R1-65: BOHONG YANG JUJUR?

Start from the beginning
                                    

"Bukain pagar. Nih, konci gemboknya," suruhnya seraya memberikan kunci gembok pagar padanya.

Calvin berdecak kesal.

"Kok gue?"

Perempuan itu memutar bola matanya. Lelah. "Ya ampun. Bisa nggak, nurut? Yang sopan sama gue. Gini-gini, gue itu 3 tahun lebih tua daripada lo."

"Beda 3 tahun doang. Lebay."

Nataline menyiuk napasnya. "Cepetan deh. Lo bertele-tele. Waktu kita nggak banyak."

"Iya-iya." Akhirnya. Dengan terpaksa. Ia menurut.

Dari dalam mobil, Nataline memerhatikannya dengan lekat. "Nyebelin banget."

Terdengar suara decitan pagar yang bergeser. Memberi ruang untuk mobilnya masuk ke area pekarangan.

Calvin memiringkan kepalanya selama menutup pagar karena menyadari sesuatu hal yang aneh.

"Hei," panggilnya pada Nataline yang baru keluar dari mobil.

Bukannya menyahut, ia malah menggertakkan gigi-giginya. "Hai, hei, hai, hei. Nggak sopan."

"Terus gue harus manggil lo apa? Bunglon?"

"Gue punya nama. Nataline. Itu nama gue. Oke?"

Calvin mendengus. "Oke, terserah." Matanya kembali melirik kendaraan di sampingnya. "Gue cuma mau tanya doang. Kok warna mobil lo jadi item? Perasaan tadi pas di parkiran warna abu deh."

Nataline refleks menatap mobilnya. Senyuman licik dia tebarkan. "Kan udah dibilangin kalau gue itu bunglon ajaib." Dia menjentikkan jari-jarinya. "Magic."

Kayaknya ini cewek nggak waras deh. Apa gue kabur aja?

Nataline tertawa melihat ekspresi lawan bicaranya. "Bercanda. Mata lo salah lihat, kali. Dari tadi warna item, kok."

Dahinya mengerut. Memastikan penglihatan dan pikirannya. "Tapi tadi...." Calvin bingung sendiri.

"Penglihatan dan pemikiran nggak masuk akal kayak gitu aja lo percaya. Kenapa giliran hal yang nyata kayak gue, lo susah buat percayain?"

Calvin sedikit menoleh. "Sulit buat percaya sama lo."

Nataline tampak menarik kedua sudut bibirnya ke samping. Membuat bibirnya itu menipis.

"Adiguna Hartigan. Selama ini lo cari tahu soal dia 'kan? Gue juga lagi ngincer dia. So, kenapa kita nggak tangkep dia sama-sama?"

Ia terkejut, tapi berusaha untuk menyembunyikannya.

Jangan langsung percaya Vin. Bisa aja karena dia bagian dari mereka, jadi dia tahu soal Adiguna Hartigan.

Calvin benar-benar tidak ingin terperangkap.

Nataline sepertinya sudah sangat lelah menghadapinya.

"Gini deh, keputusan ada di tangan lo. Tapi gue cuma mau ngasih tahu, kalau lo ragu sama sesuatu, ya harus rela ambil risiko buat ngebuktiinnya, walaupun nyawa taruhannya. Kemungkinan 1% buat selamat, tapi seenggaknya lo udah nemu kebenaran yang lo cari. Saran gue, supaya 1% itu berubah jadi 99%, lo harus punya dua hal ini: cermat dan tangkas. Dua hal itu senjata yang bisa nyelamatin lo dari 1% kemungkinan terburuk. Tapi dalam hal kayak gini, 1% lebih besar nilainya daripada 99%. Hidup itu misteri, susah ditebak dan selalu nggak terduga." Itu kalimat terakhirnya sebelum meninggalkan Calvin yang sama sekali belum mengangkat kakinya. Saat ini, ia hanya menyoroti kepergian perempuan berpakaian serba merah itu dengan pikiran yang tertuju pada satu hal.

"Nataline!" panggilnya seraya menyusulnya ke dalam rumah.

Mendengar Calvin memanggil, Nataline menoleh ke belakang. Ia menyambutnya sambil berpangku tangan.

CIRCLE OF LIES [END]Where stories live. Discover now