Sofanya pun terlihat berwarna pink dengan banyak bulu-bulu lembut. Sosok lelaki jangkung tengah duduk meminum teh. Alyena menahan napasnya, ia benar-benar ingin tertawa.

Kepala Grand Duke diikat dengan pita berwarna pink. Seketika Alyena merasa bahwa Grand Duke telah kehilangan jati dirinya sendiri untuk putri tercintanya.

“Duduklah,” Ucap Grand Duke dengan malu-malu. Alyena duduk, ia sempat melirik wajah Grand Duke yang memerah. Membuat Alyena heran, apkah ini orang sama dengan orang yang waktu itu.

“Ada apa ayah?” Tanya Alyena.

Grand Duke mendongak, ia meletakkan cangkir tehnya kembali di meja.

“Besok, kita akan pergi ke istana untuk membahas pertunanganmu dengan Pangeran Hugo,” Balas Grand Duke

***

Alyena berdiri di balik pintu kamarnya. “Kenapa aku bertunangan dengan Hugo,” Celetuk Alyena.

“Tentu saja, nona. Anda Pangeran juga sangat dekat saat kecil, bukan?” Alyena tersentak mendengar suara yang tak lain adalah milik Grace secara tiba-tiba.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang