42

309 79 46
                                    

Sudah lama rasanya Renjun tak menyapa Dhera. Begitu berpapasan di jalan menuju kantin tanpa ragu Renjun menahan tangan gadis tersebut.

" Mau ngomong bentar?" Tanya Renjun.

" Boleh, di taman belakang aja gimana?"

" Mau jajan dulu gak?"

Dhera mengangkat susu kotak yang ada di tangannya, " Udah kenyang."

Mereka berdua berjalan menuju taman belakang, Hendra yang melihat hal itu jelas tak tinggal diam, ia mengikuti Renjun dan Dhera ke belakang kelas.

" Mau ngomong apa Jun?"

" Catetan sama buku dari gue udah lo baca belom? Pasti belum ya? Karena galau?" Renjun tersenyum menatap mata gadis yang sudah jadi mantan kekasihnya.

" Jangan senyum, cakep tau." Goda Dhera.

" Percuma cakep tapi lo gak pacarin."

" Udah pernah tuh."

Renjun mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, " Kemaren pas nemenin abdul ke pasar malem. Gue keinget lo, jadi gue beliin ini." Renjun memberikan Dhera sepasang jepit rambut.

" Ini gapapa gue terima? Lucu Jun."

" Ambil aja. Kan gue beli buat lo."

Dhera menerima pemberian Renjun sampai tangan Hendra lebih cekatan menarik tangan Dhera hingga gadis itu hilang keseimbangan dan jatuh ke dekapan Hendra. Susu kotak yang di bawa Dhera tumpah mengenai baju bagian depan Dhera.

" Yah Dhera suka peluk-peluk cogan nih." Ledek Hendra.

" Hendra!" Dhera mendorong tubuh Hendra menjauh.

" Baju lo kotor." Hendra yang sengaja akan menepuk  baju bagian depan Dhera tangannya di tepis oleh Renjun.

" Jaga kelakuan lo, sekolah ini bukan sekolah kita yang lama. Satu orang di bully, pembully yang bakal nerima ganjarannya." Ketus Renjun lalu membawa Dhera berdiri di sebelahnya.

Hendra tertawa, " Anjing, sok keras banget lo loser." Pemuda yang memiliki tinggi badan tak jauh dengan Jeno itu mendekat ke arah Renjun lalu menepuk pipi pemuda berkaca mata itu berkali-kali sambil berucap, " Bisa apa lo kalau gue nyentuh cewek sial ini? Marah? Mau mukul? Iya? Pengecut kaya lo bisa apa? Selain ngerengek pindah sekolah ke orang tua lo!"

Renjun menahan tangan Hendra dan menatap tajam pemuda tersebut, " Gue kunci utama masalah lo sama Jeno. Jadi jaga sikap lo ke gue."

Hendra menyeringai, " Lo pembunuh nyokapnya Dhera? Kan lo yang nabrak mereka." Hendra beralih menatap Dhera, " Coba inget-inget mobil yang nabrak lo waktu itu Dher."

Dhera yang mendengar hal tersebut jelas terkejut, sepenggal ingatan itu muncul, ingatan dimana mobil milik Renjun melaju kencang ke arahnya sebelum sang ibu menangkap tubuh gadis itu. Kembali kepala Dhera terasa sakit, dadanya bahkan mulai sesak. Ia terus menjambak rambutnya dengan wajah ketakutan.

" Enggak!" Teriak Dhera.

" Si Gila kumat lagi, hahaha. Cewek sakit jiwa lo sama Jeno pelihara! Cih! Nyusahin! Mati aja sana Dher, iya gara-gara lo nyokap lo mati!" Jelas Hendra sambil tertawa.

Dhera yang tak terima bangkit dan mencengkram kerah baju Hendra, "Salah gue apa? Kenapa lo kaya gini? KENAPA KALIAN KAYA GINI KE GUE! KENAPA KALIAN AMBIL SEMUANYA!!"

" Bukan kita yang ngambil semua itu dari lo, tapi lo sendiri yang berkorban tanpa kita minta. Makanya jadi cewek jangan cuma ngandelin perasaan pakai logika lo!" Hendra dengan kasar mendorong Dhera.

DETERMINE X JENO LEEWhere stories live. Discover now