31

343 87 73
                                    

" Deuh ketek gue bau WC." Keluh Mark.

" Ini nih Bang Echan sama Bang Jeno bukannya bangunin pas guru dateng." Protes Jisung.

" Gue sama Jeno lagi enak baca komik, itupun si Bianca ngasih salam penyambutan kenceng kita baru tau ada guru yah gue selametin dulu lah komik gue."

" Chan." Mark tersenyum usil menaik turunkan alisnya menatap Haechan.

" Muka lo minta di taburin garem sumpah." Balas Haechan.

" Tadi lo nganter Syila dulu ya, gue liat Syila naik ke motor lo."

" Iya gue nganter Syila karena dia gak bawa motor."

" Gak bawa motor apa gak di kasih bawa motor sama Bang Echan?" Celetuk Jisung.

Kini Jeno ikut menatap Haechan, " Jujur lo sama kita ada apa antara dirimu yang sangat benci kuda kepang dan Syila yang kepang dua."

Haechan berdecak kesal, " Karena udah  ketahuan, gue nembak Syila tapi dia belum ngasih jawaban."

" HAH?!" Seru Jeno, Jisung dan Mark bersamaan.

" ANJING MULUT LO SEMUA BAU SAMPAH!" Teriak Haechan dengan suara ngegasnya.

" Cerita dulu baru ngomong kasar Echan!" Balas Mark.

" Ya itu gue udah cerita, terus harus gimana lagi? Dia lagi proses move on dari orang yang dia suka, gue juga gak enak mau maksa."

" Waah, dugaan kita selama ini gak meleset." Ucap Jisung bangga.

" Lo nembaknya kurang serius, pas nembak beraninya tangan kosong. Kasih bunga kek, barang yang dia suka, atau apalah." Oceh pemuda berkacamata yang sering mendapat julukan bule nyasar.

" Gue ngasih kok." Balas Haechan tak terima.

" Ngasih apaan?" Tanya Jeno.

" Banyak, gue kasih tumpangan, kasih seblak, jajanin gehu, es cendol terus terakhir gue kasih pelukan nyaman. Apa itu semua bisa di ganti dengan uang?"

" Gue lupa kalau ngomong sama ni bocah butuh kesabaran para malaikat." Gerutu Mark.

" Kita bantu bikin acara tembakan resmi buat Syila gimana?" Usul Jeno.

" Seru tuh bang, sekalian mendamaikan Syila sama cewek lo karena kalau Haechan beneran jadian sama Syila kita bakal sering ngumpul. Masa iya mau liatin mereka berantem doang." Sahut Jisung.

Mark mengusap pucuk kepala Jisung, " Pinter juga adek gue ini. Gaslah."

***

Dhera mengambil gelang putus yang masih ia simpan di laci meja belajar, lalu menyocokkannya dengan gelang yang Jeno berikan waktu itu. Disana terdapat huruf S dan D tapi di gelang yeng Jeno berikan kemarin berinisial D saja.

" Apa D ini Dhera?" Monolog Dhera lalu ia teringat dengan permintaan Jeno saat di taman bermain, Jeno meminta Dhera memanggilnya Samy bukan Jeno.

" Samy? Gak asing menurut gue."

Jangankan foto kenangan bersama sang ibu, semua benda yang bisa memicu kembalinya ingatan Dhera oleh sang Ayah di singkirkan begitu saja. Seragam saat kecelakaan, bahkan sepatu dan yang lain-lain tapi satu gelang itu sudah Dhera genggam erat di tangannya saat berada di rumah sakit jadi sang ayah memilih membiarkannya.

" Samy pelit."

" Samy ngeselin."

" Apa sih Samy."

" Kamu gak marah kan sama aku?"

" Kamu janji ya minta maaf."

Kepala Dhera terasa sakit saat potongan memori itu muncul, senyuman terakhir yang ia lihat mengingatan dirinya padaa sosok Jeno namun tak lama senyuman itu berubah menjadi seringai yang mengejutkan Dhera.

DETERMINE X JENO LEEWhere stories live. Discover now