BAB 6

53.6K 7K 117
                                    

Alyena terus memikirkan tentang pertemuannya dengan Hugo, kemarin. Sifatnya sangat jauh berbeda dengan Hugo yang ada di novel itu. Hugo adalah orang yang dingin dan tak tersentuh, kecuali kepada Sophia seorang. 

Tatapan itu, tatapan seseorang yang sedang  jatuh cinta. Alyena mengingat kembali tatapan hangat yang  Hugo berikan kepadanya. Alyena menggelengkan kepala, menendang jauh pikirannya itu. Alyena membenamkan wajah di kedua tangannya, menghembuskan napas kasar.

Bugh

Goncangan hebat  membuat tubuh Alyena hampir terjatuh dari kursinya. Alyena menahan tubuhnya dengan memegang sudut jendela kereta.

“Nona, anda baik-baik saja?” Tanya Grace khawatir. Grace bangkit dari tempat duduknya dan menunduk, membantu Alyena untuk bangkit kembali.

“Iya, aku  baik-baik saja, tak usah khawatir,” Balas Alyena. Ia duduk kembali, merapikan gaunnya yang sudah terlipat-lipat kemudian menghembuskan napas panjang.

“Apakah Ibu Kota masih jauh?” Tanya Alyena penasaran.

“Dari tadi tidak sampai-sampai,” Lanjutnya. Grace terkekeh, ia menggangguk menjawab pertanyaan Alyena.

“Posnya sudah terlihat, nona,” Ucap Grace seraya menunjuk kearah pos yang dijaga oleh dua orang berbadan kekar. Alyena celingak-celinguk sambil mendongak dari jendela, kesatrianya sedang berbincang dengan salah seorang penjaga. Penjaga itu membiarkan mereka lewat dengan mudah, pasti memakai nama keluarga Caldwell.

Mereka mulai memasuki Ibu Kota Kerajaan Grissham. Suara bising muai terdengar jelas, jalanan yang luas dipenuhi oleh banyak orang, entah itu Bangsawan ataupun rakyat biasa.

Kereta kudanya melewati rumah-rumah sederhana dan berbagai toko di pingir jalan. Orang-orang terlihat berbincang satu sama lain, anak-anak bermain kejar-kejaran di dekat trotoar, dan ada beberapa kereta kuda yang sedang terparkir rapi.

Berbeda dengan kehidupan Agatha dulu. Jalanannya lebih dipenuhi oleh mobil dan motor. Asap di mana-mana, membuat Agatha selalu merasa malas untuk keluar rumah. Sangat berbeda dengan jalan raya ini, kereta kuda di sini tidak terlalu banyak dan dipenuhi orang-orang yang sedang berjalan kaki.

“Kalau aku sudah tinggal di Istana Dahlia, apakah aku masih bisa pergi ke Ibu Kota?” Alyena menatap Grace penuh harapan. Grace menoleh dengan senyuman.

“Entahlah, nona,” Ujar Grace.

“Yah,” Ucap Alyena dengan nada kecewa.

“Tapi.” Alyena memutar matanya, menaikkan salah satu alisnya penasaran.

“Kalau, anda memintanya kepada Yang  Mulia Ratu, saya yakin dia akan mengizinkannya.” Grace terlihat riang. Alyena memandang Grace jengah, kemudian menunduk malu-malu. Alyena ingin pergi ke Ibu Kota jika saja merasa jenuh di Istana. Lagipula, jarak dari Istana menuju Ibu Kota tidak terlalu jauh.

“Putri, kita sudah sampai.” Tak sadar, kereta kuda yang ditumpangi Alyena telah menepi dan berhenti di depan sebuah toko buku. Alyena dibantu turun dari kereta kuda oleh seorang kesatria.

Untuk pertama kalinya, semenjak Agatha masuk ketubuh Alyena, ia menapakkan kaki di Ibu Kota Kerajaan Grissham. Senang? Lebih dari itu, Alyena merasa bahagia.

“Aku sangat senang!” Alyena berseru bahagia. Pipinya memerah seperti apel yang baru saja diambil. Grace yang menyadarinya langsung panik.

“Nona! Wajah anda terlihat sangat merah! Apakah anda sakit?” Grace meletakkan telapak tangannya di kening Alyena, untk mengecek suhu tubuh Alyena.

“Tidak, Grace.”

Alyena menurunkan tangan Grace dari keningnya.

“Ayo kita masuk,” Ajak Alyena. Grace menghela napas lega, mengikuti Alyena dari belakangnya.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang